Share

Bab 71. Bingung

Author: HaniHadi_LTF
last update Last Updated: 2025-06-19 18:24:39

"Terimakasih, Mbak,"ucap Hanafi pada suster itu.

Nabil masih tak sanggup berkata-kata. Dia hanya mengatupkan kedua tangannya. Bayi dengan hidung sedang seperti hiungnya dan terlihat cantik itu tergambar jelas di matanya.

Suster mengangguk. Lalu mengembalikan bayi Keya ke boxnya. Bayi itu terlihat tidur kembali.

Nabil melangkah keluar dirangkul Hanafi. Berbagai perasaan hancur lebur dalam hatinya. Inginnya dia berhenti di sana dan menatap Keya seperti yang sering dia lakukan beberapa bulan lalu sebelum dirinya masuk AKPOL. Namun dia menyadari betapa Liam teramat mencintai Keya. Kenyataan itu yang sekarang seolah membuatnya terpuruk.

"Keya dan putriku pasti bahagia bersama Kak Liam," bathinnya pilu. "Aku sudah mundur dari ITS. Aku tak mungkin kembali mundur dari AKPOL. Jika jkali ini aku mundur, unia akan mengecap aku sebagai orang yang tak punya pendirian."

"Yakin ke Semarang?" tanya Hanafi tak bermaksud mempengaruhi adiknya dengan perkataan apapun.

Nabil mengangguk.

Mobil pun mela
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • BUKAN MEMPELAI IMPIAN   Bab 214. Jelang sidang

    "“Fan, bukti yang kemarin udah kamu siapkan?” Liam membuka percakapan lewat telepon. Bicaranya terdengar tenang tapi ada sedikit nada waspada. Ia baru saja keluar dari mushola, habis sholat Dhuhah. Arfan di seberang tertawa singkat. “Sudah, semua beres. Jangan khawatir. Aku pastikan uang kamu nggak akan sampai keluar satu M ke Dania. Aku yang atur biar tuntutan itu mentok seperti harapanmu."Liam menjatuhkan tubuh ke kursi malas. “Bagus kalau gitu. Aku nggak mau ada celah. Kamu yakin?”“Yakin sekali,” jawab Arfan mantap. “Aku udah siapin semuanya. Dania nggak bakal bisa geser kursi kita. Tenang saja.”Liam mengangguk pelan, meski dalam hati masih ada yang mengganjal. “Kalau begitu, siapa saja yang ikut mendampingi kamu nanti?”“Najla jelas ikut,” ucap Arfan tanpa jeda. “Sekarang dia sudah resmi jadi pegawaiku. Aku butuh dia untuk dampingi langsung. Aku nanti samperin dia, biar semua siap.”Liam langsung duduk tegak, sarung yang melingkari pinggangnya merosot. “Hati-hati, Fan. Itu kak

  • BUKAN MEMPELAI IMPIAN   Bab 213. Aneh

    “Liam, angkat teleponnya, cepat,” Dengan jengkel berguman. Suaranya terdengar agak mendesak dari dalam mushola, sambil mengusap wajahnya yang masih basah karena wudhu.Keya yang sedang duduk di dekat sofa, melirik layar ponsel suaminya. “Kak, Arfan telepon. Mau aku angkatin?”Liam yang masih meringkuk di kursi malas, selimut tipis melingkari pinggangnya, menggumam manja. “Nanti aja… kamu dulu yang ngobrol, aku masih males gerak.”Keya menghela napas, lalu menekan tombol terima. “Halo, Fan?”“Oh, Keya. Liam ada?” tanya Arfan cepat.“Sebentar, aku kasih ke dia.” Keya menyodorkan ponsel, tapi Liam malah menarik tangan Keya, memeluknya dari samping. “Ngapain buru-buru, Yang? Kamu kan baru duduk di sini. Temenin aku sebentar,” ujarnya sambil menempelkan dagu ke bahu istrinya. "Sini, cium aku duluh, baru aku bangun."“Kak, itu Arfan…” Keya mencoba memprotes, tapi Liam memejamkan mata. “Hmm… tapi peluk kamu lebih penting dari suara Arfan,” gumamnya.Arfan yang mendengar jelas dari seberang,

  • BUKAN MEMPELAI IMPIAN   Bab 212. Hotel

    "Tapi ini bintang lima, Angga!" ucap Dania saat Angga sudah membelokkan mobilnya dan tak mungkin berbalik arah mengingat di jalan itu hanya ada jalur satu arah. Untuk memutar lagi amatlah jauh.Angga baru nyadar setelah mendengar ucapan Dania. Namun karena keinginnya yang sudah di ubun-ubun, dia tak menghiraukannya. "Hanya sebentar," gumannya pelan.Dania menatap Angga, bibirnya terkatup, tapi matanya tak bisa menyembunyikan senyum kecil. "Sebentar itu... maksudnya bayarnya nggak sama, Angga? Sama kan?"Angga melirik ke papan nama hotel bintang lima yang menyala di depannya. "Nggak usah basa-basi. Yang pasti aku udah kangen sama itu kamu."Dania mengangkat dagu sedikit, "Kangen apa?""Tanganmu, matamu, semuanya," jawab Angga tanpa ragu. "Termasuk rasanya saat kamu di pelukanku."Dania tidak menjawab. Tapi tubuhnya yang sejak tadi menempel di lengan Angga terasa hangat. Getaran itu memancing napasnya menjadi lebih cepat. Ia menunduk sedikit, lalu tersenyum kecil. "Kalau aku bilang te

  • BUKAN MEMPELAI IMPIAN   Bab 211. Perkenalan yang membawa bisikan

    "Kenapa kamu tiba-tiba saja berhenti, Angga?" tanya Dania bingung. "Kalau aku mau ngajak ke suat tempat gitu, mau?""Maksudnya?""Hmm, aku mau ajak kamu ketemu orangtuaku," ucap Angga sambil melirik sekilas.Dania spontan menoleh. "Serius? Kok tiba-tiba? Katanya tadi mau ngajak ke resort?" kerling Dania yang juga haus akan sentuhan Angga itu, sedikit kecewa tapi juga senang.Angga tersenyum tipis. "Ya nggak apa-apa. Biar kamu kenal mereka. Lagian aku juga pengin kenalin kamu dari kapan hari kan?""Iya, kamu pernah bilang kapan hari."Mobil berbelok ke sebuah jalan yang agak sepi. Ruko-ruko tua berjejer, beberapa catnya mengelupas, beberapa pintunya setengah terbuka menampakkan isi toko. Angga menghentikan mobil di depan bangunan dua lantai dengan bagian bawah penuh tumpukan besi tua, roda bekas, dan suara dentingan logam dari dalam."Itu usaha orangtuaku," jelas Angga sambil membuka pintu mobil. "Lantai atas buat tinggal."Dania menatap sebentar. "Kamu nggak pernah cerita kalau kelua

  • BUKAN MEMPELAI IMPIAN   Bab 210. Percaya

    "Kok bisa kamu ke sini?" tanya Angga saat melihat sosok Dania berdiri di depan koridor tokonya.Dania menatap pria itu sambil tersenyum tipis, wajahnya seperti sedang menahan sesuatu. "Ya... iseng aja. Sekalian mau kasih kejutan ke kamu."Angga melirik ke arah kanan dan kiri, memastikan tidak ada orang yang terlalu dekat. "Sendirian?""Iya."Angga mengangguk pelan, tapi matanya tetap menyapu wajah Dania. "Tiba-tiba aja datang. Ada perlu apa, Dan?"Dania mengangkat bahu, seolah santai. "Cuma pingin lihat aja. Sepertinya anakku kangen sama papanya." Ia sengaja melontarkan candaan itu sambil menatap tajam, membuat Angga sempat terdiam.Sejak pagi, Dania memang sudah memutari beberapa stan di sekitar toko Angga. Dia bertanya-tanya pada penjual di sebelah kiri-kanan, bahkan sampai yang di ujung lorong. Jawaban mereka sama: Angga orangnya baik, jarang ikut campur urusan orang, dan selalu membantu kalau ada tetangga stan yang kesulitan.Soal perempuan, semua menggeleng. "Nggak pernah lihat d

  • BUKAN MEMPELAI IMPIAN   Bab 209. Pedekate

    Keya menguap panjang sambil mengikat rambutnya. Aroma roti dari meja makan masih tersisa, tapi perutnya minta yang lebih berat. Langkahnya menuju dapur terasa ringan meski kantuk belum sepenuhnya hilang.“Bi, sudahmasak belum?” tanyanya sambil membuka kulkas.Bi Ira menoleh dari wastafel. “Sudah, Non. Tapi… tadi ponsel Mas Liam bunyi-bunyi terus. Namanya Arfan yang nelpon. Biarin atau Non mau kasih tahu?”Keya refleks menutup pintu kulkas. “Arfan?” Suaranya terdengar sedikit tegang. “Mana ponselnya?”Bi Ira menunjuk meja kerja di ruang belakang. Keya segera menghampiri, meraih ponsel itu, lalu menekan ikon panggilan balik.Nada tunggu hanya terdengar sebentar, lalu mati. Ia mencoba lagi. Sama saja.“Kenapa nggak diangkat sih…” gumamnya sambil mengetuk jari ke meja.Sementara itu, di tempat lain, Arfan masih berdiri depan pagar rumah Najla. Ponselnya tertinggal di mobil, tergeletak di kursi depan. Ia tak sadar seseorang berusaha menghubunginya.Neina menatapnya dengan sorot mata penuh

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status