Share

Bab 71. Maaf!

Penulis: HaniHadi_LTF
last update Terakhir Diperbarui: 2025-06-20 19:52:07

"Key, kenapa bayinya nangis?" tanya Bu Aisyah mendekat.

"Ini, Bu,. kayaknya pingin nyusu," ucap Liam, sementara Keya menunduk malu. Dia tak tega melihat bayi yang menangis itu, tapi dia seolah tak bisa apa-apa. Selama ini dia memegang bayinya saja hanya sebentar di pangkuannya. Selama beberapa hari di rumah sakit, justru Liam-lah yang sering mengayunnya, lalu menyusuinya dengan susu formula yang diberikan suster.

"Kamu nggak bikinkan susu, Liam?'

Liam nampak ragu mau bilang sesuatu. Namun setelah dia menatap Keya, dia lalu berkata dengan hati-hati. "Aku pikir, Keya sudah baikan, dan mau nyoba menyusuinya. Aku rasa air susu Keya mulai ada." Dengan ragu, Liam kembali menatap Keya."Bukannya aku tak mau belikan susu formula. Aku bahkan sudah punya stok susu terbaik seperti yang aku minta untuk dia di rumah sakit. Cuma, sebaik-baik susu formula, masih baik susu ibu, terlebih aku lihat sepertinya air susu Keya mulai ada."

Bu Aysiyah main mendekat. "Maaf ya, Ke,...ibu coba melihat," ucap
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • BUKAN MEMPELAI IMPIAN   Bab 72. Menagih

    Pagi sekali, tamu sudah berdatangan, dari kampung Liam, termasuk juga dari kampung sebelah, kampungnya Nabil yang sekarang sudah banyak yang tau, kalau anak Keya adalah anaknya NabilBahkan sore tamu masih datang. Bu Maryam sampai memanggil Yana untuk membantu mereka. Memang sudah tradisi di desa mereka, para tetangga, teman dan kerabat menjenguk bayi dengan membawa oleh-oleh. Walau Bu Maryam sudah bilang tidak menerima tilikan, mereka memaksa. Akhirnya, Liam menelpon koperasi Pesantren untuk mengirim barang yang dipakai sebagai balasan untuk mereka yang menjenguk."Assalamualaikum!"Suara salam bersahut-sahutan dari luar pagar. Liam yang baru saja meletakkan nampan kosong di dapur, segera menoleh ke arah suara. Yana sudah lebih dulu berlari ke ruang depan. Bu Maryam menyusul sambil mengelus dadanya, napasnya masih belum stabil sejak sore."Waalaikumsalam, ayo silakan masuk," sambut Yana sambil membuka pintu.Dua ibu-ibu bertubuh tambun masuk sambil membawa keranjang anyaman berisi b

  • BUKAN MEMPELAI IMPIAN   Bab 71. Maaf!

    "Key, kenapa bayinya nangis?" tanya Bu Aisyah mendekat."Ini, Bu,. kayaknya pingin nyusu," ucap Liam, sementara Keya menunduk malu. Dia tak tega melihat bayi yang menangis itu, tapi dia seolah tak bisa apa-apa. Selama ini dia memegang bayinya saja hanya sebentar di pangkuannya. Selama beberapa hari di rumah sakit, justru Liam-lah yang sering mengayunnya, lalu menyusuinya dengan susu formula yang diberikan suster. "Kamu nggak bikinkan susu, Liam?'Liam nampak ragu mau bilang sesuatu. Namun setelah dia menatap Keya, dia lalu berkata dengan hati-hati. "Aku pikir, Keya sudah baikan, dan mau nyoba menyusuinya. Aku rasa air susu Keya mulai ada." Dengan ragu, Liam kembali menatap Keya."Bukannya aku tak mau belikan susu formula. Aku bahkan sudah punya stok susu terbaik seperti yang aku minta untuk dia di rumah sakit. Cuma, sebaik-baik susu formula, masih baik susu ibu, terlebih aku lihat sepertinya air susu Keya mulai ada."Bu Aysiyah main mendekat. "Maaf ya, Ke,...ibu coba melihat," ucap

  • BUKAN MEMPELAI IMPIAN   Bab 71. Bingung

    "Terimakasih, Mbak,"ucap Hanafi pada suster itu.Nabil masih tak sanggup berkata-kata. Dia hanya mengatupkan kedua tangannya. Bayi dengan hidung sedang seperti hiungnya dan terlihat cantik itu tergambar jelas di matanya.Suster mengangguk. Lalu mengembalikan bayi Keya ke boxnya. Bayi itu terlihat tidur kembali. Nabil melangkah keluar dirangkul Hanafi. Berbagai perasaan hancur lebur dalam hatinya. Inginnya dia berhenti di sana dan menatap Keya seperti yang sering dia lakukan beberapa bulan lalu sebelum dirinya masuk AKPOL. Namun dia menyadari betapa Liam teramat mencintai Keya. Kenyataan itu yang sekarang seolah membuatnya terpuruk."Keya dan putriku pasti bahagia bersama Kak Liam," bathinnya pilu. "Aku sudah mundur dari ITS. Aku tak mungkin kembali mundur dari AKPOL. Jika jkali ini aku mundur, unia akan mengecap aku sebagai orang yang tak punya pendirian.""Yakin ke Semarang?" tanya Hanafi tak bermaksud mempengaruhi adiknya dengan perkataan apapun.Nabil mengangguk.Mobil pun mela

  • BUKAN MEMPELAI IMPIAN   Bab 70. Jangan pergi!

    Di luar, Liam berdiri kaku. Neina menatapnya tak percaya."Kau gila? Kau biarkan dia bersama istrimu?"Liam menghela napas panjang. "Keya lebih butuh hidup daripada aku butuh cemburu."Neina terdiam. Pandangannya kembali ke ruang ICU. Dalam keheningan itu, bunyi mesin jantung bergulir stabil... lalu tiba-tiba—Tangan Keya bergerak pelan."Keke...?" Nabil menegakkan tubuhnya.Kelopak mata Keya bergetar, lalu terbuka perlahan. Pandangannya samar, tapi satu kata lirih keluar dari bibirnya:"Nabil...?" Keya tersenyum membalas tatapan Nabil. Kerinduannya yang begitu lama dipendamnya, kini telah terobati."Ke, akhirnya kamu bangun." Dengan wajah berbinar, Nabil menatap wajah lelah di depannya. "Terimakasih, ya Allah, Engkau telah kembalikan Keke-,ku!"Nabil segera memencet tombol untuk memberi isyarat pada dokter.Pintu ICU terbuka. Seorang perawat masuk terburu-buru."Dokter! Pasien sadar!"Namun di detik berikutnya, alarm mesin berbunyi kencang. Tiba-tiba monitor jantung menunjukkan irama

  • BUKAN MEMPELAI IMPIAN   Bab 69. Ini aku,...bukalah matamu, Ke!

    "Sudah dapat, Dok! Darahnya sudah kami temukan!" suara Chandra terdengar nyaring saat ia dan Liam masuk terburu-buru ke ruang operasi.Dokter menoleh cepat. "Golongan darah Keya memang langka. Bagus sekali kalian bisa mendapatkannya."Chandra mengangguk sambil terengah. "Ada seorang relawan yang baru saja datang. Sungguh keberuntungan."Liam menunduk, matanya merah. "Saya... saya sudah cari ke seluruh PMI. Untung Papi bertemu dia. Mudah-mufahan ini pertanda kalau Allah masih menyelamatkan Keya.""Insyaallah, Pak. Kita berdo'a saja.Beberapa menit kemudian, seorang perawat mendorong ranjang Keya perlahan keluar dari ruang operasi. Dokter berjalan mendampingi sambil membuka masker."Bu Keya stabil, tapi maaf, dia belum sadar. Kami akan memindahkannya ke ICU."Langkah Liam goyah. Ia terduduk di kursi, wajah tertunduk dengan bahu terguncang. Chandra diam, lalu menepuk pundaknya pelan.Seorang suster datang dari ruang bayi. "Keluarga Bu Keya, tolong, siapa yang mau mengazhani putrinya."Se

  • BUKAN MEMPELAI IMPIAN   Bab 68. Merasa bersalah

    "Aba, saya tinggal ke dalam dulu ya?" tanya Liam dengan nada pelan, matanya tak lepas dari wajah H Darman.H Darman mengangguk pelan, diikuti anggukan lembut dari Aisyah. "Iya, Nak. Temani istrimu. Kami tunggu di sini."Langkah Liam ringan namun terburu. Ia kembali ke dalam ruang perawatan, mendapati Keya berbaring lemah dengan infus yang menusuk punggung tangannya. Raut wajahnya pucat, namun tetap tampak tenang. Meski matanya menatap ke arah jendela, Liam tahu pikirannya tak sepenuhnya di sana."Kamu benar nggak sakit?" tanya Liam, mencoba menyamarkan nada panik dalam suaranya. Ia duduk di kursi di sebelah ranjang, tangan kanannya menggenggam tangan Keya yang terasa dingin.Keya menoleh sedikit. "Bener. Cuma agak pegal saja."Liam tersenyum canggung, namun matanya tak bisa menyembunyikan kekhawatiran. "Aku yang salah waktu itu... soal memaksamu itu...aku minta maaf,"Keya menarik tangannya perlahan, cukup halus untuk tidak menolak, tapi cukup jelas untuk memberi jarak."Kita jangan b

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status