Home / Romansa / BUKAN MEMPELAI IMPIAN / Bab 87. Untung dia,..

Share

Bab 87. Untung dia,..

Author: HaniHadi_LTF
last update Last Updated: 2025-06-28 06:24:34
Dania sudah berada di ambang kamar mandi dengan wajah cemberutnya. Dilihatnya rambut Liam basah. Dipikirnya, ngapain juga rambutnya basah, toh tadi malam tidak terjadi apa-apa.

"Kamu sudah bangun, Dan?" tanya Liam merasa tak enak hati.

Dania mendengus kesal lalu segera masuk ke kamar mandi tanpa membalas. Liam hanya menyunggingkan senyum tipis di bibirnya. Ia tahu, Dania sedang kesal, dan ia tidak bisa menyalahkannya.

Liam beranjak menghampiri Sheryn yang sudah berada di keranjang bayi di luar kamar. Kalau malam, Sheryn memang tidur di kamar, di ranjang stainless-nya di samping ranjang Keya.

"Kok nggak bangun-bangun, anak cantik?" bisik Liam sambil memegang pipi tembem Sheryn. "Ayo mandi, sudah ditunggu Bunda, tuh."

Bayi itu menggeliat kecil. Matanya masih terpejam, tapi tubuh mungilnya mulai bergerak.

Keya muncul dari arah dapur sambil menggulung lengan bajunya. Melihat Liam sudah berada di samping Sheryn, ia segera menghampiri.

"Biar aku mandikan," ujarnya sambil menggendong Sheryn d
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • BUKAN MEMPELAI IMPIAN   Bab 232. Amplop

    Evan beranjak pergi.Najla menarik lengannya."Evan... jangan pergi. Aku mohon!" Suara Najla pecah. Jemarinya masih mencengkeram lengan pemuda itu, wajahnya memerah karena air mata yang sudah jatuh.Evan menunduk. Nafasnya terasa berat, seperti menelan batu yang tak bisa dilumat. "Najla, jangan paksa aku ngomong sesuatu yang ujung-ujungnya bikin kita makin sakit.""Aku nggak peduli sakit atau apa. Aku cuma butuh kamu jujur. Jangan bilang waktu itu kamu salah pencet, Evan. Kamu tahu kan aku masih menunggu," Najla mendesak, bola matanya basah.Sekilas, tatapan Evan buram. Ada kerinduan yang ia sembunyikan rapat-rapat, tapi sorot itu sempat bocor. "Aku memang mau telepon kamu," suaranya lirih, hampir tak terdengar. "Aku kangen... kangen banget." "Lalu kenapa kamu menjauh? Kenapa sekarang kamu dingin begini?"Evan menelan ludah, memejamkan mata sebentar. "Karena semua itu nggak ada gunanya, Najla. Kita harus lupakan. Hidupku sekarang nggak gampang."Najla menatapnya, bingung sekaligus ma

  • BUKAN MEMPELAI IMPIAN   Bab 231 Putusan

    “ Kak, telepon kamu bunyi itu, tolong angkat sebentar, barangkali ada sesuatu yang mendesak,” bisik Keya sambil menyikut lengan Liam yang tengah bercakap dengan Arfan.Liam menoleh cepat. “Siapa? Ini, angkat saja duluh, Ey."Keya mengambil handphone yang diberikan Liam. jidatnya berkerut. “Nomor kantor sekolah, Kak. Angkat saja dulu, takut salah aku.”Liam menarik napas panjang, lalu mengangkat ponselnya dengan hati-hati, mencoba menutupi suara agar tidak mengganggu jalannya sidang. “Assalamualaikum, Pak Rahman!""Waalaikumssalam, Pak. Maaf sekali, kenapa hari ini bapak nggak ninggalin materi apa pun? Anak-anak kebingungan. Saya pikir Bapak ninggalin seperti biasanya kalau Pak Liam ada libur,” ucap Kepala Sekolah SMK itu terdengar dengan agak terburu-buru.Liam mengerutkan dahi. “Hari ini? Bukannya sudah saya tukar jadwal sama Rifki?”“O, begitu ya, Pak. Kalau gitu biar saya hubungi Pak Liam terusin saja, paling hari ini Bapak sibuk banget di sana.""Enggak juga, Pak, ini belummu

  • BUKAN MEMPELAI IMPIAN   Bab 230. Kotak

    “Yah… usu…” Rengean kecil Sheryn memecah keheningan kamar. Bola matanya setengah terpejam, tapi tangannya melambai-lambai, seolah sedang mencari sesuatu.Liam yang tadinya sudah hampir menyentuh gagang pintu sontak menoleh. “Sheryn? Aduh, Nak… baru saja tidur kok kebangun lagi,” gumamnya.“Mas, biar aku yang—” Keya baru hendak bangun, tapi Liam menahan dengan telapak tangan.“Biar aku saja, Ey. Kamu tenangin dia dulu,” ucap Liam sambil melangkah cepat ke dapur.Keya meraih tubuh kecil Sheryn yang menggeliat. Ia menepuk pelan punggung putrinya. “Sayang, sabar ya. Ayah lagi bikinin susu buat kamu. Nanti kamu bisa tidur lagi dengan nyenyak.”Sheryn merengek, memeluk erat leher ibunya. “Buun… au mau alang…”Keya tersenyum, mengelus rambut lembut itu. “Iya, sebentar. Ayah kan lagi ambil di dapur. Kamu anak pintar, kan? Coba hitung sama Bunda, satu… dua… tiga…”Sheryn menghitung dengan suara malas, tapi matanya mulai berbinar karena merasa diperhatikan.Sementara itu, di dapur, Liam bergegas

  • BUKAN MEMPELAI IMPIAN   Bab 229. Jalan penghabus cemburu

    Liam menatap wajah istrinya yang masih tampak lelah. Ia menarik napas panjang, lalu menggiring Keya masuk ke dalam rumah. Saat Keya telah duduk, dipandanginya wanita itu lalu direngkuhnya kembali. "Kamu nggak tahu betapa takutnya aku, tolong jangan diulang lagi.""Memangnya kenapa, Kak, sampai kamu takut begitu, Kakak pikir aku apa?"Liam gelagapan. Lalu mengalihkan perhatian Keya dengan mengambil Sheryn dari Bi Ira."Bi Ira istirahat saja, biar nanti aku cari makanan buat makan malam dari luar.""Terimaksih, Mas!Ini bocah emang berat.."Liam menatap bocah yang kini di pangkuannya masih tertidur.. Lalu diciumnya dengan mata yang telah buram.."Yah,.mik usu," pinta Sheryn denagn mata yang sudah membuka."Baru juga mau ditidurkan Ayah, kok udah bangun.""Uka Ayah kin au eli, ayak onyet,""Apa? Berani ngatain Ayah kayak monyet?"Sheryn terkikik"Dicium ayah lagi kamu,.." Liam makin menciumi Sheryn. Dia benar-benar takut kehilangan bocah itu. Setetes air mata mengalir begitu saja di pipin

  • BUKAN MEMPELAI IMPIAN   Bab 228. Pertanyaan

    Liam menatap kertas itu dengan dahi berkerut. "Apa ini?" tanyanya pelan.Bayang wajah Keya tersenyum singkat, kemudian berlalu dengan seolah meninggalkan satu kesedihan. Ada sesuatu dalam sorot matanya yang beberapa hari ini yang membuat dada Liam makin sesak. Begitu pintu kamar tertutup, Liam duduk di kursi ruang tamu. Jari-jarinya gemetar membuka lipatan kertas itu.Tulisan tangan Keya terbaca rapi, sedikit miring ke kanan.Kak, aku nggak tahu harus mulai dari mana. Sejak semua ini terjadi, aku sadar banyak hal yang aku nggak bisa ubah. Tapi ada satu hal yang selalu sama—hatiku yang sekarang bergetar kalau lihat Kakak. Aku tahu aku sering bikin Kak Liam kecewa, bikin Kak Liam marah, bahkan bikin Kak Liam ragu. Tapi aku ingin Kak Liam tahu... aku akan berusaha membahagiakan kamu dengan caraku. Sekuat aku. Aku nggak mau lihat kamu terus terbebani masa lalu aku. Aku cinta sama Kakak, meski mungkin caraku mencinta nggak sempurna.Liam berhenti membaca. Matanya panas. Ia menutup wajah d

  • BUKAN MEMPELAI IMPIAN   Bab 227. Ke mana?

    "Liam!" Panggilan Rifki memecah riuh halaman sekolah. Tangan sahabatnya itu menepuk bahu dengan keras sampai Liam sedikit terhuyung.Liam menoleh, senyum tipis tersungging. "Apa?""Leganya aku, sidang kemarin sudah ada titik terang. Kamu harus jaga Keya baik-baik, jangan bikin dia nangis lagi." Rifki menatap serius, lalu terkekeh. "Kalau bikin nangis, aku ikut campur."Liam tertawa hambar. "Nggak usah kamu ancam juga. Aku tahu.""Pinter!" Rifki menepuk bahunya sekali lagi, lalu melangkah pergi menuju kantin.Liam berdiri sesaat, napasnya menghela pelan. Dua hari sejak sidang itu, pikirannya masih berkecamuk. Rasa lega memang ada, tapi rasa bersalah juga tumbuh karena kecemburuannya pada Nabil. Kemarin bahkan ia terlalu acuh, sampai tatapan Keya seperti menahan luka. Ia menyesal, sungguh.Bel istirahat berbunyi. Tanpa pikir panjang, Liam meraih tas kecilnya. Langkahnya terburu menuju parkiran, menyalakan motor, lalu melaju pulang. Ia ingin menebus sikap dinginnya.Rumah itu tampak sepi

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status