"Apa yang kalian tertawakan?" tanya Aoi sambil menatap semua yang ada di ruang tamu dengan wajah penuh tanda tanya."Ini, Pasha, ajarin masak sayur bening daun katuk! Ribet, katanya!" sahut Adit masih disela tawanya, dan Aoi, istri Rifky tertawa kecil mendengar penjelasan itu.Pasha memajukan bibirnya, karena ia ditertawakan sedemikian rupa oleh semua yang ada di situ. "Ya, gue kagak pernah masak di rumah, wajarlah gue kagak tau.""Ya, nanti kalau lu masuk kamp pelatihan, lu pasti diminta masak sama ketua lu, jadi gue yakin pas jadi anggota angkatan laut, udah pinter aja lu masak."Rifky menjelaskan masih dengan sisa tawanya."Ya, katanya begitu, tapi kalo masak mie sama air sih gue bisa, buat nyeduh kopi dan teh.""Ya, udah, selamanya lu makan mie sama air itu doang kagak usah menu yang lain.""Ogah!""Tapi, sayur katuk ini favorit lu?"Pasha terdiam untuk sesaat ketika mendengar pertanyaan serius Adit."Tiba-tiba saja, aura di sekitar mereka jadi suram, hingga membuat semua yang ad
"Apa?" Adit tidak bisa menahan rasa terkejutnya ketika mendengar bisikan Pasha. Ditatapnya wajah Pasha seolah tidak percaya dengan apa yang dikatakan oleh pemuda berwajah imut tersebut."Ya, coba deh, lu tanya sama Rifky atau kakaknya, gue sih diberi bocoran sama Aoi, belum bahas ini sama Rifky, karena Rifky susah waktunya, terlalu banyak dikasih lembur."Adit mengangguk, ada perasaan kesal sekarang menyelimuti hatinya setelah mendengar apa yang dikatakan oleh Pasha. Separah itu, kah Ronan merusak kebahagiaan keluarga besar Rizmawan?***Ronan baru saja mematikan laptopnya ketika ponselnya berdering. Dari sang istri. Pria itu menerima panggilan sang isteri. Semenjak Riska menyanggupi untuk hamil lagi, perangai Ronan sedikit berubah. Jika sebelumnya ia cuek dengan istrinya tersebut, sekarang, Ronan sedikit merubah sikap cueknya meskipun tidak keseluruhan, tapi minimal setiap kali Riska menghubunginya, Ronan menerima telpon wanita itu walaupun terkadang setengah hati.{Aku enggak bi
Rifky semakin geram mendengar Bella yang balik mengancamnya. Andai saja sekarang mereka tidak sedang di kantor, mungkin ia akan bersikap tegas dengan perempuan tersebut.Sayangnya, sekarang mereka sedang di kantor. Posisinya juga tidak memungkinkan untuk berlaku tegas pada perempuan di hadapannya ini, karena jika itu dilakukannya, Rifky akan membuat dirinya sendiri dikeluarkan dari perusahaan dan jika itu terjadi, akan membuat Ronan makin seenaknya untuk merusak perusahaan milik ayahnya tersebut."Kalau sampai perbuatan kamu itu semakin berlebihan, kamu akan menyesal, Bella!" Setelah bicara demikian, Rifky menyingkirkan Bella dari hadapannya dan melangkah ke arah pintu ruang kerja milik Ronan, namun gerakannya terhenti karena pintu ruangan itu terbuka. Muncul Ronan dengan wajah yang tidak karuan, hingga Bella yang tadinya ingin merespon apa yang dikatakan oleh Rifky mengurungkan niatnya dan segera pergi dari tempatnya berdiri, tidak mau berinteraksi dengan Ronan karena ia masih do
"Aku mau pulang, terimakasih untuk sarannya, tapi aku yakin Ronan tidak begitu."Tidak mau berdebat lebih lanjut, Riska akhirnya bicara demikian meskipun sekarang perasaannya tidak karuan. Namun, sebelum wanita itu masuk ke dalam mobil, Zeon kembali menghentikan gerakan Riska hingga Riska mengurungkan niatnya untuk masuk ke mobil meskipun di dalam mobil Reva sudah menunggu, Rara di dalam gendongannya juga mulai semakin rewel karena tidak merasa nyaman dalam situasi yang ia rasakan."Riska, Rico, adik kamu ada di rumahku, dan dia sulit untuk kembali ke rumah kalian karena merasa tidak ada alasan untuk kembali.""Apa?" "Ya! Rico pergi dari rumah, bukan? Kalian tidak perlu menutupi masalah itu dengan cara mengatakan kalau Rico pergi biasa, dia terluka, dan kamu mau tahu kenapa? Luka itu diciptakan oleh suami kamu yang ingin keluarga besar kalian hancur, jadi sebelum kamu menyesal, lebih baik pikirkan baik-baik, Riska, kamu harus pakai hatimu untuk menilai apakah Ronan itu tulus sama ka
Rifky mengerutkan keningnya ketika mendengar apa yang diucapkan Rico. Dari nada suaranya saja, pemuda itu seperti kesal ketika mengucapkan kalimat tersebut."Lu itu aneh, deh! Berapa tahun tinggal bareng? Kenapa baru sekarang ngomong gituan? Lagian, apa ada soal perhitungan untuk sodara sendiri? Lu itu bagian dari keluarga, ngapain mikir macam itu, ikut gue!"Rico menghempaskan tangan Rifky yang mencekal pergelangan tangannya dan mundur menjauh."Lu pulang aja deh! Gue di sini dulu, kagak mau ke mana-mana!" tolaknya kencang, dan itu membuat Rifky semakin tidak paham ada apa sebenarnya di balik sikap aneh Rico?"Minimal lu ngomong, kenapa lu macam ini? Lu tiba-tiba pergi dari rumah, berantem sama papi dan mami? Lu itu udah gede, masa ada masalah kabur?""Gue kagak mau ngomong apapun sama lu, Rif, pulang aja deh, lu!"Rico membalikkan tubuhnya setelah mengucapkan kalimat tersebut. Tidak memanggil Rifky kakak seperti biasanya. Ini makin membuat Rifky merasa Rico yang sekarang bukan seper
"Apa yang harus gue lakukan? Kalo gue melakukan sesuatu, gue khawatir akan membuat situasi jadi keruh, yang bisa gue lakukan sekarang itu cuma satu, berusaha untuk memantau dia dan sesekali menegur, meskipun itu kagak membuat dia berhenti untuk melakukan sesuatu yang bikin gue kesal, tapi setidaknya gue berusaha.""Berusaha? Sudah sampai mana usaha lu? Yang gue perhatikan, keadaan justeru semakin parah, bahkan pria itu berani bersikap berlebihan sama wanita yang jadi sekretarisnya, gue yakin lu tahu soal ini, kan?"Rifky terdiam. Terkejut juga ketika mendengar apa yang dikatakan oleh pria di sampingnya ini. Padahal, ia ingin merahasiakan dahulu karena masih menjaga nama baik keluarga besarnya, tapi ternyata, Zeon sudah tahu apa yang dilakukan oleh sang kakak ipar belakangan ini.Ia menarik napas berat. "Gue udah bilang, gue kagak bisa melakukan sesuatu dengan gegabah, ini menyangkut nama baik perusahaan dan juga keluarga besar, sejujurnya gue juga geram dengan apa yang terjadi belak
Ucapan yang dilontarkan oleh Mark, cukup membuat Rifky jadi terdiam seribu bahasa. Mark ternyata sudah mengetahui kegilaan Ronan, padahal, Rifky belum mau membeberkan, khawatir mantan pacar kakaknya ini semakin kepikiran setelah berusaha melepas sang kakak untuk menikah dengan Ronan, tapi ternyata....."Apa, Kak Mark melihat sendiri, sampai bisa membuat kesimpulan begitu?" tanya Rifky hati-hati."Kalau aku tidak melihatnya, aku tidak mungkin mengatakan kesimpulan itu padamu.""Maksud gue, gue pikir kata-kata Kakak tadi hanya tebakan yang belum bisa dibuktikan kebenarannya.""Aku sudah pernah melihat sendiri, Rif, itu sebabnya, aku bisa mengatakan hal itu padamu."Rifky mengusap wajahnya dengan kasar, perasaannya semakin berkecamuk, percuma untuk menyembunyikan, sang kakak ipar benar-benar keterlaluan, begitu makinya di dalam hati."Aku paham, pasti bagimu ini aib, aku tidak berpikir ke arah sana, hanya khawatir dengan kakakmu saja, aku mengikhlaskan dia menikah dengan orang lain, buk
"Rifky? Dapat informasi darimana? Sudah pernah bicara langsung dengan dia? Maksudku, biasanya kalau rekan bisnis pasti bisa rapat bersama begitu, kan? Masalah seperti ini, pasti adalah masalah yang serius kalau tidak dibicarakan, benarkan?"Meskipun terkejut, Mitha berusaha untuk merespon, sedikit terbata karena ia merasa tidak percaya dengan apa yang dikatakan oleh Birly.Ia sangat mengenal Rifky, sejak umurnya 15 tahun, tentu saja ia tahu luar dalam Rifky itu seperti apa meskipun mereka bukan keluarga."Itulah masalahnya, gue bilang tadi untuk bicara dengan dia, pihak perusahaan dia itu kagak pernah ngasih gue akses, setiap kali kita rapat, meskipun gue yang ke Yogyakarta, atau mereka yang ke sini, tetap aja, Rifky itu kagak bisa gue temui, misterius gitu, jadi gue terpaksa minta bantuan lu, tadinya udah minta sama Billy, tapikan lu tau, hubungan gue sama Billy itu gimana?"Mitha menghela napas mendengar penuturan Birly, perkara memberikan nomor ponsel, memang kedengarannya sepele,