"Tembon?" Pria yang dipanggil 'Tembon' oleh Nadya, tersenyum canggung saat semua orang justru menjadikannya pusat perhatian karena panggilan itu."Maaf, bu Nadya. Sepertinya anda salah orang. Perkenalkan, saya Fabian. PM yang baru." Fabian mengulurkan tangannya ramah dan terlihat begitu santai.Lain halnya dengan Nadya, ia tampak salah tingkah karena terlanjur menyebut nama PM baru mereka dengan panggilan 'khusus' masa kecilnya. Ia tidak sedang salah orang, karena pria tersebut memang 'Tembon' sahabat 'spesial' masa kecilnya.Nadya maklum kalau Tembon memilih untuk tidak mengakui nama 'itu', karena disana sedang banyak orang. Nadya tersenyum malu dan cepat menyesuaikan diri."Ma-maaf, Pak. Saya keceplosan. Salam kenal, senang bisa bekerjasama dengan anda." Ujar Nadya tersipu, segera menyadari kesalahannya. Ia terlalu bersemangat, sampai lupa dimana ia berada saat itu.Hari itu adalah perkenalan project manager yang baru. Otomatis Fabian akan menjadi orang dengan pangkat tertinggi dal
Tanpa terasa, Adam dan Nadya sudah melewatkan waktu dua jam bersama. Selama itu pula, Adam berusaha menjadi pendengar yang baik. Meski dengan begitu, ada perasaan cemburu yang membuatnya ia tidak nyaman. Mungkin karena ini adalah pertama kali dalam hidupnya, Adam menyimpan rasa pada seorang wanita. Alasan yang sama yang membuatnya menahan kecemburuannya dan memilih untuk menjadi penyemangat bagi wanita yang disukainya. Meski dengan begitu, ia harus menahan sakit dalam hatinya.Nadya sangat berterimakasih pada Adam karena telah mendengarkan semua curhatannya dan juga berhasil menguatkannya. Sehingga, saat ia kembali, Nadya sudah dapat tersenyum cerah seperti biasanya.Adam sengaja tidak mengantar Nadya kembali ke ruangannya, semata karena Adam sendiri bukanlah setegar yang ditampakkannya ketika di depan Nadya sebelumnya.'Bukanlah hal yang mudah untuk bisa menerima wanita yang kita sukai bercerita tentang perasaan cintanya, tapi cinta untuk pria lain.'Itulah yang terjadi dengan Adam
"Adam?""Fabian?"Seru keduanya terkejut. Tentu saja mereka sudah saling kenal dan pertemuan yang tanpa sengaja itu membuat keduanya sama-sama terkejut sekaligus bersemangat."Anjir, gue kira lu dah mati." Canda Fabian bersemangat.Adam sempat larut dengan perasaan yang sama, sebelum ia tersadar dengan situasi saat itu. Tentu saja, karena semua mata menatap heran ke arah mereka saat itu.Bagaimana mungkin seorang esksekutif seperti Fabian bisa kenal dengan seorang OB? Apalagi cara mereka menyapa satu sama lain, terlihat begitu akrab.Termasuk Gira yang berdiri di dekat Adam, rahangnya sampai menganga lebar. Bahkan jika dimasukkan dua kepalan tangan akan cukup untuk masuk ke sana.Tidak ingin timbul gosip yang aneh-aneh nantinya, Adam dengan cepat bereaksi, "Hahaha, anda pasti bercanda, pak Fabian."Lalu, diikuti dengan kerlingan mata untuk memberi kode pada Fabian agar mengikuti rencananya, "Pak Fabian, bisa bicara dengan anda sebentar?"Fabian tentu saja mengerti dengan gestur yang d
Nadya sudah berusaha move on dan coba melupakan cinta masa kecilnya dan hanya menjadikannya sebagai bagian dari cerita masa lalu, sesuai sarannya Adam. Bagaimanapun, Nadya tidak ingin menjadi pelakor dan perusak rumah tangga orang lain.Nadya meyakinkan dirinya berulang kali, agar ia tidak baper dengan masa lalunya. Karena itu, ia berencana untuk mengurangi interaksinya dengan Fabian.Hanya saja, rencana hanya tinggal rencana. Karena pada kenyataannya, Nadya justru harus sering berinteraksi dengan Fabian. Karena Fabian merupakan PM langsung Nadya. Sehingga, ia pasti perlu berinteraksi dengannya untuk setiap pekerjaan yang ditanganinya. Belum lagi, saat ini mereka harus mengebut pengerjaan sebuah proyek bangunan salah satu pabrik semen yang ada di Gresik. Perusahaan mereka berhasil memenangkan tender untuk pembangunan pabrik serta perumahan karyawan. Mau tidak mau, Nadya bersama yang lainnya akan lebih sering bertemu dengan Fabian."Aku tidak menyangka, kamu ternyata beneran mengambil
Witing tresno jalaran soko kulino, sepengal kalimat ini tanpa sengaja terbaca oleh Adam dalam sebuah koran yang terletak di atas meja dalam ruangan rawat rumah sakit. 'Cinta hadir karena terbiasa.'Kalimat sederhana itu, cukup untuk menggambarkan bagaimana harusnya usaha Adam untuk mendapatkan cintanya Nadya. Dua hari terakhir ini, ada perubahan yang tampak dari sikap Nadya. Nadya seakan sedang menjaga jarak dengan dirinya.Siapa lagi penyebabnya, jika bukan karena kehadiran Fabian. Atasan Nadya sekaligus juga sahabatnya Adam.Situasi ini begitu rumit.Di satu sisi, Nadya adalah wanita yang ditaksir Adam. Di sisi lain, Fabian adalah sahabatnya. Adam percaya, jika Nadya saat ini sedang larut dengan bayang-bayang cinta masa kecilnya. Hanya saja, hubungan mereka tidak mungkin bisa untuk diteruskan. Bagaimanapun, Fabian adalah seorang pria yang sudah berkeluarga.Adam sudah memperingatkan hal ini pada Nadya sebelumnya. Meski Nadya berkilah, jika hubungan mereka hanyalah sebatas atasan da
"Adam, kamu ke mana aja? Dari tadi dicariin, tau!" Sambut Susan dengan wajah kesal begitu melihat Adam baru saja datang. Sebenarnya, Adam tidak pergi lama, hanya satu jam saja. Tapi sudah terjadi dua hari terakhir secara berturut-turut. "Kenapa?" Tanya Adam bingung melihat sambutan aneh rekan OBnya tersebut. "Malah tanya kenapa? Tadi mbak Nadya nyariin, terus ada mbak Gira dan mbak Ririn juga. Setelah itu, ada beberapa lagi. Tapi ketemunya sama Ayu." Jelas Susan dengan bibir kembang kempis, sambil melepaskan kekesalannya. Masalahnya, semua nama yang ia sebutkan, hanya mencari Adam.Seolah hanya Adam yang dapat memenuhi kebutuhan mereka. Saat Susan menawarkan bantuan, ia malah kena semprot. Kata mereka, yang cuma mengerti kebutuhan mereka, hanya Adam. Bagaimana Susan tidak gondok dibuatnya?Adam menepuk jidatnya.Dia baru ingat, jika jam segini adalah waktu mereka memesan kopi dan sejenisnya. Memang, Adam yang biasanya tahu takaran minuman mereka. Kalau sama OB yang lain, sering kem
"Adam, aku mau minta maaf soal kejadian siang tadi." Telpon Nadya malam harinya.Setelah selesai dengan pekerjaannya pada sore harinya, Nadya baru memikirkannya. Apalagi setelah ia meneriaki Adam siang tadi, Adam tidak lagi kembali ke ruangannya. Setelah merenung beberapa saat lamanya, Nadya merasa bersalah. Bagaimanapun, bukan salah Adam karena tidak berada di tempatnya saat Nadya membutuhkannya. Adam juga butuh refreshing biar tidak stres dengan pekerjaannya. Sama halnya dengan dirinya ataupun karyawan lainnya. Seseorang tidak bisa terus-terusan bekerja tanpa diselingi hiburan. Bagaimanapun, Adam masih seorang manusia, bukan robot.Setelah mengingatnya kembali, Nadya merasa bersalah karena telah membentak Adam siang tadi. Memang bukan maksudnya untuk bicara sekasar itu pada Adam. Hanya saja, ia sedang stres karena tuntutan pekerjaan, membuat Nadya menjadi emosional.Nadya berinisiatif untuk menghubungi Adam karena menyesali tindakannya siang tadi. Ia tidak mau, persahabatannya deng
Saat Fabian sedang makan bersama Nadya dan yang lainnya, mereka tampak cair dan santai. Fabian orangnya supel dan cukup cepat membaur dengan kelompok karyawan wanitanya ini. Hanya saja, saat mereka sedang asik menikmati makanan seperti itu, dari arah pintu kantin, dua orang wanita berpakaian modis masuk dan langsung berjalan ke meja Fabian. Keduanya berdiri tepat di belakang Fabian dengan ekspresi gelap.Fabian duduk memunggungi arah pintu, sehingga tidak menyadari siapa wanita yang sedang berjalan ke tempatnya."Hmn, hmn." Wanita cantik tersebut mendehem sebanyak dua kali dan seketika membuat para karyawan wanita yang semula masih tampak santai menikmati makan dan juga obrolan mereka, langsung terdiam.Mereka menjadi salah tingkah, itu karena ekspresi wanita tersebut begitu dingin. Seperti sedang menahan amarah dan siap untuk meledak setiap saat. Terlebih, mereka sadar jika wanita tersebut merupakan istri dari PM baru mereka.Melihat semua wanita di dekatnya terpaku dan terpana ke