Share

5. DITINGGALKAN SEMUA ORANG

Adam duduk disebuah Halte setelah lelah berjalan sekian lama, Ia pergi hanya membawa satu ransel pakaian dan sama sekali tidak membawa kendaraannya. Ia terlanjur emosi dan membenci orang tuanya, sehingga apapun yang diterima dari orang tuanya, ditinggalkan begitu saja.

Sekarang, Adam baru merutuki keputusannya. Karena tidak ada kendaraan, Ia tidak bisa bebas pergi kemanapun yang diinginkannya.

Kondisinya semakin payah, begitu Adam memeriksa dompetnya. Uangnya hanya tersisa tiga juta rupiah saja saat ini.

Bagi Adam yang sudah terbiasa dengan gaya hidup mewah, melihat uang segitu seperti bencana baginya. Kartu kredit dan debit yang ada didalam dompetnya, jangan ditanya! Pasti semuanya sudah diblokir oleh orang tuanya saat ini.

Sebelumnya, uang belanja Adam tidak kurang dari tigapuluh juta setiap harinya. Itu batas minimal uang jajannya dalam sehari, sekarang dengan hanya ada uang tiga juta dalam dompetnya, Adam merasa seperti orang paling sengsara di dunia.

Adam coba menghubungi beberapa teman dekatnya untuk meminta bantuan mereka.

"Aduh, Bro. Sorry, gue lagi diluar kota, gak bisa bantuin lu."

"Maaf, Dam. Gue gak bisa bantuin lu sekarang. Keuangan gue juga lagi limit nih."

"Mobil gue cuma tinggal satu doang sekarang, Bray. Satunya dipakai sama adik gue buat kuliah."

"Sorry, Dam. Gue gak bisa bantu minjemin lu uang, Gue mau bayar hutang juga soalnya."

Setiap teman yang coba dimintai bantuan, selalu menolaknya dengan berbagai alasan. Padahal Adam tidak pernah perhitungan dengan mereka semua dulunya.

Kini, saat kondisinya sedang terpuruk seperti ini, semua orang seakan meninggalkan dirinya.

"Bangsat!" Maki Adam emosi. 

Sekarang Ia seakan sadar seperti apa sifat asli orang-orang yang disebutnya sebagai teman. Mereka tidak lebih seperti lintah, mereka akan mendekat ketika Ia menawarkan banyak kesenangan dan akan pergi meninggalkannya begitu tidak ada lagi keuntungan yang bisa mereka hisap darinya.

Rahang Adam mengeras, Ia seperti orang sehabis mabuk dan memaki-maki sendiri sambil melihat ponselnya. Apalagi saat Ia coba menghubungi temannya yang lain, panggilannya bahkan langsung ditolak seolah mereka menghindar untuk bicara dengannya.

Saat putus asa seperti itu, Adam teringat dengan Wika.

Ia adalah gadis cantik dan juga artis pendatang baru yang memiliki hubungan dekat dengan Adam. Wika juga yang menjadi alasan Adam sampai berkelahi dengan Rio dan berujung dengan penahanan dirinya.

Adam mengira Wika akan bisa menerimanya sekarang, tapi jawaban yang diterimanya sungguh membuat Adam terkejut. 

"Adam sebaiknya kamu jangan menghubungiku lagi. Hubungan kita sudah berakhir." 

Wika bahkan tidak menahan diri sama sekali untuk bicara terus terang dengan Adam. Kata-katanya begitu ketus dan tidak berperasaan.

"Aku masih pacarmu, Wika. Kita masih belum putus."

"Kamu salah, Dam. Kita sudah putus semenjak kamu dipenjara."

"Wika, aku salah. Aku minta maaf, oke?" Ucap Adam coba merajuk.

Tanpa Adam sadari tampak senyum mengejek Wika dari seberang sana, Ia berkata, "Adam, kamu harus terima kenyataan. Kita tidak lagi bisa seperti dulu."

"Tapi, kenapa? Atau... jangan-jangan kamu sudah memiliki pengganti diriku?"

"Itu bukan urusanmu. Sebaiknya jangan coba-coba menghubungiku lagi."

Tutt tutt tuttt

“Halo? Halo Wika?, Wik...?"

Adam merasa putus asa, tidak satupun orang yang bisa diharapkannya. Bahkan tidak kekasihnya sekalipun.

Dulu Wika adalah wanita yang mengejar-ngejarnya, Adam masih ingat dengan begitu jelas bagaimana artis yang sedang naik daun itu memujanya dan berharap untuk menjadi kekasihnya. Wika memiliki fisik yang cantik dan berkulit putih bersih, sikapnya yang manja membuat Adam akhirnya menerima Wika menjadi kekasihnya.

Sekarang setelah mendengar Adam diusir dari keluarga Widjaja, Wika bahkan tidak sedikitpun menoleh padanya.

Adam mengumpat kesal, namun tidak ada yang bisa menjadi objek kekesalannya selain kesialannya sendiri.

Ia tidak ingin berakhir hidup dijalanan. Adam memaksa menyeret kopernya untuk mencari tempat untuk beristirahat. Dengan uang yang tersisa, Adam tidak mungkin bisa menginap dihotel berbintang.

Akhirnya, hari itu Ia singgah di sebuah losmen biasa dan memutuskan beristirahat disana.

Ekspresi Adam terlihat buruk begitu masuk ke dalam kamar.

Kamar itu begitu sederhana, sangat jauh dengan standar Adam selama ini. Ia terpaksa harus menginap disana hari itu, sebelum memutuskan apa yang akan dilakukannya esok hari.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status