Share

4. PRIA YANG TIDAK DIINGINKAN

Adam beranjak menuju kamar tidurnya dan mengumpulkan beberapa pakaian yang bisa dibawanya, kepalanya masih panas dan dipenuhi oleh emosi. Ia masih tidak terima, orang tuanya mencabut semua fasilitas dan tabungannya. Bahkan sampai mengusirnya, dalam hati Ia bertekad akan pergi selamanya dari sana.

'Lihat saja, kalian akan menyesalinya.' 

Saat Adam sedang berkemas, Pak Ali masuk ke dalam kamarnya.

Pak Ali hanya diam dan melihat Adam yang sedang kesal memasukan pakaiannya kedalam tas ransel. Pak Ali paling tahu bagaimana karakter Adam, jadi dia sengaja menonton semua yang dilakukan Adam tanpa mengomentarinya sedikitpun.

"Kenapa? Apa Bapak mau menahanku disini?" Tanya Adam gusar karena Pak Ali sama sekali tidak bicara. Dia tidak keberatan seandainya Pak Ali marah atau akan memberinya nasehat seperti biasanya. Namun tidak, Pak Ali hanya diam. Situasi tersebut jauh membuatnya lebih canggung.

"Tidak, kamu dapat melakukan apapun yang kamu inginkan." Jawab Pak Ali dengan senyum tenangnya.

Setelah memasukan beberapa pakaian dalam tas ransel, Adam sedikit terdiam. Ia seperti mengumpulkan semua tekadnya untuk benar-benar memutuskan keluar dari rumah. Ini adalah kali pertama Adam pergi dari rumah dan mungkin untuk selamanya.

"Pak, aku pergi." Ucap Adam setelah bulat dengan keputusannya.

Pak Ali hanya mengangguk kecil dan tidak berkomentar banyak, Ia berucap singkat, "Ya."

Adam sampai menatap heran pada Pak Ali. Tidak biasanya Pak Ali tidak banyak bicara seperti itu.

"Bapak marah pada Adam?"

"Tidak."

"Lalu, Kenapa Bapak diam saja?" 

"Bapak hanya ingin memastikan, seperti apa keyakinanmu ketika pergi hari ini."

"Bapak mendukung keputusan Papa mengusirku?" Tanya Adam terkesiap.

Pak Ali hanya mendesah dan menggelengkan kepala ringan, "Kamu lagi-lagi salah."

"Apanya yang salah Pak? Bapak kesini ingin memastikan kalau aku benar-benar pergi kan? Kalau begitu, apa bedanya Bapak dengan Papa? Bapak juga tidak ingin aku berada di sini kan? Bapak juga menganggapku sebagai kesia-siaan dalam keluarga ini, ‘kan?" Emosi Adam kembali terpancing. Percikan sekecil apapun, sepertinya akan membuat amarahnya cepat melonjak naik.

"Adakah orang tua yang membenci anaknya sendiri?" Tanya Pak Ali tenang.

Adam terdiam. Saat itu, egonya masih tinggi. Dia berkata, "Ada, mereka adalah orang tuaku. Buktinya, mereka sampai hati mengusirku seperti ini."

Pak Ali kecewa karena Adam masih saja tidak bisa melihat semuanya dengan jernih.

"Kalau begitu pergilah! Bapak hanya berpesan padamu, renungkan dirimu. Hukuman ini bukan karena orang tuamu membencimu, tapi karena mereka sangat menyayangimu."

Adam mendengus dingin, Ia hendak membantah ucapan Pak Ali namun keburu disela Pak Ali, "Kamu tidak usah menjawabnya sekarang. Cukup renungkan!"

Adam mengatupkan rahangnya. Ia tidak mungkin mendebat Pak Ali, namun perpisahan antara dirinya dengan Pak Ali tak ayal membuatnya cukup emosional. Mungkin Pak Ali lah satu-satunya orang yang akan membuatnya bersedih jika pergi meninggalkan rumah ini.

"Pak, Adam pergi dulu."

Pak Ali melepas Adam dengan tegar, "Pergilah! Jika kamu butuh sesuatu, kamu tahu bagaimana harus menghubungi Bapak."

Pak Ali tidak suka dengan sikap pembangkangnya Adam terhadap orang tuanya. Tapi, saat melihat Adam pergi hari itu, Ia juga merasakan kesedihan menyusup dalam hatinya. Tapi, keputusan tersebut adalah yang terbaik, Adam harus bisa belajar mandiri dan menemukan pelajaran hidupnya sendiri diluar sana.

Seperti kata yang diucapakannya pada Adam sebelum ini, hukuman itu adalah bentuk cinta orang tuanya pada Adam. Pak Ali hanya berharap, Adam dapat merenungkan semua kesalahannya dan berubah menjadi lebih baik dimasa depan. Bagaimanapun, dia adalah harapan satu-satunya yang dimiliki orang tuanya.

Meski keputusan itu terlihat kejam, namun Pak Ali sadar jika tuan besarnya pasti telah memikirkannya dengan matang.

Ketika Adam berjalan turun kelantai bawah dengan ransel di punggungnya, semua orang yang masih berada disana memandangnya dengan terkejut. Namun tidak lama sebelum tatapan tersebut beralih menjadi tatapan penuh cibiran.

Semua orang disana tampak merasa senang melihat Adam pergi, sepertinya mereka telah lama mengharapkan hal itu menjadi kenyataan. Mereka berpikir jika Adam pantas mendapatkan hal itu.

Namun ada juga beberapa orang yang tampak bersimpatik dengan kondisi Adam. 

"Apa yang kalian lihat?" Bentak Adam dan membuat semua orang tidak berani berkomentar apapun dan bersikap seolah mereka tidak melihat Adam ada disana.

Adam berlalu tanpa mengacuhkan lebih jauh semua tatapan yang diarahkan padanya.

Saat Adam keluar dari rumah, baru semua orang berani mengeluarkan opininya.

"Akhirnya dia pergi dari sini. Dia hanya bisa membawa masalah pada keluarga ini." 

Ada juga yang berkomentar lebih sinis, "Pergi? Sepertinya bukan begitu. Dia jelas-jelas telah diusir. Om Eka sepertinya sudah tidak tahan lagi dengan ulahnya."

"Seharusnya sejak dulu dia diusir dari keluarga. Ada dia dalam keluarga Widjaja hanya membawa bencana dan merusak nama besar keluarga ini."

"Iya, dia selalu berulah dan bersikap sombong dan membuat pusing semua keluarga."

Komentar sinis mereka silih berganti.

Begitu Adam keluar dari rumah, berita tentang pengusiran Adam beredar dengan sangat cepat. Dalam waktu singkat, semua orang sudah tahu jika Adam bukan lagi bagian dalam keluarga Widjaja.

Komen (1)
goodnovel comment avatar
ADITIO GAMING
koin nya mahal
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status