Share

7. MEMINTA BANTUAN PAK ALI

Adam baru saja selesai memindahkan 50 karung beras ke dalam kiosnya Ncang Ari, salah satu juragan beras di pasar tempat dia bekerja sebagai buruh lepas.

Tiga minggu bekerja sebagai buruh lepas, Adam mulai menyadari betapa beratnya bekerja sebagai seorang buruh dan menghasilkan uang 50 hingga 70 ribu sehari. Itupun dengan harus menggunakan tenaga kasar dan sering seluruh tubuhnya terasa sakit dan sangat penat begitu selesai bekerja.

Sering bekerja di bawah terik matahari membuat Adam tidak lagi terlihat bersih seperti sebelumnya. Kulitnya mulai menggelap, rambutnya juga sudah mulai memanjang dan jambang yang tumbuh diwajahnya.

Sore itu, setelah memberikan upah pada para pekerja, Ncang Ari sengaja memanggil Adam.

Meski baru beberapa hari bekerja, ternyata Ncang Ari sudah memperhatikan Adam layaknya pekerjanya yang lain. Dari sana Ia bisa menyimpulkan, jika Adam terlihat berbeda dari seluruh buruh yang bekerja padanya.

Ncang Ari melihat Adam memiliki potensi yang tinggi, sangat aying jika semua bakatnya itu hanya dihabiskan menjadi seorang buruh dan dibayar dengan rupiah yang tidak seberapa. Sementara, menurut hemat Ncang Ari, Adam seharusnya bisa bekerja di tempat yang jauh lebih bonafit dengan penghasilan tinggi.

"Dam, Ncang lihat kamu cukup berpendidikan. Apa kamu tidak pernah mencoba melamar kerja di kantoran gitu?"

Hal itu disadari oleh Ncang Ari, begitu putri bungsunya mengeluh tentang laptopnya yang tiba-tiba mati, siang sebelumnya.

Ncang Ari mana mengerti tentang laptop, Ia malah berniat untuk mengirim laptop putrinya ke toko komputer, tidak jauh dari area pasar.

Kebetulan, Adam sedang berada di depan toko saat itu, karena truk pembawa beras belum datang. Mendengar percakapan mereka, Adam yang seorang sarjana informatika menawarkan diri untuk memeriksa laptop putrinya Ncang Ari. Daripada harus diserahkan ke tempat servis laptop yang tidak jelas dan malah menelan biaya yang tidak perlu karena permainan teknisi nakal yang suka mencari untung.

Hanya sebentar, Adam berhasil menemukan sumber masalah penyebab kerusakan laptop. 30 menit kemudian Adam berhasil menghidupkan kembali laptop yang rusak. 

Ini adalah ketiga kalinya mereka berbincang.

Bicara dengan Adam, membuat Ncang Ari sadar jika pemuda tersebut memiliki wawasan yang cukup luas. Adam juga tampan dan tinggi, sangat sayang sekali jika pemuda itu hanya berkarir sebagai kuli angkut.

Mendengar pertanyaan Ncang Ari, Adam terdiam cukup lama. Sebulan terakhir, kehidupan Adam seperti roller coster. Turun naik dengan begitu cepat, sebulan yang lalu Ia masih menikmati statusnya sebagai seorang anak konglomerat ternama. Ia begitu jumawa dan petantang-petenteng dengan semua kekayaan dan status tinggi keluarganya.

Satu masalah dengan mantan kekasihnya yang saat itu sedang digoda oleh Sandi, putra salah seorang anggota dewan membuat Adam menghajarnya. Akibat beruntun dari kejadian itu, Adam sampai harus dipenjara selama sebulan, lalu sekarang Ia berakhir ditempat ini.

Tidak punya apa-apa dan bekerja sebagai kuli angkut demi dapat bertahan hidup.

Adam tidak berniat menceritakan hal itu pada Ncang Ari sebelumnya, namun sikap kebapakan juragan beras tersebut membuat Adam berani untuk menceritakan semua permasalahannya pada Ncang Ari.

Ncang mengangguk-angguk kecil sambil mengusap jenggot tipisnya. Ia mulai memahami bagaimana jalan pikiran Adam berdasarkan ceritanya. Ia tidak serta merta menyalahkan sikap Adam, karena menurut penilaiannya, Adam bersikap seperti itu karena kurangnya perhatian dari orang tuanya.

Ncang Ari berkata dengan bijak, "Dam, ncang bukan bermaksud menolak kamu kerja di sini. Kamu itu seorang sarjana, sangat sayang jika bakat besarmu berakhir di tempat ini. Coba pikir, tahun ini usiamu sudah 25 tahun. Dengan usiamu yang masih muda, kamu mau menghabiskan sisa hidupmu sebagai tukang angkat beras?”

"Sekarang, kamu kembalilah pulang! Berdamailah dengan keluargamu.Tidak ada salahnya mengalah pada orang tua, meski kamu merasa benar sekalipun."

"Coba, jangan hanya memikirkan perasaanmu sendiri. Pikirkan bagaimana perasaan orang tuamu, mereka pasti menginginkan yang terbaik untukmu."

Ncang Ari diam sejenak sambil melihat bagaimana reaksi Adam, tampak banyak pertentangan dalam ekspresinya saat ini. Mungkin pengalaman beberapa hari terakhir, sudah cukup banyak mengubah pandangan Adam tentang pendiriannya.

"Kamu lihat ncang, Dam. Ncang hanya lulusan SLTA, karena itu ncang bekerjakeras hingga sampai pada titik ini. Itu semua demi apa? Agar anak-anak ncang bisa hidup lebih baik dari ncang kelak. Meski dengan begini, ncang hampir tidak ada waktu untuk menemani mereka tumbuh dewasa."

"Mungkin, bedanya Ncang dengan orang tuamu. Ncang terbuka dengan mereka semua tentang tujuan usaha ini adalah untuk mereka semua."

"Namun, mereka tidak bercerita sekalipun. Kamu seharusnya tahu, jika semua usaha yang mereka lakukan adalah untuk dirimu. Kamu adalah satu-satunya anak mereka, siapa lagi yang akan mewarisi kekayaan mereka jika bukan dirimu?" 

Kalimat Ncang Ari sederhana, namun sangat dalam dengan makna hidup. Penjelasan Ncang Ari sedikit banyaknya membuka pemikiran Adam tentang orang tuanya. Jika Ncang Ari terbuka dengan anak-anaknya, orang tua Adam sama sekali tidak pernah mengungkapkan hal itu padanya.

Sekarang, Adam mulai menyadari tentang tujuan kedua orang tuanya bekerja keras dan mengorbankan semua waktu mereka dengan Adam, semua itu adalah untuk masa depannya..

Namun, sebelumnya Adam terlalu bebal dan tinggi hati untuk mengakuinya. Ia merasa, ketika semua fasilitas yang selama ini dicabut oleh orang tuanya, menunjukkan kebencian mereka kepadanya. Ia tidak pernah berpikir dari sisi sebaliknya.

"Ta-tapi, mereka sudah mengusir saya dari rumah, Ncang." Ucap Adam dengan suara sedikit bergetar. Emosinya melonjak dan terombang ambing begitu sebuah realita baru menyentak kesadarannya.

Ncang Ari tertawa kecil, Ia mengusap pundak Adam layaknya seorang bapak menenangkan anaknya. Ncang Ari berkata, "Tidak ada seorang Ayahpun yang membenci anaknya. Mungkin Ia menghukummu untuk membuat dirimu tumbuh menjadi lelaki yang bijak dan bisa bersikap lebih dewasa."

"Kamu lihat seekor harimau jantan? Dia tidak membunuh harimau jantan muda karena takut kekuasaan akan diambil kelak. Tapi Ia membiarkan harimau yang lebih muda untuk keluar dari kawanannya, agar si harimau muda dapat menemukan kehidupannya sendiri dan suatu saat, saat Ia dewasa, harimau muda tersebut yang akan maju menjadi pemimpin kawanan selanjutnya."

"Menurut, Ncang. Ayahmu juga begitu. Ia ingin kamu sadar dan dewasa dengan jalanmu sendiri, karena Ia tidak dapat mengubahmu dewasa secara langsung. Jadi harus kamu sendiri yang menemukan tujuan hidupmu. Ncang yakin, Ayahmu pasti juga menderita dengan keputusan ini. Tapi Ia mempercayakanmu pada takdir, takdir yang dapat mengubahmu menjadi harimau dewasa dan dapat mengantikannya kelak sebagai pemimpin keluarga berikutnya."

Tanpa sadar, mata Adam milai memerah. Bukan karena dongeng harimau dan kawanan yang diceritakan oleh Ncang Ari. Tapi, satu poin yang membuat Adam terhenyak. Ayahnya menginginkan Adam berubah agar dapat menggantikan dirinya kelak. Saat itu, Adam sadar jika karakternya selama ini sangat sulit diatur. Ia tidak pernah mau mendengarkan apa yang dinasehatkan oleh orang tuanya.

"Benar kata Ncang." 

Adam terdiam sejenak, "Tapi, aku sudah bertekad untuk tidak kembali saat ini. Paling tidak, aku ingin membuktikan jika aku bisa mandiri terlebih dahulu. Ta-tapi, saat ini aku sebatang kara dan tidak punya apapun dan juga siapapun untuk diandalkan."

"Coba hubungi teman-temanmu, pasti ada di antara mereka yang dapat membantumu."

Adam menggeleng lemah, Ia tersenyum getir dan berkata, "Aku sudah menghubungi semua orang yang kukenal, Ncang. Semuanya menolakku dengan berbagai alasan."

"Sanak familimu yang lain?"

Adam teringat dengan satu nama, begitu Ncang Ari menyinggung keluarganya.

"Ada, Ncang." Jawab Adam bersemangat.

Ia langsung teringat dengan Pak Ali, sebelumnya Ia hanya memikirkan bantuan dari teman-temannya dan melupakan Pak Ali. Padahal Pak Ali sudah mengingatkan Adam agar menghubunginya jika membutuhkan bantuannya.

Adam langsung mengeluarkan ponselnya dan menekan nomor Pak Ali.

"Halo, Adam?" Tanya Pak Ali dari seberang sana. Ia sudah lama menantikan waktu dimana Adam menghubunginya.

"Pak, Adam bisa minta bantuan?"

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status