Share

8. UJIAN 30 HARI

Ali sedang berada di ruang kerja Eka Salim Widjaja saat Adam menghubunginya.

Saat itu, Eka Salim Widjaja baru saja selesai kontrol kesehatan dengan dokter pribadinya. Kondisinya sudah jauh lebih baik, tapi Ia harus rutin memeriksakan kondisi kesehatannya dan menghindari beban pikiran secara berlebihan. Karena itu, Eka Widjaja harus berusaha untuk membuat pikirannya bisa tetap rileks.

Terakhir, kondisinya sampai drop kembali karena masalah dengan Adam, putranya. Satu-satunya yang mampu memberikan tekanan berat dalam pikirannya adalah anaknya. Eka menyayangi Adam dan ingin anaknya dapat berubah menjadi lebih baik. Sehingga, jika Ia tiada kelak, Adam akan dapat diandalkan untuk menggantikan dirinya.

Beruntung bagi Eka Widjaja, dia memiliki Ali Tanjung sebagai tangan kanannya. Ali bukan hanya kepala pengawalnya, tapi juga sudah dianggap sebagai bagian dari keluarganya. 

Ali telah mengirimkan orang-orang kepercayaannya untuk selalu memantau perkembangan Adam, tanpa sepengetahuan Adam tentunya. Meski bibirnya telah berucap mengusir Adam dari keluarganya, Eka Widjaja tidak mungkin tega membiarkan anaknya terlantar di jalanan.

Sekarang melihat nama Adam tertera di layar handphone Ali, Eka menyuruhnya untuk segera menjawab panggilan tersebut dan melihat apa yang diinginkan Adam.

"Pak, Adam bisa minta bantuan?" Tanya Adam dari seberang sana dengan nada yang begitu sopan.

Tidak hanya Ali, Eka Widjaja pun tampak terperangah mendengar Adam bisa bicara dengan lembut dan sopan seperti itu, jauh dari kesan sombong yang selama ini menjadi ciri khasnya.

Ali menatap tuan besarnya untuk menunggu instruksinya, Eka Widjaja memberikan anggukan dan memintanya untuk menanyakan bantuan apa yang diinginkan Adam dari Ali.

"Bantuan apa yang bisa bapak berikan untukmu, Dam?"

Terdengar hening sesaat, sepertinya Adam coba menghilangkan keraguan dan rasa sungkannya demi tujuannya.

"Pak, Adam butuh pekerjaan. Apa bapak bisa membantu, meminta kenalan Pak Ali untuk memberikan pekerjaan pada Adam?"

Kerasnya pengalaman di lapangan selama beberapa hari terakhir, sudah cukup untuk Adam membuang seluruh egonya dan bersikap lebih lunak.

Dia telah melepaskan karakter sombongnya sebagai tuan muda dari keluarga besar, Eka Widjaja tampak cukup senang dengan perubahan drastis tersebut. Ia selalu mengikuti perkembangan Adam dari laporan orang-orang suruhannya Ali selama ini. 

Eka Widjaja menuliskan sesuatu di secarik kertas dan memberikannya pada Ali.

Ali cepat memahami isi pesan yang diberikan Eka Widjaja padanya, dia berkata, "Pekerjaan yah? Hmn, sekarang ada. Gajinya tidak seberapa besar, tapi dikantoran. Kamu mau?"

"Tidak masalah pak, saya siap." Suara Adam terdengar bersemangat.

"Kamu tidak bertanya dulu, pekerjaannya apa?"

"Saya minta bantuan dari pak Ali, bagaimana saya masih memilih-milih pekerjaan. Pekerjaan apapun, saya siap pak." Jawab Adam lugas.

Tidak hanya pak Ali, Eka Widjaja yang duduk diseberang meja pun tersenyum senang mendengar jawaban Adam. Kalimat itu saja, sudah cukup menggambarkan sejauh mana perkembangan Adam sampai saat ini.

"Baguslah kalau begitu." Komentar Ali senang, lalu Ia melanjutkan, "Pekerjaan yang bapak maksud sebagai OB. Tidak apa-apa?"

"Tidak masalah, Pak. Saya siap." Terdengar jawaban Adam tanpa keraguan sedikitpun.

"Tapi, kerjanya di perusahaan Ayahmu."

Kalimat tambahan Ali berikutnya membuat Adam langsung terdiam beberapa detik lamanya.

Adam dengan ragu berkata, "Apa Papa akan tahu jika saya bekerja disana nantinya, Pak?"

Sepertinya Adam masih enggan untuk bertemu dengan Ayahnya saat ini.

Ali melirik Eka Widjaja.

Tuan besarnya memberi kode jika Ia tidak tahu menahu soal ini, sehingga Ali pun bisa berucap dengan santai, "Tidak! Ayahmu sama sekali tidak tahu akan hal ini. Ini kebetulan, bapak sempat berbincang sehari yang lalu dengan Anjas, kepala OB di perusahaan Ayahmu. Bagaimana, kamu bersedia?"

Adam merasa baik-baik saja, selama Ia tidak berhubungan dengan Ayahnya.

"Baiklah, kalau begitu saya bersedia, Pak."

"Kalau kamu bersedia, besok kamu temui Anjas jam 7 diruangannya. Saya juga akan memberitahunya tentang kedatanganmu."

"Baik, pak Ali. Terimakasih sebelumnya."

Mereka berbincang sejenak, sambil Pak Ali menanyai kabar Adam setelah pergi dari rumah. Meski sudah mengetahui secara detail kedaan Adam, Ia tidak mungkin melewatkannya jika tidak ingin Adam mencurigai jika orang-orangnya telah memata-matai Adam selama ini.

Setelah mengakhiri panggilan teleponnya, Ali tampak bertanya heran pada Eka Widjaja, "Apa tidak apa-apa membiarkan Adam bekerja sebagai OB, Pak?"

Ali khawatir, dengan kemampuan dan gelar sarjana yang dimiliki Adam, tuan mudanya itu sangat layak dengan posisi yang lebih bonafit seharusnya. Tapi, Eka Widjaja sama sekali tidak terpengaruh. Dia sudah sangat yakin untuk memberikan posisi OB kepada putra satu-satunya tersebut.

Eka Widjaja tampak tenang, Ia sudah memikirkannya dengan matang. Ini merupakan langkah selanjutnya jika Ia menginginkan Adam berubah ke arah yang lebih baik.

Pertama, Adam harus belajar dan merasakan bagaimana rasanya ketika tidak memiliki apapun.

Kedua, Adam harus belajar bagaimana caranya menghargai orang lain.

Ketiga, Adam harusa tahu bagaimana caranya bersikap lebih rendah hati dan mengontrol emosinya.

Ketiga hal itu adalah kekurangan paling fatal yang terdapat dalam diri Adam selama ini. Adam harus dapat mengatasi penghambat tersebut, jika ingin menjadi pemimpin yang layak untuk Widjaja Grup dimasa depan.

Setiap orang bisa menjadi bos, tapi tidak setiap bos memiliki karakter yang rendah hati dan mampu menghargai orang lain. Sebagai seorang Ayah dan juga bos besar yang sudah memiliki banyak pengalaman, Eka Widjaja ingin anaknya dapat memiliki karakter yang cakap untuk bisa menggantikan dirinya kelak.

"Tidak apa-apa. Justru kalau kita memberikannya pekerjaan dengan posisi yang baik saat ini, itu tidak akan berefek apapun pada Adam."

"Saya ingin melihat perkembangannya lebih jauh. Dia telah merasakan kerasnya bekerja sebagai buruh lepas sekarang, jadi tidak ada salahnya memberikan pekerjaan keras lainnya. Dia harus merasakan bagaimana susahnya menjadi orang susah dan penghasilan pas-pasan. Tidak hanya itu, Ia juga harus belajar bagaimana menundukkan kepala sebelum bisa menjadi seorang pemimpin yang baik."

"Belajar bagaimana caranya melayani, sebelum dilayani."

Ali berucap dengan ragu dan khawatir, "Apa pekerjaan ini tidak akan membuat Adam malu nantinya? Semua orang yang telah mengenalnya, akan merendahkannya." 

Eka Widjaja menjawab tanpa keraguan sedikitpun, "Adam harus belajar mengatasi semua perasaan itu."

"30 Hari. Saya akan memberinya waktu 30 hari untuk menjalani peran barunya ini. Jika Adam bisa melewati ujian ini, maka Saya akan membawanya kembali kedalam keluarga Widjaja. Ini bukan hanya ujian untuk perubahan karakternya semata. Tapi juga sebagai ujian, apa dia pantas atau tidak menjadi penerusku."

Selanjutnya Eka Widjaja memberi intruksi tegas pada Ali, "Selama itu, jangan memberikan bantuan apapun pada Adam. Biarkan dia bekerja layaknya OB lainnya, pastikan tidak ada perlakuan istimewa apapun. Katakan juga ini pada Anjas dan siapapun yang kenal dengan Adam didalam perusahaan, untuk bersikap tidak mengenal Adam sama sekali. Jika ada yang berani melanggarnya, dia akan dikeluarkan dari perusahaan." 

Komen (3)
goodnovel comment avatar
Murdi Abdullah
mirip kehidupan banget,bedanya sebaliknya
goodnovel comment avatar
Herdie Lamkori
mantap deh cerita nya
goodnovel comment avatar
Tukang nulis
sampe sini seru sih. mirip sinetron dan cerita orang kaya lainnya..
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status