Jebakan Istri Kontrak : Sang Pewaris Yang Terlupakan

Jebakan Istri Kontrak : Sang Pewaris Yang Terlupakan

last updateTerakhir Diperbarui : 2025-06-17
Oleh:  Ethan ZacharyOn going
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
Belum ada penilaian
8Bab
13Dibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi

Alina Larasati kehilangan segalanya dalam semalam. Keluarganya bangkrut, ayahnya meninggal secara misterius, dan ia dipaksa hidup dalam kemiskinan, jauh dari kemewahan yang pernah ia kenal. Satu-satunya tujuannya kini adalah balas dendam kepada keluarga Adhitama, korporasi raksasa yang ia yakini telah menghancurkan keluarganya. Kesempatan emas datang dalam bentuk tawaran yang mustahil ditolak. Damian Adhitama CEO muda, tampan, dan terkenal dingin membutuhkan seorang istri kontrak untuk mengamankan posisi dan warisannya. Damian memandang Alina tak lebih dari seorang gadis biasa yang mudah dikendalikan, bidak sempurna dalam permainannya. Damian tidak tahu, gadis yang ia anggap polos ini adalah seorang pemangsa yang menyamar. Alina menerima pernikahan itu, menjadikannya jalan masuk sempurna ke jantung pertahanan musuh. Di siang hari, ia adalah istri patuh yang memesona; di malam hari, ia adalah peretas ulung yang mengumpulkan bukti untuk menjatuhkan Damian dan kerajaannya. Namun, di antara sandiwara dan tatapan dingin, percikan tak terduga mulai menyala. Hati Alina yang beku oleh dendam mulai mencair oleh perhatian Damian yang tak terucap. Damian pun menemukan dirinya tertarik pada wanita yang penuh teka-teki ini.

Lihat lebih banyak

Bab 1

Pertemuan Tak Terduga

Udara Jakarta yang lembap menyambut Alina saat ia melangkah keluar dari pintu samping gedung. Langit masih gelap, namun di ufuk timur sudah tampak semburat jingga tipis. Shift-nya sebagai petugas kebersihan baru saja usai, meninggalkan aroma lemon dan amonia yang tajam melekat di pakaiannya seperti parfum permanen.

Tiba-tiba, deru mesin beberapa mobil mewah memecah keheningan fajar. Tiga sedan hitam mengilap berhenti tepat di depan lobi utama Menara Adhitama. Pintu mobil tengah terbuka, dan seorang pria melangkah keluar.

Jantung Alina serasa berhenti berdetak.

Ia pernah melihat wajah itu ribuan kali di majalah bisnis dan berita televisi. Wajah yang terpahat sempurna dengan rahang tegas, hidung mancung, dan sepasang mata elang yang dingin. Rambut hitamnya disisir rapi ke belakang, dan setelan mahalnya terlihat tanpa cela bahkan di waktu subuh seperti ini.

Damian Adhitama.

Putra mahkota keluarga Adhitama, yang sekarang duduk di singgasana yang dibangun di atas puing-puing kebahagiaan Alina.

Damian berjalan dengan langkah lebar dan penuh kuasa, diikuti oleh dua pengawal berbadan tegap. Ia tidak melirik ke sekelilingnya, dunianya hanya lurus ke depan. Namun, saat ia melewati Alina yang berdiri mematung di trotoar, sebuah berkas terlepas dari map yang ia pegang. Selembar kertas melayang turun dan mendarat tepat di dekat sepatu usang Alina.

Tanpa berpikir, naluri Alina bergerak. Ia membungkuk dan memungut kertas itu. Untuk sepersekian detik, dunia terasa melambat. Saat ia menegakkan tubuh untuk menyerahkannya, mata mereka bertemu.

Mata Damian sedingin es di kutub utara. Ada kilat keterkejutan sesaat melihat seorang wanita pembersih di sana pada jam sepagi ini, namun kilat itu segera padam, digantikan oleh ketidakpedulian yang mutlak. Baginya, Alina hanyalah bagian dari perabotan, tidak lebih penting dari tiang lampu di sebelahnya.

Alina menelan ludah, tangannya yang memegang kertas sedikit gemetar. Ini dia. Iblis itu sendiri. Berdiri kurang dari satu meter darinya. Ada sejuta umpatan yang ingin ia lontarkan, sejuta tuduhan yang ingin ia teriakkan. Namun yang keluar dari bibirnya hanyalah kebisuan. Mulutnya terkunci oleh kebencian yang terlalu dalam untuk diungkapkan dengan kata-kata.

Damian mengambil kertas itu dari tangan Alina tanpa mengucapkan terima kasih. Jari mereka tidak bersentuhan, tapi Alina bisa merasakan aura dingin yang menguar dari pria itu. Ia kemudian berbalik dan melanjutkan langkahnya masuk ke dalam lobi, menghilang di balik pintu kaca otomatis. Seolah-olah interaksi barusan tidak pernah terjadi.

Alina masih berdiri di sana, napasnya memburu. Rasa benci yang membara memberinya energi baru. Pertemuan tak terduga itu mengoyak luka lama hingga kembali menganga.

Ironis. Gedung ini adalah Menara Adhitama. Markas besar korporasi yang telah merenggut segalanya darinya. Dua tahun terakhir, Alina Larasati, seorang gadis kurus berbalut seragam biru pudar, telah menjadi hantu tak terlihat yang muncul setelah semua orang penting pulang. Ia sengaja memilih pekerjaan ini, memilih untuk berada di jantung kekuasaan musuhnya, membiarkan kebenciannya terus menyala.

Setiap malam, tangannya yang ramping namun kapalan mendorong mesin pemoles di atas lantai marmer Italia yang sama, tempat ia pernah berjalan dengan anggun lima tahun lalu. Saat itu, ia mengenakan gaun sutra rancangan desainer ternama, menghadiri gala dinner sebagai putri tunggal Hendra Larasati. Sekarang, ia berlutut di atasnya, menggosok noda yang ditinggalkan entah oleh siapa.

Sebuah kilas balik melintas tanpa diundang. Pesta ulang tahun ayahnya. Taman belakang mansion mereka yang megah. Ayahnya tertawa lepas, seorang raja di industri properti. "Ingat, Alina," bisik ayahnya di sela-sela musik, "dunia bisnis ini hutan belantara. Jangan pernah membelakangi seekor serigala, bahkan jika ia tersenyum padamu."

Serigala itu adalah Karta Adhitama, ayah Damian, yang menyeringai sambil mengangkat gelas sampanye di pesta itu.

Hanya dalam enam bulan setelah pesta itu, neraka datang. Tuduhan penggelapan dana yang direkayasa, saham Larasati Group anjlok, diikuti pengambilalihan paksa oleh Adhitama Corp. Puncaknya, ayahnya ditemukan tewas di ruang kerjanya. Polisi menyebutnya bunuh diri. Alina tahu itu pembunuhan. Ibunya menyusul setahun kemudian karena patah hati. Aset mereka disita, dan Alina, sang putri, terlempar ke jalanan.

Dendam adalah api yang membuatnya tetap hidup. Ia tidak akan membiarkan api itu padam. Tidak sampai nama Adhitama hancur berkeping-keping. Dan setelah pertemuan pagi ini, Alina merasa lebih dari sekadar perabotan. Dia adalah bom waktu. Dan suatu hari nanti, dia akan meledak tepat di wajah Damian Adhitama.

Perjalanan pulang ke kamar kosnya yang sempit di gang becek terasa lebih menyesakkan dari biasanya. Bau comberan dan sampah menyambutnya. Pintu kamarnya yang terbuat dari triplek tipis ditempeli secarik kertas.

‘ALINA! UANG SEWA 3 BULAN BELUM DIBAYAR! LUNASI MINGGU INI ATAU ANGKAT KAKI!’

Tulisan tangan Bu Ratmi, pemilik kos, yang penuh amarah. Alina meremas kertas itu. Gajinya hanya cukup untuk makan. Keputusasaan mulai merayapinya, mengancam akan memadamkan api dendam yang selama ini ia pelihara.

Ia membuka pintu dan melemparkan dirinya ke atas kasur tipis yang terasa keras. Ia menatap langit-langit yang penuh sarang laba-laba. Jadi beginilah akhirnya? Setelah semua rencana besar, ia akan berakhir sebagai gelandangan?

Air mata panas mulai menggenang. Ia tidak menangis saat ayah dan ibunya meninggal, ia mengubah semua kesedihannya menjadi amarah. Tapi malam ini, setelah bertemu langsung dengan sumber penderitaannya dan dihadapkan pada kenyataan pahit hidupnya, pertahanannya goyah.

Saat itulah, suara mobil berhenti di depan gang sempitnya terdengar ganjil. Penasaran, ia mengintip dari celah jendela.

Sebuah sedan hitam yang berbeda dari milik Damian, namun sama-sama mewah. Seorang pria berpenampilan necis dengan setelan abu-abu keluar dari mobil, tampak canggung berjalan di gang becek itu.

Jantung Alina berdebar kencang. Pria itu berhenti tepat di depan pintu kamarnya dan mengetuk tiga kali.

Dengan ragu, Alina membuka pintu.

"Selamat pagi. Apakah saya berbicara dengan Nona Alina Larasati?" tanya pria itu dengan nada formal.

"I-iya, saya sendiri," jawab Alina, suaranya serak.

Pria itu tersenyum tipis. "Perkenalkan, saya Rendra, asisten pribadi Tuan Damian Adhitama."

Dunia Alina seakan berputar. Damian Adhitama? Mengapa asistennya mencarinya sampai ke tempat kumuh ini? Apakah karena insiden tadi pagi?

"Ada perlu apa?" tanya Alina, berusaha terdengar lebih berani dari yang ia rasakan.

Rendra tidak menjawab. Ia justru menyodorkan sebuah map tebal berwarna krem. "Tuan Damian Adhitama ingin bertemu dengan Anda. Ini menyangkut sebuah proposal yang akan mengubah hidup Anda."

Tangan Alina gemetar saat menerima map itu. Rasanya berat. Ia menatap Rendra dengan penuh curiga, lalu perlahan membukanya.

Di dalamnya, hanya ada dua benda.

Yang pertama adalah selembar cek. Mata Alina membelalak saat melihat deretan angka nol di sana. Lima ratus juta rupiah.

Yang kedua adalah selembar kertas tebal. Di bagian atas tertulis dengan huruf kapital yang tegas:

PROPOSAL PERNIKAHAN KONTRAK

Alina mengangkat kepalanya, menatap Rendra dengan napas tercekat. Keputusasaan, keterkejutan, ketakutan, dan secercah harapan liar yang mengerikan berbaur menjadi satu di dalam dadanya.

Tampilkan Lebih Banyak
Bab Selanjutnya
Unduh

Bab terbaru

Bab Lainnya

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen

Tidak ada komentar
8 Bab
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status