Rachel, Alex, dan Sheila sama-sama terdiam membuat suasana malam yang sepi semakin hening seolah tak ada seorang pun di sana. Mereka bertiga sedang berada di kamar Rachel untuk merundingkan masalah honeymoon Alex dan Sheila yang terpaksa dibatalkan gara-gara kondisi Rachel yang kurang sehat.Selain itu, Alex juga tidak bisa mengambil keputusan saat istri pertama dan keduanya tak bisa disatukan dalam satu opini. Sejak awal memang dia yang bersalah. Dan Alex tidak bisa memaksakan kehendak kepada Rachel.Sheila berdehem kecil guna memecah keheningan, "Jadi, bagaimana?""Aku ikut keputusan Alex saja," sahut Rachel tanpa basa-basi.Rachel dan Sheila memusatkan perhatiannya pada Alex membuat pria itu semakin dilanda kebingungan. Kedua istrinya saja pusing memikirkan jalan keluar dari masalah mereka, apa lagi Alex."Keputusanku sudah bulat, aku dan Sheila tidak akan pergi ke mana pun untuk sementara waktu. Kondisi kandungan Rachel masih sangat rentan dan kesehatan Sheila juga harus selalu d
Sheila dengan segelas coklat hangat di tangannya tampak heran saat melihat Alex masih saja leha-leha di kamarnya. Padahal, malam ini seharusnya menjadi malam yang tidak boleh disia-siakan olehnya dan Rachel. Karena kesepakatan selama satu bulan itu baru akan berlaku besok."Sayang?" panggil Sheila.Alex menoleh dengan alis terangkat satu, "Kenapa?""Kamu, kenapa masih di sini? Kenapa tidak bersama Rachel?" tanya Sheila membuat Alex spontan mengubah posisinya menjadi duduk tegap."Bukannya malam ini sampai satu bulan ke depan aku harus bersamamu?"Sheila berdecak pelan lantas duduk di samping Alex. Menggenggam kedua tangan suaminya dengan senyum manis yang sedari tadi terukir di bibirnya. Malam ini, Sheila akan menyusun sebuah rencana untuk memulai aksi penghancurannya. Makanya, dia membiarkan Alex tidur dengan Rachel malam ini."Oh Honey, kesepakatannya berlaku mulai besok. Jadi, malam ini kamu tidur bersama Rachel saja, aku tidak masalah tidur sendiri untuk malam ini," ujar Sheila,
“Aku tidak mau Sheila cemburu nanti karena kamu di kamar ini,” kata Rachel.“Dia yang menyuruhku bersamamu,” jawab Alex datar.Ah, hati Rachel terasa sakit seketika mendengar perkataan Alex. Rupanya benar, sejak awal lelaki itu tidak pernah mencintainya sama sekali.“Oh, ya sudah. Kita tidur sekarang, ya. Aku ngantuk sekali,” kata Rachel. Tadinya dia sudah merasa sangat senang karena sang suami bisa bersamanya. Tetapi, rupanya dia harus menelan kekecewaan.Rachel mengerang kesakitan ketika bergerak dari posisi tidurnya yang dipeluk erat oleh Alex. Cahaya matahari yang masuk ke celah jendelanya membuat waktu isturahat Rachel terjaga. Dengan gerakan lambat dan perlahan, Rachel menjauhkan dirinya dari Alex yang masih tertidur pulas.Mata Rachel menyipit ketika melihat tiga kancing piyama bagian atasnya terbuka saat bercermin di kamar mandi. Helaan napas keluar saat menyadari siapa pelakunya jika bukan Alex. Saking pulasnya Rachel tertidur, dia sampai tak merasakan apa pun kala Alex memai
Dengan hati hancur, Rachel meninggalkan kamar Alex dan Sheila. Percuma saja bukan jika mereka juga sedang menikmati indahnya surga dunia.Rachel pun memutuskan untuk menuju ke ruang makan. Ternyata di sana sudah ada Maharani dan anaknya Lidya juga anak Lidya yang bernama Talita.“Hai, selamat pagi Tante Rachel,” sapa Talita saat melihat Rachel.“Selamat pagi, cantik.”Rachel selalu menyukai Talita. Gadis kecil itu begitu manis dan lucu. Sementara Maharani dan Lidya tampak cuek dengan kehadiran Rachel.“Ke mana Alex dan Sheila?” tanya Lidya kepada Rachel.“Aku tidak tahu. Mungkin mereka sedang di kamarnya,” jawab Rachel datar sambil mengambil roti dan mengolesnya dengan selai coklat.Baru saja Lidya hendak membuka mulut, Alex tampak menggandeng tangan Sheila dengan wajah yang cerah.“Duh, wajah kalian cerah sekali. Kamu sudah lebih sehat, Sheila?” tanya Maharani.“Sudah Mami. Sayang sekali kami tidak jadi pergi bulan madu lagi,” kata Sheila sambil melirik Rachel yang pura-pura tidak me
Rachel duduk di salah satu kursi yang terletak tepat di bawah pohon. Suasana hatinya mendadak buruk gara-gara Sheila yang terus-menerus menyela ucapannya. Tahu begini lebih baik dia di rumah saja daripada harus makan hati melihat Sheila yang tak mau lepas dari Alex.‘Kenapa harus mengajakku jika pada akhirnya mereka hanya menikmati jalan-jalannya berdua saja,’ gumam Rachel kesal.Pada akhirnya Rachel seperti obat nyamuk yang melingkar di antara Sheila dan Alex. Sheila pun begitu menikmati wajah kesal Rachel.Setelah pulang dari acara jalan-jalannya yang tidak berjalan baik, Rachel langsung masuk ke dalam kamarnya tanpa pamit terlebih dulu pada Alex. Dia benar-benar merasa kesal karena Alex terlalu sungkan saat hendak menegur Sheila. Padahal, dia tampaknya biasa-biasa saja ketika menegur Rachel jika istrinya melakukan kesalahan baik yang disengaja ataupun tidak disengaja.Namun, Alex sepertinya tidak ingin membuat Sheila sedih hanya karena kesalahan kecil yang dibesar-besarkan. Mungkin
Sampai detik ini, Rachel belum juga siuman. Dia pingsan tepat saat ambulans datang ke rumahnya. Alex, Sheila, dan Mbok Markonah setia menunggu Rachel di ruang rawat VVIP yang menyediakan fasilitas paling lengkap dan serba ada.Meskipun tadi Rachel sempat melarang Alex untuk ikut membawanya ke rumah sakit, tapi dia tidak peduli. Rachel adalah tanggung jawabnya, dan anak yang ada dalam perut Rachel juga menjadi prioritasnya saat ini. Jadi, mana mungkin Alex akan membiarkan Rachel sakit sendiri?Sheila menghela napasnya pelan, sempat merasa kesal pada Rachel karena wanita itu mengatakan jika dia terlalu cari perhatian pada Alex. Meskipun memang begitu kebenarannya, tapi tetap saja Sheila tak terima ada orang yang berani membentak apa lagi sampai memakinya.'Kamu akan menyesal karena sudah menghalangi rencanaku, Rachel. Sebentar lagi aku akan membuatmu kehilangan segala-galanya,' kata Sheila dalam hati."Bagaimana keadaan istri saya dan kandungannya, Dokter?" tanya Alex setelah dokter yan
Alex mengacak rambutnya frustrasi, dia benar-benar kewalahan mencari cara untuk meluluhkan Rachel yang sedang marah besar padanya. Ini adalah kali pertama Rachel marah pada Alex semenjak mereka menikah. Meski mereka baru menikah beberapa bulan. Tapi, Alex mengenal Rachel sebagai sosok istri yang sangat baik dan juga lemah lembut.Baru kali ini juga perasaan Alex amat tidak tenang. Selain khawatir pada Rachel, Alex juga mencemaskan calon anaknya. Alex takut sesuatu terjadi pada mereka berdua, karena mereka merupakan satu dari hal paling berharga yang Alex miliki. Apakah Alex mulai jatuh cinta kepada Rachel?Tidak ... dia hanya merasa bertanggung jawab karena wanita itu tengah mengandung anaknya. Tetapi, cintanya hanya untuk Sheila. Sheila adalah istri pertamanya.Wanita yang sangat ia cintai melebihi apa pun juga.Tiba-tiba saja terdengar suara pintu yang terbuka. Alex mendongakkan kepalanya saat ruang rawat Rachel terbuka, menampilkan Mbok Markonah dengan sebuah nampan di tangannya. S
Hari ini, Rachel sudah diperbolehkan pulang oleh pihak rumah sakit. Bersama Mbok Markonah dan Pak Danang, Rachel dituntun oleh keduanya sampai ke tempat di mana taksi yang mereka pesan terparkir. Mata Rachel menyipit saat tak menemukan Alex di sana, padahal sejak kemarin Rachel berharap Alex menunggunya dan membawanya pulang ke rumah tanpa harus memesan taksi.Ucapan Alex kemarin benar-benar membuat Rachel tak bisa berhenti berpikir, ujungnya selalu dia yang sakit sendiri. Mungkin Sheila adalah alasan dibalik ketidakhadirannya Alex di sampingnya sekarang. Mungkin, mulai saat ini dirinya harus lebih tahu diri. Dirinya tidak pernah diinginkan oleh Alex. Dia hanya menginginkan anak. Tidak lebih dari itu.Setelah masuk ke dalam taksi online, Rachel mencepol rambutnya agar tidak mengganggunya. Di siang hari cuaca sedang panas-panasnya, termasuk di dalam taksi yang sedang Rachel tumpangi bersama Mbok Markonah dan Pak Danang sekarang. Sumpek dan super panas."Pak, AC-nya bisa tolong dinyala