Rachel duduk di salah satu kursi yang terletak tepat di bawah pohon. Suasana hatinya mendadak buruk gara-gara Sheila yang terus-menerus menyela ucapannya. Tahu begini lebih baik dia di rumah saja daripada harus makan hati melihat Sheila yang tak mau lepas dari Alex.‘Kenapa harus mengajakku jika pada akhirnya mereka hanya menikmati jalan-jalannya berdua saja,’ gumam Rachel kesal.Pada akhirnya Rachel seperti obat nyamuk yang melingkar di antara Sheila dan Alex. Sheila pun begitu menikmati wajah kesal Rachel.Setelah pulang dari acara jalan-jalannya yang tidak berjalan baik, Rachel langsung masuk ke dalam kamarnya tanpa pamit terlebih dulu pada Alex. Dia benar-benar merasa kesal karena Alex terlalu sungkan saat hendak menegur Sheila. Padahal, dia tampaknya biasa-biasa saja ketika menegur Rachel jika istrinya melakukan kesalahan baik yang disengaja ataupun tidak disengaja.Namun, Alex sepertinya tidak ingin membuat Sheila sedih hanya karena kesalahan kecil yang dibesar-besarkan. Mungkin
Sampai detik ini, Rachel belum juga siuman. Dia pingsan tepat saat ambulans datang ke rumahnya. Alex, Sheila, dan Mbok Markonah setia menunggu Rachel di ruang rawat VVIP yang menyediakan fasilitas paling lengkap dan serba ada.Meskipun tadi Rachel sempat melarang Alex untuk ikut membawanya ke rumah sakit, tapi dia tidak peduli. Rachel adalah tanggung jawabnya, dan anak yang ada dalam perut Rachel juga menjadi prioritasnya saat ini. Jadi, mana mungkin Alex akan membiarkan Rachel sakit sendiri?Sheila menghela napasnya pelan, sempat merasa kesal pada Rachel karena wanita itu mengatakan jika dia terlalu cari perhatian pada Alex. Meskipun memang begitu kebenarannya, tapi tetap saja Sheila tak terima ada orang yang berani membentak apa lagi sampai memakinya.'Kamu akan menyesal karena sudah menghalangi rencanaku, Rachel. Sebentar lagi aku akan membuatmu kehilangan segala-galanya,' kata Sheila dalam hati."Bagaimana keadaan istri saya dan kandungannya, Dokter?" tanya Alex setelah dokter yan
Alex mengacak rambutnya frustrasi, dia benar-benar kewalahan mencari cara untuk meluluhkan Rachel yang sedang marah besar padanya. Ini adalah kali pertama Rachel marah pada Alex semenjak mereka menikah. Meski mereka baru menikah beberapa bulan. Tapi, Alex mengenal Rachel sebagai sosok istri yang sangat baik dan juga lemah lembut.Baru kali ini juga perasaan Alex amat tidak tenang. Selain khawatir pada Rachel, Alex juga mencemaskan calon anaknya. Alex takut sesuatu terjadi pada mereka berdua, karena mereka merupakan satu dari hal paling berharga yang Alex miliki. Apakah Alex mulai jatuh cinta kepada Rachel?Tidak ... dia hanya merasa bertanggung jawab karena wanita itu tengah mengandung anaknya. Tetapi, cintanya hanya untuk Sheila. Sheila adalah istri pertamanya.Wanita yang sangat ia cintai melebihi apa pun juga.Tiba-tiba saja terdengar suara pintu yang terbuka. Alex mendongakkan kepalanya saat ruang rawat Rachel terbuka, menampilkan Mbok Markonah dengan sebuah nampan di tangannya. S
Hari ini, Rachel sudah diperbolehkan pulang oleh pihak rumah sakit. Bersama Mbok Markonah dan Pak Danang, Rachel dituntun oleh keduanya sampai ke tempat di mana taksi yang mereka pesan terparkir. Mata Rachel menyipit saat tak menemukan Alex di sana, padahal sejak kemarin Rachel berharap Alex menunggunya dan membawanya pulang ke rumah tanpa harus memesan taksi.Ucapan Alex kemarin benar-benar membuat Rachel tak bisa berhenti berpikir, ujungnya selalu dia yang sakit sendiri. Mungkin Sheila adalah alasan dibalik ketidakhadirannya Alex di sampingnya sekarang. Mungkin, mulai saat ini dirinya harus lebih tahu diri. Dirinya tidak pernah diinginkan oleh Alex. Dia hanya menginginkan anak. Tidak lebih dari itu.Setelah masuk ke dalam taksi online, Rachel mencepol rambutnya agar tidak mengganggunya. Di siang hari cuaca sedang panas-panasnya, termasuk di dalam taksi yang sedang Rachel tumpangi bersama Mbok Markonah dan Pak Danang sekarang. Sumpek dan super panas."Pak, AC-nya bisa tolong dinyala
Alex melangkah dengan kesal naik ke ruang kerja Lidya siang itu. Sudah lama ia tinggal di luar negeri sejak ibunya meninggal dan sejak itu ia memang tidak pernah menginjakkan kaki ke perusahaan ini. Selama ini Alex memiliki perusahaan sendiri. Tetapi, semalam sang ayah memintanya datang dan mulai memegang kendali perusahaan. Itu semua karena kehamilan Rachel.Mahendra memang sudah menjanjikan jika Alex mendapatkan keturunan dia akan memegang kendali atas semua asset miliknya.Sebenarnya Alex tidak peduli. Tanpa warisan sang ayah dia sendiri juga memiliki perusahaan yang cukup maju. Tetapi, dia tidak mau apa yang sudah dibangun susah payah oleh almarhum ibunya dinikmati oleh ibu dan adik tirinya.Tidak heran kalau tidak ada yang mengenalnya di perusahaan sang ayah. Namun rasanya tetap menyebalkan saat para karyawan itu lebih mengenal Lidya daripada dirinya yang merupakan anak kandung dari Mahendra."Ini ruang kerjanya, silahkan, Pak! Maafkan aku sekali lagi yang tidak mengenalimu!" ka
Alex keluar dari kamar mandi dengan handuk terbalut menutupi tubuh bagian bawahnya. Rambutnya yang masih basah membuat pria itu terlihat jauh lebih hot dan seksi dengan otot besar serta roti sobek yang selalu dia jaga.Sheila yang baru saja selesai memakai lingerie-nya sontak membalikkan badan. Menelusuri setiap bagian yang ada pada tubuh suaminya. Memang tidak salah Sheila melampiaskan gairahnya pada Alex, pria itu sungguh membuatnya kecanduan."Sayang, malam ini jadwalku tidur sama Rachel. Kamu nggak masalah 'kan tidur sendiri di sini?" tanya Alex.Sheila berdehem kecil lantas mendekati Alex yang sibuk mengeringkan rambutnya dengan handuk kecil. Kemudian memeluknya dari belakang, tangannya spontan memainkan roti sobek milik Alex yang sedari tadi menggoda imannya."Kamu mau tidur sama Rachel?" Bukannya menjawab, Sheila malah balik bertanya membuat Alex sontak menghentikan kegiatannya.Alex melempar handuk kecilnya dan tepat melesat di punggung sofa, lalu berbalik badan agar bisa berh
Alex membuka matanya perlahan, cahaya matahari mulai mengusik tidur nyenyaknya. Sontak dia terbangun karena Sheila membuka jendela kamar mereka membuat udara segar dan sinar mentari menyapa kulitnya yang tak terlapis apa pun.Tanpa ada niat untuk beranjak dari tempat tidur, Alex memilih melamun sebentar karena hari masih terbilang cukup pagi untuk bersiap pergi ke kantor. Melihat Sheila yang sudah mandi dan bersih-bersih membuat Alex menyernyit heran. Biasanya, Sheila bangun setelah Alex selesai mandi. Namun, sekarang istrinya itu justru bangun lebih pagi daripada Alex. Bahkan penampilannya sudah rapi dan cantik.Sheila tersenyum tipis kala menyadari Alex yang sudah terjaga dari tidurnya. Dia mendekati sang suami yang masih sibuk melamun sembari memperhatikan dirinya. Sheila tahu Alex pasti penasaran karena tumben sekali dia mau bangun pagi, padahal keduanya baru bisa tertidur pukul 1 tengah malam."Baby, malah melamun. Nggak mau mandi? Sebentar lagi 'kan kamu harus ke kantor," tegur
Alex menghampiri Rachel yang sedang menata makanan di meja makan. Dengan cepat ia mencekal tangan wanita yang menjadi istri keduanya itu dan menatap dengan berang.“Siapa ini? Bisa kamu jelaskan dia siapa?” tanya Alex.Rachel memicingkan mata dan menatap layar ponsel milik Alex. Kemudian, wanita itu pun dengan berani menepiskan tangan sang suami.“Apa kamu lupa? Dia itu adalah Elang. Bukankah dia pernah ke rumah ini?” Rachel menjawab dengan tenang.Alex terdiam, dia baru menyadari jika lelaki di dalam foto itu adalah Elang. Kenapa dia bisa lupa?“Bukankah kamu kemarin mengizinkan aku keluar rumah untuk membeli barang yang aku inginkan dan berkunjung ke makam ayahku?” kata Rachel lagi.Alex hanya bisa diam, dalam hati ia merasa sangat malu karena sudah marah-marah sekaligus juga merasa kesal dengan pengirim pesan itu. Sial! Tetapi, bukan Alex namanya kalau mau mengalah begitu saja."Tapi, kamu pegangan tangan sama dia. Kamu asyik ngobrol sama dia, senyum-senyum nggak jelas bagaimana a