Share

BAB 7. KEDATANGAN NATHAN

Bunga duduk di kursi bersebelahan dengan Reno, dan menunggu es buah segar yang sedang di buat oleh Reno.

Selama kurang lebih lima belas menit, es buah itu pun jadi, dan mereka berdua pun memakannya dengan sangat lahap

Saat sedang asyik menikmati es buah, tiba-tiba gawai Reno berdering.

“Halo ...?”

“Mas, kamu di mana? Kok sudah larut malam begini kamu belum pulang? Apa kamu sudah bertemu dengan Bunga Mas?” Tanya seseorang di seberang sana.

Ternyata yang menelepon Reno adalah Vera.

“Ah, iya sayang, tadi Mas sudah menemukan Bunga, dan Mas mengantarkan dia pulang, kamu jangan khawatir Bunga baik-baik saja, aku akan segera pulang!” ucap Reno.

Bunga langsung berhenti mengunyah dan kembali memikirkan nasibnya.

“Bagaimana mungkin aku bisa menghianatimu Vera? Bagaimana mungkin kita bisa berbagi suami, aku takut Vera, aku takut akan menjadi benalu dalam hidupmu, merenggut kebahagiaanmu bersama Mas Reno,” Bunga bergumam dalam hati.

“Bunga, aku pamit pulang dulu ya, jaga dirimu baik-baik, jika kamu membutuhkan sesuatu atau kamu kenapa-kenapa, kamu bisa langsung hubungi aku,” ujar Reno.

Bunga pun mengangguk tanda mengerti.

Setelah Reno berpamitan, Bunga berinisiatif untuk mengantarkan Reno sampai di depan pintu.

Saat Reno hendak membuka pintu mobilnya, tiba-tiba ia menghentikan langkahnya dan berjalan balik ke arah Bunga, sehingga membuat Bunga merasa bingung.

Belum sempat Bunga bertanya kepada Reno, tiba-tiba Reno mengusap perut Bunga.

“Sayang, Papah pulang dulu ya, kamu baik-baik dalam perut Mamah, besok Papah akan kembali lagi, ingat! Jangan nakal ya,” ujar Reno sambil mengusap perut Bunga, dan tersenyum menatap wajah Bunga.

Betapa bahagianya hati Bunga saat mendapatkan perlakuan seperti itu dari Reno.

Reno pun bergegas masuk ke dalam mobilnya dan pergi menjauh dari kediaman wanita yang tengah mengandung anaknya itu.

Setelah kepergian Reno, Bunga mulai berpikir.

“Apa yang Reno dan Vera katakab benar, anak ini butuh sosok seorang ayah, tapi bagaimana dengan rumah tangga mereka,” gumam Bunga dalam Hati.

Bunga pun masuk ke dalam kamarnya dan merebahkan tubuhnya di atas kasur.

Bunga berusaha untuk memejamkan matanya, tetapi ia sangat sulit untuk melakukannya. Bunga terus saja teringat tentang kebaikan dan perhatian yang Reno berikan.

Di sisi lain, Vera tengah menunggu suaminya pulang ke rumah dengan perasaan cemas.

“Assalamualaikum, sayang, mas pulang,” ucap seseorang di luar rumah.

Vera bergegas membuka kan pintu dan ternyata orang yang sedang ia tunggu-tunggu datang juga.

“Wallaikumsalam, Mas, sudah pulang, bagaimana keadaan Bunga?” Vera mencium punggung tangan suaminya itu dengan takzim.

“Bunga baik-baik saja sayang, tadi Mas menemukan dia di pinggir jalan, terus Mas mengajaknya untuk makan sebentar lalu Mas mengantarkan dia pulang ke rumahnya, dan pada saat dalam perjalanan tiba-tiba dia ingin makan es buah katanya, karena sudah tengah malam dan enggak ada yang jualan,  akhirnya Mas memutuskan untuk membeli bahannya dan membuatnya sendiri.” Reno bercerita sambil memeluk punggung istri tercintanya itu.

Dan tanpa Vera sadari, ia mulai merasa cemburu dengan Bunga, karena melihat dari sorot mata suaminya, bahwa ia sangat bahagia saat bersama Bunga. Namun Vera berusaha untuk menutupi perasaannya itu, karena bagaimanapun ini lah yang Vera inginkan.

Mentari pagi memancarkan sinar yang begitu terangnya, dan masuk dalam celah jendela kamar.

Bunga terbangun karena suara ketukan pintu di depan rumahnya, dan betapa terkejutnya Bunga saat mengetahui siapa yang bertamu di pagi buta seperti ini.

“Kak Nathan.” Bunga langsung menyalami seorang laki-laki dengan perawakan tinggi dan besar itu, pria tampan dengan menggunakan jas berwarna hitam dan kacamata itu adalah laki-laki yang selama ini menjadi panutan untuk Bunga.

“Masuk dulu kak, Bunga buatkan teh hangat untuk Kakak,” ujar Bunga mempersilahkan Kakaknya untuk masuk.

Nathan pun duduk di kursi dan menunggu Bunga membawakan minuman untuknya.

Setelah kurang lebih lima menit, Bunga pun datang dengan membawa nampan dan secangkir teh hangat untuk Nathan.

“Baiklah Bunga, tujuan Kakak kemari, ada sesuatu yang ingin Kakak tanyakan kepada kamu,” ujar Nathan.

“Memangnya ada apa Kak?” tanya Bunga dengan ekspresi gugup.

“Jawab pertanyaan Kakak dengan serius! Apa benar kamu sedang mengandung anaknya Reno?” tanya Nathan dengan menatap mata Bunga dengan tajam.

“Kakak tahu dari mana?” Bunga bertanya dengan nada ekspresi yang sangat panik.

“Jawab pertanyaan Kakak.” Nathan mulai meninggikan suaranya.

“Iya kak,” ucap Bunga sambil menundukkan kepalanya.

“Bruaaaaakkkkkkkkk.” Nathan menggebrak meja yang ada di hadapannya.

Bunga pun terkejut dengan tingkah Kakaknya itu, dan menangis ketakutan.

“Kak, maafkan aku.” Bunga menangis.

“Sudah berapa kali Kakak bilang sama kamu Bunga, lupakan Reno, lupakan Reno Bunga, dia sudah beristri,” ujar Nathan dengan nada tinggi.

“Maaf in Bunga Kak.” Bunga terus saja menangis.

“Akan aku beri pelajaran si Reno,” ucap Nathan dan langsung pergi meninggalkan Bunga di rumah.

Takut terjadi apa-apa dengan Vera dan Reno, Bunga pun bergegas mengejar Kakaknya menggunakan sepeda motor kesayangannya.

Sementara itu, di kediaman Reno, ia dan istrinya sedang menikmati sarapan sambil berbincang-bincang.

“Mas, hari ini kamu  lembur enggak?” tanya Vera.

“Kayanya sih enggak Sayang, memangnya ada apa?” tanya Reno kembali.

“Um .... Nanti sore aku mau main ke rumah Bunga Mas, kita harus secepatnya membicarakan pernikahan kalian,” ucap Vera yang seolah-olah ia sedang berbicara dengan orang lain yang bukan suaminya.

“Vera, ada apa dengan kamu Sayang? Dimana-mana, wanita itu tidak mau di madu, tetapi ini malah dia yang ngebet pengen di madu,” gumam Reno sambil menggelengkan kepalanya.

“Terserah kamu saja,” ucap Reno

Saat sedang asyik berbincang, tiba-tiba terdengar suara orang berteriak.

“Reno, keluar kamu.”

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status