Share

BAB 8. BUNGA MENGALAMI PENDARAHAN

“Siapa ya Mas?” Tanya Vera kepada Reno.

“Enggak tahu sayang, ayo kita lihat,” ujar Reno.

 Reno dan Vera pun berjalan ke luar rumah untuk melihat siapa yang berteriak di pagi hari seperti ini.

Mereka berjalan bersama dan bergandeng mesra, Vera memeluk pinggang suaminya, dan Reno pun merangkul pundak istrinya itu.

Mereka berdua sangat terkejut saat melihat seseorang yang berdiri di depan rumahnya, terutama dengan Reno, ia seketika menghentikan langkah kakinya, dan melepaskan tangannya dari pundak Vera.

“Pak Nathan.”

“Dasar B*j*ngan,” ujar Nathan.

Tanpa basi basa basi, Nathan langsung menghampiri Reno, dan mencengkeram kerah baju yang di pakai oleh Reno.

“Apa yang kamu lakukan kepada Adikku? Hah?.” Nathan langsung melayangkan pukulannya tepat di pipi Reno.

Bersamaan dengan itu, Bunga pun datang dan menghampiri Nathan yang sedang memukuli Reno.

“Kak, sudah, hentikan!” ucap Bunga saat menghampiri kakaknya itu.

Nathan yang sedang membabi buta memarahi dan memukuli Reno itu pun tidak sengaja mendorong Bunga hingga terjatuh.

“Minggir kamu,” ujar Nathan sambil mendorong tubuh Bunga.

Bunga pun tersungkur ke tanah, dan seketika memegangi perutnya yang terasa sakit.

“Aw ....” Bunga merintih kesakitan.

Melihat keadaan Bunga yang tidak sadarkan diri. Vera, Reno dan Nathan pun berlari menghampiri Bunga.

“Astaga! Bunga penadarahan, ayo kita bawa ke rumah sakit,” ujar Reno tanpa memperdulikan keadaan dirinya yang sudah babak belur.

Nathan pun mendorong tubuh Reno dengan kuat.

“Jangan sentuh adikku, Atau aku akan menyeretmu ke kantor polisi,” ujar Nathan.

Nathan pun langsung menggendong tubuh Bunga dan membawanya masuk ke dalam mobil dan di ikuti oleh Reno dan juga Vera.

Mereka pun bergegas menuju ke rumah sakit terdekat.

Sesampainya di rumah sakit, Bunga langsung di tangani oleh Dokter spesialis kandungan (SPOG)

Setelah menunggu kurang lebih sepuluh menit, seorang dokter tiba-tiba muncul dari dalam ruangannya.

“Dok, bagaimana keadaan adik saya?” tanya Nathan panik.

“Mari masuk, kita bicara di dalam saja,” ujar dokter tersebut.

Nathan mengikuti langkah sang Dokter. Namun saat Vera dan Reno akan masuk, tiba-tiba mereka di cegah oleh Nathan.

“lebih baik kalian pergi dari sini, dan jangan pernah temui Bunga lagi.” Ujar Nathan.

“Kak Nathan, Kakak tidak bisa egois seperti itu, biar bagaimana pun anak yang sedang di kandung Bunga itu, anaknya Mas Reno, jadi wajar kalau Mas Reno sangat mengkhawatirkan Bunga,” ujar Vera.

Nathan sudah seperti Kakak bagi Vera, jadi wajar saja jika Vera berani berbicara lantang kepada Nathan, karena memang mereka sangat akrab sejak Bunga bersahabat dengan Vera.

Nathan sangat terkejut dengan apa yang di katakan oleh Vera.

“Jadi Vera tahu tentang kehamilan Bunga, ada apa ini sebenarnya.” Nathan bergumam dalam hati.

Saat Nathan ingin bertanya kepada Vera, tiba-tiba dokter memanggilnya.

“Mari Pak,” ujar dokter tersebut.

Nathan pun mengurungkan niatnya, dan masuk ke dalam ruangan dan mengikuti sang dokter, dan diiringi oleh Vera dan juga Reno.

Sesampainya di dalam ruangan.

“Maaf suaminya Ibu Bunga yang mana ya?” tanya dokter tersebut sebelum memberikan keterangan.

“Dia suaminya 'Dok,” ucap Vera sambil menunjuk Reno dengan nada yang sangat berat dan mata yang mengembun.

“Baiklah, silakan duduk Pak,” ujar Dokter bernama Ari itu.

Reno pun duduk di depan sang Dokter dan mendengarkan apa yang dokter itu sampaikan.

“Jadi begini pak, istri Bapak mengalami pendarahan akibat benturan keras yang di alami oleh istri Bapak, tetapi Bapak jangan khawatir, kandungannya masih baik-baik saja, tapi saran saya, tolong di jaga lagi ya Pak istrinya, usahakan dia jangan terlalu lelah, stres dan juga usahakan istirahat yang cukup.”

Reno hanya mengangguk tanda mengerti.

Di samping itu, ternyata Nathan memperhatikan Vera yang sepertinya berusaha sekuat mungkin untuk menghapus air matanya.

Nathan tahu, sepertinya ada yang tidak beres.

“Dok, apa adik saya sudah bisa di bawa pulang?” tanya Nathan ke pada dokter Ari.

“Sebenarnya sih sudah, tetapi saya minta, usahakan Buk Bunga istirahat total ya di rumah, bagaimana Pak? Apa istri Bapak mau di bawa pulang sekarang?” Dokter Ari bertanya kepada Reno.

Reno benar-benar bingung dan menoleh ke arah Nathan, Nathan pun memberikan kode supaya Bunga di bawa pulang saja, karena ada yang harus mereka bicarakan.

“Iya Dok, lebih baik Kita bawa pulang Bunga saja, nanti jika terjadi sesuatu saya akan menghubungi Dokter,” ujar Reno.

Setelah mereka selesai berbincang-bincang, Nathan, Reno dan juga Vera pun menemui Bunga.

“Bunga bagaimana keadaan kamu?” tanya Nathan.

“Perut Bunga sakit kak,” jawab Bunga.

“Ya sudah, tadi dokter sudah memberikan resep obat kepada Kakak, nanti biar Kakak tebus di apotek, sekarang kita pulang dulu ya, kamu istirahat di rumah, Kakak akan menjaga dan merawat kamu,” ujar Nathan.

“baiklah, tapi Kakak janji ya, kakak jangan marah-marah lagi,” ucap Bunga.

Bunga memang sangat manja kepada kakak semata wayangnya itu.

“Iya, Kakak janji enggak akan marah-marah lagi,” ujar Nathan sambil menunjukkan jari kelingkingnya dan di sambut oleh Bunga.

Bunga kemudian menoleh ke arah Reno dan juga Vera, tetapi Bunga lebih memilih diam seribu bahasa.

Setelah mereka bersiap-siap, Nathan mengangkat Bunga ke kursi roda dan hendak mendorongnya menuju lobi.

Namun Reno memberanikan diri untuk meminta izin agar Reno saja yang membawanya.

“Pak Nathan, biar saya saja,” ujar Reno.

Nathan pun menoleh ke arah Vera, dan Vera pun mengangguk tanda setuju.

Akhirnya Reno berjalan di depan untuk mendorong kursi Roda yang di naiki oleh Bunga, sedangkan Vera dan Nathan berjalan di belakang mereka.

Selama dalam perjalanan, Nathan selalu memperhatikan Vera, dan Nathan melihat ada kesedihan yang mendalam di hati Vera, Nathan bisa merasakannya  karena Nathan sudah lama menyukai Vera, dan itu lah yang menjadi alasan mengapa Nathan gagal menjalin rumah tangganya bersama istri pertamanya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status