Share

Bab 15. Rencana berbulan madu

Vera sangat terkejut dengan ucapan suaminya itu. Ia sama sekali tidak menyangka bahwa semuanya akan sesulit ini.

“Kemungkinan selama satu Minggu ini, aku akan tinggal di rumah Bunga, karena dia belum siap untuk tinggal bersama kita disini, dan aku harap kamu akan terbiasa hidup dengan keadaan yang seperti ini, keadaan yang telah kamu buat rumit.” Reno kemudian pergi dengan membawa koper yang sudah berisi beberapa pakaian untuk ia bawa ke rumah istri barunya.

'Maafkan aku Vera, sebenarnya aku tidak tega melihatmu seperti ini, tetapi kamu harus sadar Ver, pernikahan bukanlah sebuah permainan' Reno berkata dalam hati, dan langsung pergi meninggalkan Vera.

“Bik, saya minta tolong, Bibi,  kalau bisa, menginap disini saja, saya akan menaikkan gaji Bibi, karena saya harus pergi ke rumah Bunga selama satu Minggu, dan Bibi juga boleh membawa anak Bibi u tuk bermain dan menemani Vera di rumah,” ucap Reno saat akan pergi meninggalkan rumah tersebut.

“Baik Tuan,” jawab Bik Rumi.

Reno kemudian masuk ke dalam mobil dan langsung pergi menuju ke rumah Bunga.

Vera menatap kepergian suaminya itu dari atas berlakon sambil menangisi semua yang telah terjadi.

Sesampainya Reno di rumah Bunga, ia melihat Nathan dan juga istri barunya itu sedang berdebat.

“Enggak Kak, pokoknya Bunga enggak mau,” ujar Bunga.

“Assalamualaikum.” Reno mengucapkan salam dan membuat Nathan dan juga Bunga terkejut.

“Wallaikumsallam, Mas, kenapa kok balik lagi?” tanya Bunga.

“Enggak papa Bunga, bukannya satu Minggu ini saya harus bersama kamu ya” tanya Reno dengan ragu dan sangat berhati-hati.

“Lalu, bagaimana dengan Vera,  Mas?” Bunga kembali bertanya kepada Reno.

“Aku sudah bicara dengannya,” jawab Reno.

“Baiklah, kalau begitu, Reno. Saya sudah siapkan tiket bulan madu untuk kalian, karena Bunga sedang hamil, maka saya putuskan kalian bulan madu ke Bali saja, tidak perlu ke luar negeri,” ucap Nathan.

“Kak, sudah Bunga bilang, Kakak enggak usah melakukan itu semua, Bunga dan Mas Reno tidak ingin bulan madu ke mana-mana,” ujar Bunga dengan sedikit kesal.

“Bagaimana? Reno. Apa kamu setuju?” tanya Nathan.

“Jika memang kondisi Bunga memungkinkan untuk berlibur ke Bali, maka saya akan menyetujui ucapan Kakak,”  jawab Reno dengan sangat hati-hati.

Bunga yang merasa kesal itu pun pergi meninggalkan mereka berdua.

“Ingat Reno ... Kamu harus bisa membuat Adik saya  bahagia.” Nathan berucap seraya pergi meninggalkan Reno.

Kini Reno merasa sangat pusing, apakah ia harus meminta izin kepada Vera?

Reno memutuskan untuk pergi ke kamar dan menemui Bunga.

“Bunga.”

“Mas, kenapa kamu setuju dengan bulan madu yang disarankan oleh Kak Nathan, bagaimana jika Vera mengetahui semua ini? Apa yang harus aku katakan Mas,” ujar Bunga.

“Bunga, aku minta maaf, kamu tahu sendiri 'kan bagaimana sifat Kak Nathan, jika aku menolaknya maka dia pasti akan memarahiku habis-habisan. Soal Vera, dia harus bisa mengerti dan memahami semua ini Bunga, ini semua di luar kehendak kita, bahkan sampai saat ini pun aku belum bisa untuk mencintai kamu,” ucap Reno.

Disisi lain, Fiona datang ke rumah Vera untuk memperkeruh suasana.

Tok, tok, tok.

Bik Rumi segera membukakan pintu dan melihat siapa yang bertamu pagi-pagi begini.

“Selamat pagi Buk Fio, ada apa kok tumben pagi-pagi sudah bertamu ke mari?” tanya Bik Rumi.

“Vera nya ada Bik? Saya ingin bertemu dengannya,” ucap Fiona.

“Sebentar ya Buk, biar saya panggilkan.” Bik Rumi kemudian naik ke lantai atas untuk memanggil Vera.

“Non, di bawah ada Buk Fiona,” ujar Bik Rumi memberi tahu.

“Baiklah Bik, saya akan segera turun.”

“Fiona? Ada perlu apa kamu pagi-pagi begini sudah datang ke rumahku,” ucap Vera saat ia menemui Fiona.

“Aku kesini Cuma mau tanya sama kamu, kok bisa sih suami kamu yang tercinta itu menikah dengan Bunga? Bukannya dia itu sahabat kamu ya?” tanya Fiona penasaran.

“Bukan urusan kamu! Jika kamu kemari hanya untuk mencampuri urusan keluargaku, lebih baik, kamu pergi dari sini.” Vera mengisi Fiona karena tidak ingin berurusan dengannya.

“Dasar tidak tahu sopan santun, saya datang kemari dengan baik-baik tapi malah di usir, lihat saja nanti, aku akan pastikan hidupmu menderita! Dan kamu akan merasakan bagaimana rasanya menjadi aku, di talak karena perempuan lain,” ujar Fiona dan hendak berlalu pergi meninggalkan Vera.

“Tunggu! Apa maksud kamu berbicara seperti itu? Kemarin. Kamu mengatakan aku perempuan munafik, dan sekarang kamu berbicara seolah-olah aku adalah perusak rumah tangga kamu.” Vera berusaha untuk menahan kepergian Fiona.

“Eh, enggak usah pura-pura polos kamu, jangan kamu pikir aku enggak tahu, siapa kamu sebenarnya.”

Gawai milik Vera berbunyi, sebelum Fiona menyelesaikan ucapannya.

Melihat suaminya yang memanggil dirinya, Vera bergegas pergi untuk mengangkat telepon.

“Halo ...?”

“Halo, Vera. Mas mau bicara sama kamu, kemungkinan besok Mas, dan Bunga akan pergi berbulan madu ke Bali. Jika tidak halangan, Minggu depan Mas sudah kembali, jaga dirimu baik-baik ya!” Reno menelepon Vera untuk memberi tahu tentang bulan madu nya bersama Bunga.

“Iya Mas, semoga kamu bahagia bersama Bunga,” ujar Vera, kemudian ia menutup sambungan teleponnya.

Vera berusaha untuk tidak menangis dan harus belajar untuk menerimanya.

 “Kasihan sekali hidupmu Vera, harus rela berbagi suami karena mandul.” Fiona tersenyum mengejek.

“Pergi kamu dari sini! Pergi!” Vera mengusir Fiona dengan kasar.

Setelah Fiona keluar dari dalam rumahnya, Vera mulai meluapkan segala emosinya.

“Aaaaaaaaagggggghhhhhhhhhhhhhhhhhhh, kenapa semua ini harus terjadi dalam hidupku? Kenapa Tuhan?  Kenapa engkau tidak memberikan aku kesempatan untuk memiliki anak? Kenapa? Aku benci semuanya, aku benci.” Vera berteriak dan mengacak-acak semua isi rumah.

Melihat keadaan Vera yang sangat terpuruk membuat Bik Rumi Tiak tega melihatnya.

“Yang sabar ya Non, Bibi yakin, semua ini pasti ada hikmahnya. Bik Rumi mendekati Vera dan berusaha untuk menenangkannya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status