Home / Romansa / BURONAN / 7. SANG LELAKI BERTOPENG

Share

7. SANG LELAKI BERTOPENG

Author: Herofah
last update Huling Na-update: 2021-11-07 05:04:11

Sudah satu minggu Rheyna tinggal menetap di kediaman Albert.

Lelaki berusia 35 tahun itu sangat perhatian dan memperlakukan Rheyna seperti anaknya sendiri.

Kebutuhan hidup Rheyna terpenuhi, pun keselamatannya dari kejaran orang-orang Mamy Grace terjamin. Rheyna aman selama dia berada di kediaman Albert.

Malam ini seperti biasa Rheyna melahap banyak sekali makanan yang memang telah disediakan Bibi Seth di dalam kamar yang dia huni.

Satu peraturan yang diberikan Albert pada Rheyna selama gadis itu tinggal dikediamannya yaitu Rheyna dilarang wara-wiri keluar dari area kamar yang disediakan Albert untuk gadis itu. Sementara Rheyna menurut saja karena dia sudah sangat bersyukur atas kebaikan Albert yang bersedia menampungnya dan mencukupi segala kebutuhannya sejauh ini.

Satu hal yang Rheyna ketahui sejak dirinya tinggal di rumah ini adalah Albert hidup sebatang kara. Tak ada anak atau pun istri. Hanya bibi Seth sang asisten rumah tangga saja yang menemani Albert di rumah.

Melihat hal itu Rheyna jadi prihatin. Harusnya di usianya yang sudah terbilang matang, Mr. Albert sudah berkeluarga. Minimal dia memiliki kekasih. Namun sejauh ini tak sekali pun Rheyna melihat Albert mengajak perempuan ke kediamannya.

Entahlah, sepertinya Albert memang senang hidup menyendiri.

"Non Rheyna mau tambah lagi makannya?" tanya Bibi Seth yang membawa irisan buah-buahan untuk Rheyna.

Rheyna menggeleng. Dia merasa perutnya sudah sangat penuh, saking kenyang.

"Ini obatnya diminum dulu, Non," kata Bibi Seth lagi. Dia menaruh piring berisi irisan buah tadi ke nakas dan memberikan sebutir pil yang harus di minum Rheyna. Kata Albert itu vitamin untuk menjaga daya tahan tubuh.

"Rheyna sudah makan banyak sekali, Bi. Tidak perlu minum vitamin lagi," kata Rheyna yang memang paling tidak suka minum obat.

"Tapi kata Tuan Albert, Non Rheyna harus minum obat ini," pinta Bibi Seth lagi.

"Ya sudah nanti Rheyna minum, Bi," ucap Rheyna pada akhirnya. Setengah terpaksa.

Bibi Seth tersenyum. "Kalau perlu apa-apa, panggil saja Bibi di belakang ya. Kalau mau mandi, handuknya di lemari,"

Sepeninggal Bibi Seth, Rheyna bangkit dari tempat tidur. Mengambil handuk ples pakaian ganti di lemari. Dia hendak mandi wajib karena darah haidnya yang keluar sejak lima hari yang lalu sepertinya sudah berhenti.

Usai bersih-bersih, saat itu Rheyna hendak shalat, namun dia tidak menemukan mukena dan sajadah yang sebelumnya disediakan Bibi Seth di lemari untuknya.

Karena Bibi Seth tidak kunjung datang setelah Rheyna memanggilnya beberapa kali, jadilah Rheyna keluar kamar untuk mencari wanita paruh baya itu.

Langkah Rheyna sempat terhenti sejenak ketika dia melewati sebuah lorong yang sepertinya menuju ruang bawah tanah atau mungkin gudang. Ada beberapa anak tangga di sana yang menghubungkan lorong itu ke sebuah pintu berwarna coklat.

Rheyna menghirup napas dalam. Dia seperti mencium bau busuk. Bau busuk itu berasal dari ruang bawah tanah di ujung lorong itu.

Degup jantung Rheyna kian berpacu kencang tatkala langkahnya kini justru terarah menuju pintu berwarna coklat di bawah sana.

Rheyna tahu dirinya sudah melanggar peraturan yang diberikan Albert tapi rasa penasaran justru mengalahkan segalanya.

Dengan langkah super pelan Rheyna menuruni satu persatu anak tangga itu. Semakin langkahnya dekat dengan pintu, bau busuk itu semakin terhirup dengan sangat jelas.

Saat tubuhnya sudah berdiri tepat di depan pintu berwarna coklat itu, dengan tangan yang terulur untuk meraih kenop pintu dan memutarnya, tiba-tiba suara seseorang mengejutkannya.

"Rheyna?"

Rheyna berbalik setelah menarik cepat tangannya dari kenop pintu. Dia kelihatan pucat saking kaget.

Dilihatnya Albert sudah berdiri di belakangnya. Di ujung tangga.

Lelaki bule itu tersenyum hangat.

"Sedang apa di sana?" tanya Albert.

Apa dia akan marah?

Tanya hati Rheyna yang seolah tertangkap basah sedang mencuri. Rheyna jadi benar-benar tidak enak pada Albert.

"Ng-ng, ta-tadi saya cuma mau cari Bibi Seth untuk meminta mukena, sebab saya ingin shalat," jawab Rheyna terbata akibat gugup.

"Oh, begitu. Mari ikut aku," ajak Albert kemudian.

Tak punya pilihan, akhirnya Rheyna mengekor langkah Albert dan terpaksa membuang jauh rasa penasaran di dalam benaknya terhadap sesuatu yang ada dibalik pintu itu.

Rheyna sempat menoleh kembali ke arah pintu sebelum dia melangkah lebih jauh.

"Help me... Please...help me..."

Napas Rheyna tercekat di tenggorokan ketika indra pendengarannya berhasil menangkap suara lirih seseorang dari dalam sana.

Rheyna hendak menoleh ke arah Albert, tapi dia terlambat.

Lelaki bernama Albert itu sudah lebih dulu membekap mulutnya.

Dia membius Rheyna.

*****

Rheyna merasakan pening hebat di kepalanya ketika dia membuka mata.

Sorot lampu yang begitu terang mengarah ke wajahnya, membuat matanya silau.

Rheyna mengernyitkan dahi.

Samar-samar dia melihat seorang lelaki berdiri tak jauh dari tempatnya berbaring.

Ingatan tentang kejadian maghrib tadi di dalam rumah Albert kian berputar ulang di kepalanya.

Bola mata Rheyna terbelalak ketika kesadarannya sudah kembali utuh.

Rheyna baru sadar kalau dirinya saat ini sedang terbaring di atas sebuah brankar berwarna hitam dengan kondisi ke dua tangannya yang terikat.

Susah payah Rheyna mencoba melepaskan diri, tapi sayang usahanya itu sia-sia. Tali-tali yang melingkar di pergelangan tangannya sangat kuat.

Saat itu Rheyna tidak tahu dirinya ada dimana. Ruangan itu seperti sebuah laboraturium kimia.

Banyak tabung-tabung reaksi dengan cairan-cairan berwarna-warni yang mengepulkan asap putih.

Bau busuk kian santer terhirup kembali.

Rheyna menoleh ke ujung ruangan dengan pencahayaan redup.

Dia mengerutkan kening, ketika sepasang netranya menangkap beberapa mayat yang tergeletak dengan posisi tertumpuk rapi di ujung ruangan itu. Darah segar berceceran di sekitar tumpukan mayat-mayat itu.

Astagfirullah al-adzim...

Rheyna memekik dalam hati.

Perasaan takut mulai menyelimuti dirinya.

Terlebih ketika seseorang lain di dalam ruangan itu berjalan menghampiri dirinya.

Dia Albert.

"Kamu tahu Rheyna, aku paling tidak suka dengan seseorang yang tidak menuruti perintahku. Aku tidak mau ambil resiko dengan membiarkanmu mencurigai aku. Itulah sebabnya kamu ada di sini sekarang," jelas Albert yang saat itu mengenakan seragam medisnya.

"Ketika pulang dari rumah sakit tadi aku sempat berpikir untuk memungut tunawisma di jalanan seperti yang biasa aku lakukan untuk menjadi objek percobaanku. Tapi aku mengurungkan niatku karena sudah terlalu banyak tunawisma yang dikabarkan hilang, aku takut aksiku ini tercium polisi. Lalu aku teringat dirimu," cerita Albert lagi. Lelaki itu tersenyum dengan seringai menakutkan.

Sosok Albert saat ini tampak berbeda dengan Albert yang Rheyna temui kemarin-kemarin.

"Tolong lepaskan saya... Saya mohon..." pinta Rheyna yang mulai menangis.

Albert menatapnya dengan wajah prihatin namun beberapa detik setelahnya lelaki itu tertawa renyah.

"Berdoalah, semoga eksperimenku kali ini tidak gagal," ucap Albert sambil mempersiapkan alat suntik.

Rheyna terus memohon agar Albert melepaskannya.

Lelaki itu mengarahkan lampu sorot ke arah perut Rheyna, menggunting kaos yang dikenakan Rheyna dan menggunakannya untuk menyumpal mulut Rheyna, hingga menyisakan bra hitam yang melekat di tubuh mungil gadis itu.

"Tahan sedikit, ini agak sakit," ucap Albert saat hendak menyuntikkan cairan yang tadi sudah dia siapkan ke arah perut Rheyna.

Rheyna sendiri tidak tahu suntikan itu berisi cairan apa namun yang pasti ada kemungkinan akibat cairan itulah orang-orang tak berdosa mati di tangan Albert.

Kepala Rheyna menggeleng cepat dengan gumaman yang semakin kencang begitu suntikan di tangan Albert hampir menembus kulit perutnya. Rheyna benar-benar ketakutan.

Suara teriakan Bibi Seth dari arah luar membuat aksi Albert terhenti.

Lelaki itu menoleh cepat ke arah pintu dan mendapati seorang lelaki lain dengan sebuah topeng yang menutup wajahnya masuk ke dalam ruangan jagal itu.

"Siapa kamu?" tanya Albert dengan nada panik ketika lelaki asing itu berjalan menghampirinya.

Lelaki bertopeng itu sempat menoleh ke arah perempuan yang terbaring di atas brankar. Dia tampak terkejut, hingga membuat konsentrasinya terpecah, terlebih ketika dia melihat setumpukan mayat dengan kondisi mengenaskan di ujung ruangan itu.

Albert berhasil menggunakan kesempatan itu untuk memukul bahu lelaki bertopeng tadi, lalu dia berniat kabur.

Tapi langkahnya berhasil ditahan oleh si lelaki bertopeng yang langsung menyeret tubuh Albert keluar dari ruangan itu.

Saat itu, Rheyna terus berusaha melepaskan diri. Tangan gadis itu bergetar saking takut.

Suara lengkingan Albert terdengar memecah kesunyian, membuat tengkuk Rheyna merinding.

Entah apa yang terjadi dengan Albert saat ini, Rheyna tidak perduli, yang dia tahu, dia harus lekas pergi dari tempat ini.

Gadis malang itu masih berkutat dengan usahanya untuk melepaskan diri ketika seseorang masuk ke dalam ruangan itu.

Dia lelaki bertopeng tadi.

Rheyna semakin ketakutan, terlebih ketika dia melihat tangan lelaki itu yang berlumuran darah. Bahkan dalam genggaman tangannya terdapat sebuah pisau yang juga terdapat noda darah.

Itu pasti darah Albert.

Lelaki bertopeng itu pasti sudah membunuh Albert.

Terka Rheyna membatin.

Napas Rheyna masih tersengal ketika lelaki itu berdiri di samping tubuhnya yang masih terbaring tak berdaya.

Lelehan air mata Rheyna kian deras. Tatapannya nanar memohon belas kasihan lelaki bertopeng yang kini sedang menatapnya.

Rheyna menutup matanya ketika sebelah tangan lelaki itu terangkat, namun dia kembali membuka mata saat tahu kalau lelaki itu hanya berniat menarik kain yang menyumpal mulutnya.

Rheyna melepas napas panjang berulang-ulang. Dia kembali menangis.

"Tolong lepaskan saya... Jangan sakiti saya... Saya mohon..." rintihnya lirih.

Ke dua bola mata Rheyna kembali melotot ketika tangan lelaki bertopeng itu kembali mengangkat tangannya yang memegang pisau.

Rheyna menahan napas.

Dan berhasil membuangnya cepat ketika lagi-lagi, lelaki itu justru malah melepaskan ikatan di ke dua tangan Rheyna.

"Cepat pergi, sebelum polisi datang jika kamu tak ingin terlibat masalah lebih jauh," ucap lelaki bertopeng itu sebelum dia melangkah pergi.

"Apa yang kamu lakukan pada Albert?" tanya Rheyna saat itu. Entah darimana datangnya keberanian itu. Rheyna sendiri tidak tahu.

Lelaki bertopeng itu menghentikan langkahnya. "Aku sudah membunuhnya," jawabnya tanpa menoleh.

"Kenapa kamu melakukan itu?" Rheyna mendekat dengan sebuah benda tumpul yang dia sembunyikan di balik punggungnya.

Lelaki itu tidak menjawab tapi malah pergi.

Rheyna berlari ke arah si lelaki dan memukul kepala lelaki itu lalu menarik topeng yang dikenakannya.

Lelaki itu meringis kesakitan.

Hingga pada saatnya, tatapan ke dua manusia itu pun bertemu.

Rheyna berhasil menangkap wajah si pembunuh itu.

*****

Rheyna dan si pembunuh bertopeng berhasil keluar dari kediaman Albert saat mereka mendengar suara sirine mobil kepolisian datang.

Lelaki itu yang mengajak Rheyna pergi setelah Rheyna menyempatkan diri mengambil beberapa barang berharga miliknya di kamar yang sebelumnya dia tempati, dan yang pasti setelah Rheyna berpakaian.

Ada kemungkinan Bibi Seth yang memanggil polisi setelah perempuan tua itu berlari ketika pembunuh bertopeng itu menakut-nakutinya dengan benda tajam. Padahal, dia hanya menggertak saja.

Dan itu artinya, perempuan tua itu tidak tahu kelakuan bejat sang majikan selama ini.

Atau bisa jadi, dia berpura-pura tidak tahu karena takut.

"Where are you going?" tanya si pembunuh pada Rheyna ketika mereka sudah berada jauh dari kediaman Albert.

Rheyna tidak menjawab. Wajahnya masih menampakkan bahwa dirinya syok berat atas apa yang telah dialaminya hari ini.

Melihat pemandangan itu, hati si pembunuh menjadi tergugah.

Dia ingin menolong perempuan itu.

Lelaki itu sadar bahwa dia sedang bergulat dengan bahaya besar karena Rheyna sudah melihat wajahnya dan mengetahui bahwa dirinya baru saja menghabisi nyawa orang lain. Identitasnya akan dipertaruhkan, pun keselamatannya di negeri orang. Namun, ada sesuatu disudut lain hatinya yang mengatakan bahwa dirinya harus melawan kekhawatirannya itu.

Dia percaya, Rheyna tidak akan melakukan tindakan yang bisa merugikan dirinya.

Bermodal tekad yang kuat, akhirnya lelaki itu malah memperkenalkan diri pada Rheyna.

"Introduce, my name is Sammy, don't be afraid, I don't mean to you," ucap Sammy dengan tangan terulur ke arah Rheyna.

Sayangnya, di luar dugaan, Rheyna justru kabur begitu Sammy memperkenalkan diri.

Perempuan itu berlari tunggang langgang tanpa sekalipun menoleh ke belakang.

Meninggalkan Sammy yang hanya bisa termangu di tempat.

Masih dalam posisi, sebelah tangannya yang terulur ke depan.

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • BURONAN   81. EPILOG

    Rheyna Kirana...Bersama dengan ponsel ini, aku ingin memberitahukan sesuatu.Kau bisa lihat pada bagian galeri, terdapat foto pria dan wanita yang sedang melangsungkan pernikahan.Sebuah pernikahan yang dilaksanakan di salah satu gereja ternama di Surabaya dari pasangan pengantin bernama Jerico dan Amaya.Pernikahan mereka sangat harmonis meski dilandasi atas perbedaan agama, di mana Jerico adalah seorang Kristen, sementara Amaya adalah seorang muslim.Hingga pada suatu hari, Amaya rela melepas hijab dan mengganti agamanya demi mengikuti kepercayaan sang Suami.Amaya rela diusir dari rumah bahkan keberadaannya sudah tak diakui lagi oleh keluarga.Amaya hamil lalu melahirkan seorang anak lelaki yang dia beri nama Ricky Pradana.Sejauh memiliki Ricky, jalinan rumah tangga mereka masih harmonis, hingga akhirnya malapetaka itu datang saat Amaya hamil anak kedua.Saat itu, Amaya mengetahui bahwa Jerico bers

  • BURONAN   80. ALASAN UNTUK MELANJUTKAN HIDUP

    Seharian ini Sammy terus memikirkan tentang sesosok wajah bocah lelaki yang dia lihat di dalam foto keluarga Rheyna.Sammy yakin betul dia pernah melihat foto itu sebelumnya.Seharian Sammy memutar otak untuk mengingat-ingat tentang hal itu, hingga akhirnya Sammy pun berhasil mengingatnya.Lelaki itu langsung berlari mencari ponselnya dan menelepon pihak lapas di mana Ricky, sahabatnya kini menjalani hukuman.Sammy harus memastikannya lebih lanjut dari mulut Ricky sendiri mengenai apa yang kini dia ketahui.Saat telepon itu tersambung dan Sammy bicara dengan salah satu petugas lapas untuk memberitahukan maksudnya, lelaki itu justru dikejutkan dengan sebuah kabar buruk yang membuatnya terlihat sangat syok."Maaf Tuan Langit, narapidana bernama Ricky baru saja ditemukan dalam keadaan tewas di dalam sel tahanannya tadi pagi. Dari hasil penyelidikan, diduga Ricky bunuh diri,"*****Setelah mendapat kabar meninggalny

  • BURONAN   79. RAHASIA DIBALIK FOTO KELUARGA

    Ini adalah hari pertama Sammy mulai bekerja di perusahaan milik Norman.Lelaki itu terlihat gagah dalam balutan jas hitam kantor dan dasi yang terpasang rapi di depan dadanya."Sepertinya, mulai sekarang aku harus belajar cara memasang dasi," gumam Rheyna saat dia membantu Sammy berpakaian.Sammy kembali memperhatikan pantulan dirinya di depan cermin. Entah kenapa, dia merasa aneh dengan penampilannya yang tampak rapi begini."Aku merasa, pakaian ini tidak cocok untukku Rheyna," serunya masih dengan tatapan mengarah ke cermin.Rheyna melingkarkan kedua tangannya di perut Sammy, memeluknya dari belakang. "Memang benar, kamu tidak cocok berpakaian seperti ini," balas Rheyna sambil tertawa kecil.Sammy membalikkan badan. "Bagaimana jika aku membatalkan saja rencana untuk bergabung di perusahaan Ayah?""Lalu, kamu mau bekerja apa?"Sammy menatap Rheyna lekat seraya menarik kuat pinggul Rheyna, sehingga kedua perut m

  • BURONAN   78. BERSAMA-SAMA MENUJU SURGA

    Menikah adalah satu momen sakral dalam kehidupan seorang manusia.Menikah adalah fase di mana kita akan menentukan siapa yang akan menjadi pendamping kita menjalani hari-hari di sisa usia.Semua seperti mimpi bagi Rheyna dan Sammy.Ketika mereka terbangun, dan membuka mata hari ini, tepatnya di hari pernikahan kedua mereka yang akan dilangsungkan dengan acara yang meriah.Hari-hari berat di mana keduanya harus hidup terpisah sebentar lagi akan berlalu karena selepas menikah nanti, Rheyna dan Sammy berjanji akan terus bersama mengarungi masalah apapun yang akan terjadi di depan.Kehadiran Sammy dalam hidup Rheyna mampu merubah dunianya yang biasa menjadi seindah pelangi. Sementara kehadiran Rheyna dalam hidup Sammy mampu merubah segala-galanya.Sammy sudah berjuang hingga titik darah penghabisan dan kini waktunya dia memetik hasilnya.Lelaki itu sudah duduk di tengah-tengah masjid tempat di mana akan berlangsungnya akad n

  • BURONAN   77. OBSESI BERBAHAYA

    Kasus penusukan yang terjadi terhadap Stella Adhiguna, yang merupakan anak dari salah satu pejabat tersohor di Indonesia menjadi perbincangan publik setelah beritanya kini tersebar di berbagai media.Dalam berita kriminal hari ini, Polisi berhasil menangkap seorang perempuan bernama Anna yang memang menjadi tersangka atas kasus penusukan tersebut.Barang bukti berupa pisau, serta sidik jari pelaku dan sebuah ponsel yang terjatuh menjadi bukti akurat bahwa Anna lah pelaku penusukan terhadap Stella.Meski awalnya, pihak keluarga Anna mengatakan tidak mungkin Anna pelakunya.Sikap Anna yang memang terkesan normal dan sangat baik di hadapan Handini akhirnya berhasil mengelabui semua orang. Termasuk Fadli dan Sammy.Semua orang percaya padanya bahwa Anna normal. Tidak betulan mengidap gangguan jiwa.Hingga pada akhirnya, Handini dan Fadli mencari tahu kebenarannya dengan mendatangi Rumah Sakit Jiwa tempat di mana Anna pernah disembuny

  • BURONAN   76. SURAT

    "Kak, aku baru mendapat kabar dari Dokter Anita..." Fadli mengambil napas sejenak sebelum melanjutkan kalimatnya."Dokter Anita mengatakan, Rheyna sudah siuman..."Secercah senyuman terbit di wajah tampan Sammy.Lelaki itu lekas beranjak menuju ruangan ICU diikuti Fadli di belakang.Langkahnya terasa semakin ringan karena beban yang menggantung di pundaknya perlahan runtuh tak bersisa.Terlebih saat dirinya kini sudah berhadapan dengan Rheyna di ruang ICU.Melihat Rheyna yang sudah membuka mata dan memulas senyum tipis kepadanya.Hati Sammy berbunga-bunga.Allah telah mendengar doanya dan mengabulkannya.Memberinya harapan baru untuk terus melanjutkan kehidupan yang lebih baik lagi, bersama satu-satunya perempuan yang dia cintai.Yaitu Rheyna...*****Hari mulai gelap.Seorang perempuan muda berjalan lurus di tepi trotoar pejalan kaki yang sepi.Dia sudah ber

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status