Share

Bagian 2

Auteur: Mega Dewi
last update Dernière mise à jour: 2023-01-03 10:40:13

 

 

Sera diantar ke sebuah kamar langsung oleh Arkan , sebuah kamar cukup besar dengan fasilitas yang nyaman dan memiliki pintu yang terhubung langsung ke kamar majikannya.

 

 

"Ini pintu kemana?" tanya Sera heran.

 

"Kamar saya!" jawab Arkan.

 

Sera segera melihat ke arah tuannya itu, kemudian ia mundur satu langkah. Perasaannya tidak karuan.

 

"Jangan salah paham, kenapa ada akses seperti ini, agar lebih mudah menjangkau anak-anak. Awalnya kamar ini memang dibuat untuk mereka. Tapi semenjak ibunya meninggal, mereka selalu tidur dengan saya."

 

Sera masih menatapnya curiga. 

 

"Jangan menatap saya seperti itu!"

 

Sera kemudian menurunkan pandangannya dan melihat ke sekeliling. Kamar besar ini memang bernuansa anak-anak. Di dinding dekat cermin ada sebuah gambar keluarga, perempuan cantik di sana sedang tersenyum bahagia dengan perut yang besar. Sera menatapnya sejenak, wajahnya teduh dan penuh kasih sayang, rasanya pasti sesak ditinggalkan seseorang yang sangat berarti.

 

"Silakan kalau kamu mau istirahat dulu."

 

Sera mengangguk, seketika ia membisu. Kemudian tidak lama setelahnya Arkan keluar kamar dan menutup pintu dengan perlahan. Sopan sekali.

 

Ia merapikan pakaiannya, kemudian membersihkan diri, setelah itu kembali keluar, waktu sudah menunjukkan pukul dua siang. Sera membawa langkahnya dan melihat si kembar sedang asyik bermain ponsel, sementara neneknya pun terlelap di samping bayi yang juga tertidur. Terlihat lelah sekali.

 

"Berikan ponselnya!" Sera mendekat pada Kenzo dan Kezia sambil mengulurkan tangan.

 

Mereka nampak mengacuhkan dan sama sekali tidak peduli dengan ucapan Sera, bahkan melihat pun tidak.

 

"Berikan ponselnya!" perintah kedua yang juga tidak dihiraukan.

 

Merasa tidak didengar, Sera pun mengambil ponsel dari kedua anak itu. Membuat wajah mereka seketika merah padam.

 

"Hey!" Kenzo berteriak. Membuat neneknya terbangun dan seketika si bayi pun ikut menangis.

 

"Kalian boleh bermain hape, tapi dibatasi dan ada jamnya."

 

"Tidak! Kami tidak mau seperti itu! Kembalikan ponselku!" ucap Kezia turut berteriak.

 

"Tidak! Ponsel ini akan ku berikan di waktu tertentu."

 

"Siapa kamu mengatur kami? Kamu hanya pembantu di rumah ini!" jawab Kenzo.

 

Sera menghela napas panjang, tidak menyangka dengan jawaban mereka. "Ya, betul! Kalian tahu arti pembantu? Seseorang yang akan membantu kalian, bila tidak dibantu, kalian akan kesulitan! Jadi stop untuk seenaknya, kami di sini hanya membantumu, memudahkan aktivitas kalian!"

 

"Aku tidak peduli! Kembalikan ponselku!"

 

Sera tidak ingin mendengar lagi, ia membawa ponsel itu dalam genggamannya, sementara ia berjalan menghampiri si bungsu yang sedang menangis, kemudian ia membawanya dalam dekapan, menenangkannya.

 

"Berikan saja ponsel mereka, kalau tidak mereka akan mengamuk," ucap Haliza.

 

"Seharian memberikan ponsel pada mereka tidak akan memberikan apa pun kecuali dampak negatif. Mereka harus melakukan aktivitas sesuai usianya!" jawab Sera.

 

"Kembalikan ponselku!" Kenzo mendekat dan mendorong Sera. 

 

"Hey! Aku sedang membawa adikmu! Bagaimana kalau jatuh?" Beruntung Sera bisa menahan diri sehingga ia bisa membawa agar tubuhnya tidak limbung.

 

"Dia bukan adik kami! Aku benci sama dia! Karena dia ibuku meninggal!" jawab Kezia.

 

Sera terdiam sejenak, ada luka di hati  yang membuat sikap mereka menjadi pembantah, keras kepala, juga pemarah. Tapi apa pun alasannya, itu tidak bisa dibenarkan.

 

Bayi dalam dekapan Sera masih terus menangis, Kenzo dan Kezia pun masih terus berontak sampai tak lama kemudian Arkan datang. Sera masih termangu sejenak.

 

"Kenzo, Kezia. Ayo ikut Ayah! Ayah punya sesuatu."

 

Tapi mereka seolah tidak peduli, tatapan marah dilayangkan. "Belum puas Ayah siksa kami? Ayah biarkan Bunda pergi karena melahirkan anak itu, sekarang memberikan kamu nenek lampir seperti dia?"

 

"Jaga mulut kalian!" ucap Arkan.

 

"Sudah ... sudah ...!" Haliza sang nenek pun membawa si kembar berlalu. Sementara Arkan menghampiri Sera dan membawa sang bayi dalam dekapan. 

 

Sementara Sera membuatkan susu dengan pikiran yang tidak menentu. Tak berapa lama ia kembali dan segera memberikan susu itu. Sampai si bayi kembali tenang dan tertidur.

 

"Aku minta maaf atas tindakan mereka," ucap Arkan.

 

Sera menghela napas. "Its oke."

 

"Mereka anak yang baik, tapi semenjak kepergian ibunya, banyak hal yang berubah dalam waktu singkat. Sejak kelahiran adiknya, mereka selalu bilang benci karena bunda mereka harus pergi tak lama setelah melahirkan Kalina. Aku kewalahan dan sulit membuat mereka mengerti atas apa yang terjadi."

 

Nampak sekali wajah putus asa terlihat di sana, Sera yakin Arkan sudah berusaha menjelaskan sebaik mungkin. Luka di hati anak-anaknya atas kepergian sang ibu pun tidak bisa disalahkan, tapi tidak bisa juga dibiarkan.

 

"Saya harus apa, Sera?" ucapnya lirih tak berdaya seraya melihat pada Kalina yang kembali pulas.

Continuez à lire ce livre gratuitement
Scanner le code pour télécharger l'application

Latest chapter

  • Baby Sitter Rasa Istri   TAMAT

    Beberapa saat setelahnya, Dila terbangun. Kini Sera pun menyusul ke rumah sakit, Arkan sengaja memberitahunya menggunakan ponsel yang biasa ia pakai untuk bekerja, ia tak ingin terjadi lagi sebuah kesalahpahaman dan menimbulkan banyak huru hara di rumah tangganya."Mas, sepertinya dia depresi berat!""Iya, dia butuh penanganan pada bidang yang tepat!""Dia pasti butuh seseorang untuk mendengarkan, alangkah lebih baiknya dibawa ke psikiater, Mas."Arkan hanya mengangguk, kemudian setelah itu keduanya diam seraya menatap Dila yang kembali berbaring, keluarganya tidak ada satu pun yang datang, ia yakin bila permasalahan terbesar dalam hidup Sera adalah keluarganya sendiri.Sebagai rasa kemanusiaan, Sera pun akan mendampingi Dila semampunya, ia akan dijadwalkan untuk bertemu dengan psikiater dan ditangani perlahan kesehatan mentalnya.Dila pun dirawat beberapa hari di rumah sakit dan ditunggu bergantian oleh beberapa karyawan Arkan.Sementara Sera dan Arkan sibuk menyiapkan persiapan lama

  • Baby Sitter Rasa Istri   Bagian 44

    Waktu seolah bergerak lambat ketika mobil yang Sera tumpangi melewati mobil suaminya."Bu ...," ucap sang supir pelan, ia menyadari bila yang baru saja di lihat adalah majikannya. Sang supir yang bernama Arman itu memelankan laju mobilnya."Lanjut saja dan cepat bawa mobilnya! Katya harus segera dibawa ke rumah sakit!" ucap Sera dengan suara yang tertahan, jelas sekali ia menahan segala macam perasaan yang selama ini bergelayut."Baik, Bu!" jawab supirnya, kemudian ia melajukan mobilnya lebih cepat dan sekitar 15 menit kemudian keduanya sampai di rumah sakit, Katya terlihat kejang dan langsung ditangani oleh dokter. Sementara Arkan hanya mengantarkan karyawannya itu sampai ke depan penginapan. "Sekali lagi terimakasih banyak, Pak!" ucap Dila dengan bibir bergetar.Arkan hanya mengangguk, tak banyak bicara ia pun berlalu meninggalkan Dila. Sesampainya di rumah, ia tidak mendapati Sera di sana, ketika membuka ponselnya, panggilan telepon dan pesan beruntun.[Mas pulang kapan? Katya de

  • Baby Sitter Rasa Istri   Bagian 43

    "Apa-apaan kamu, Ren?"Renata masih berdiri di tempatnya dan biasa saja, ia tak berusaha menutupi diri atau pun melakukan hal lainnya."Aku kenapa? Aku sedang berada di kamar dan mengenakan pakaian tidur. Aku tidak keluar kamar dengan pakaian seperti ini, Mas?""Kamu tahu aku akan datang kan?""Lampu mati seketika, aku panik jadi aku tidak berpikir apa pun."Tak ingin berdebat panjang, Arkan segera keluar dari kamar ini, tak menyangka bila dirinya akan melihat hal seperti ini dari Renata. Sementara wanita itu hanya diam dan berdiri di tempat yang sama tanpa melakukan pergerakan apa pun.Arkan meraih gagang pintu hendak keluar kamar, tapi dalam waktu sekejap Renata mengambil gagang pintu itu dan menatap Arkan penuh makna. Jarak mereka kini sangatlah dekat, bahkan nyaris tak berjarak ketika Renata menempelkan tubuhnya."Aku tidak berniat menggodamu, Mas. Tapi sepertinya aku sangat kesepian."Arkan melepaskan Renata, menjauhkan wanita itu dari dekatnya, tapi tidak disangka bila wanita ya

  • Baby Sitter Rasa Istri   Bagian 42

    "Detak jantung janin tidak terdengar, Dok!" ucap salah satu bidan yang sedang memeriksa."Coba periksa sekali lagi," ujar Gading.Sera nampak menahan sakit, seketika mulas semakin terasa, ia tak banyak bersuara, mulutnya tak henti berzikir, peluh bercucuran di kening, wajahnya memucat. Bidan kembali memeriksa, sudah ada pembukaan lima.Gading mendekat pada mantan istrinya itu lalu berbisik. "Zikir aja jangan putus, insyaallah bisa melahirkan normal."Sera mengangguk pelan, kemudian Gading pun keluar menghampiri Arkan yang juga terlihat cemas berada di dalam. "Detak jantung janin tidak terdengar," ucap Gading mendekat."Lalu? Maksudnya? Anak saya baik-baik saja kan?""Berdoa saja, Bang! Semoga Allah memberikan kelancaran dan keselamatan untuk keduanya."Arkan masih tidak karuan, kemudian ia diizinkan masuk ke dalam ruangan untuk menemani Sera. Istrinya itu tak banyak mengaduh, bila sakit terasa maka ia memegang tangan Arkan dengan kencang.Rasa mulas yang dirasakan Sera semakin menjad

  • Baby Sitter Rasa Istri   Bagian 41

    Rambut basah dan dada bidang itu seketika tidak lagi mempesona ketika pesan terakhir Sera baca di ponsel milik suaminya. Sementara Arkan di ujung sana tersenyum penuh makna, menatap istrinya yang begitu cantik dan seksi di sisi ranjang. Pakaian kebangsaan warna hitam selalu menjadi kesukaannya, Sera berkali lipat jauh lebih cantik dari itu.Ia mendekat dan langsung berhambur memeluk istrinya, tapi seketika Sera menghindar dengan raut wajah yang tidak semanis tadi."Kenapa sayang?" Arkan mengernyitkan dahi."Ada pesan dari Renata? Kalian saling bertemu?""Astaghfirullah ... aku lupa ngabarin. Kemarin saat masih di Bandung Renata ngabarin kalau bapaknya meninggal dunia, jadi aku menyempatkan untuk takziah.""Inalillahi wa inalillahi rajiun," ucap Sera. "Tapi kenapa Mba Renata bisa tahu nomor, Mas? Apa sebelumnya kalian sempet tukeran nomor?""Ya Allah, Sayang ... kamu ini sedang cemburu kah?"Sera diam sejenak, menatapnya dengan tatapan tajam. "Apa perlu yang kaya gitu ditanyain, Mas?"

  • Baby Sitter Rasa Istri   Bagian 40

    "Ren ...," sapa Arkan ramah. Ini adalah pertemuan pertama setelah waktu itu pernikahannya batal, sudah bertahun-tahun dan lama sekali."Mas Arkan sedang apa di sini?""Istriku dapat musibah dan dirawat di sini, sekarang sedang mengurus administrasi untuk pulang."Renata mengernyitkan dahi. "Sudah nikah, Mas?"Arkan mengangguk. Renata tersenyum tipis, sudah sembilan tahun berlalu, ternyata masih ada perasaan sesak, tapi ia yakin bila ini bukan perasaan yang dulu, hanya sisa dari kenangannya saja."Menikah dengan orang mana, Mas? Selamat ya, meski terlambat,"jawab Renata mengembangkan senyumnya yang masih tetap cantik seperti dulu. Ia pun tak nampak menua, semakin cantik di usia yang semakin matang "Dengan Sera, Ren."Waktu kemudian hening sejenak, ia tertegun beberapa saat. Enam tahun yang lalu dirinya pernah tak sengaja' bertemu Renata saat di Jogja, mereka berbincang sejenak dan saat itu Renata mengetahui bila Sera sudah menikah dan bukan dengan Arkan."Jodoh tidak kemana ya, Mas!"

Plus de chapitres
Découvrez et lisez de bons romans gratuitement
Accédez gratuitement à un grand nombre de bons romans sur GoodNovel. Téléchargez les livres que vous aimez et lisez où et quand vous voulez.
Lisez des livres gratuitement sur l'APP
Scanner le code pour lire sur l'application
DMCA.com Protection Status