Share

Baby Sitter Rasa Istri
Baby Sitter Rasa Istri
Penulis: Mega Dewi

Bagian 1

Penulis: Mega Dewi
last update Terakhir Diperbarui: 2023-01-03 10:39:23

BABY SITTER RASA ISTRI

   "Sepuluh juta!"

   Nilai nominal yang ditawarkan seorang pria pada gadis seksi berusia 22 tahun bernama Sera. Ia baru saja lulus kuliah dan sudah mencari pekerjaan ke sana kemari, tapi belum satu pun yang memanggilnya untuk interview. Sampai terakhir ia memilih untuk menjadi pemandu lagu, sebuah pekerjaan yang membuatnya hampir menyerah karena godaan hidung belang yang luar biasa.

Pekerjaan sendiri itu atas rekomendasi temannya, ia yang putus asa karena orang tua menumpuk hutang, akhirnya menerima pekerjaan itu.

"Oke, baiklah! Hanya jaga dua anak anda saja tuan?"

   "Panggil saya Arkan."

"Oke, Tuan Arkan!"

   "Jangan pakai Tuan!"

   "Lalu?"

"Terserah! Asal jangan panggilan itu," ucap pria bertubuh tinggi sekitar 180 cm, usianya 32 tahun dan seorang wiraswasta.

"Oke, baik!"

"Sebetulnya bukan dua anak, tapi tiga. Satu diantaranya masih bayi berusia dua bulan."

  Sera mengangguk, sepertinya mengurus tiga anak bukan hal yang sulit, apalagi diketahui bila kedua anaknya sudah berusia sepuluh tahun. Sudah lebih dewasa dan akan lebih mudah diarahkan pikir Sera. 

  "Kamu tidak sendirian, ada dua asisten rumah tangga yang mengurus rumah, jadi tugasmu hanya menemani mereka saja."

"Oh, semudah itu ternyata," jawab

  "Satu lagi persyaratannya."

"Apa itu?"

"Kamu harus menginap!"

Sera tanpa berpikir panjang langsung mengiyakan, itu memang keinginannya, setidaknya ia bisa menghemat biaya makan dan kos. Harga kontrakan di Jakarta yang melangit.

"Setuju!"

"Baiklah, nanti saya siapkan surat kontraknya. Sekarang bisa ikut saya ke rumah untuk melihat situasinya. Tapi ...." Arkan menghentikan ucapannya dan melihat dari atas ke bawah ke arah Sera dan buru-buru mengalihkan pandangan.

"Ada persyaratan satu lagi."

"Apalagi, Pak?"

"Kamu jangan menggunakan pakaian kurang bahan seperti itu!"

Sera melihat dirinya, ia mengenakan kaos ketat dan rok pendek selutut, ia merasa tidak seksi apalagi kurang bahan.

"Aku harus pakai gamis?"

"Iya, kalau perlu!"

 "Tapi, Pak?"  

"Itu salah satu syarat, kalau kamu keberatan bisa ditolak."

"Oke! Baiklah! Saya setuju!"

***

Setelah membeli beberapa pakaian yang sesuai keinginan bosnya, ia pun dibawa ke rumah Arkan, sebuah rumah yang membuat Sera berdecak kagum, tidak hanya luas, tapi designnya benar-benar indah. Dari gerbang menuju pintu rumah panjang membentang, mungkin cukup untuk lima sampai sepuluh mobil, di sana pun lengkap dengan petugas keamanan dan pekerja lainnya, tak hanya asisten rumah tangga.

"Selamat datang, semoga betah, ya!" ucap salah satu pekerja bernama Tuti.

"Iya, semoga betah. Semenjak ibu meninggal dua bulan lalu, sudah ganti empat pengasuh," ujar salah satunya yang terlihat masih muda, namanya Aini.

Sera membelalakkan mata. Sesulit apa mengurus mereka yang membuat empat pengasuh angkat kaki dalam waktu dua bulan.

"Mereka jahil dan nakal, bukan hanya itu, mereka juga manja dan gak boleh dimarahin sedikitpun oleh neneknya."

Sera mengangguk paham, tak lama kemudian datang Arkan dan ketiga anaknya. Yang besar kembar laki-laki dan perempuan, sementara yang kecil juga perempuan. Tak hanya itu, ada seorang wanita berusia sekitar 50 tahunan di sana. Terlihat dari cara berpakaiannya begitu elegan dan berkelas.

"Ini yang akan bersama kalian, namanya Tante Sera, kalian harus patuh dan hormat," ucap Arkan.

"Siap Ayah," ucap Kenzo anak laki-lakinya.

"Baik Ayah!" sahut Kezia anak perempuannya. Sementara si bungsu bernama Kalina.

"Kenalan dulu Tante," ucap Kenzo. Anak laki-laki itu mendekat mengulurkan tangannya. Sera berpikir mereka tak seseram yang dibicarakan.

Sera menerima dengan tangan mungil itu, tapi tidak disangka Kenzo menembakkan senjata air ke wajah Sera dan membuatnya basah.

"Kenzo!" Arkan sedikit berteriak.

"Jangan kasar sama anak," ucap ibu di sampingnya.

"Hey! Kamu! Gak sopan, ya!" Siapa yang ngajarin?" Teriak Sera. Sebelumnya tidak ada yang berani seperti ini pada si kembar.

"Heh! Kamu jangan bentak cucu saya!" Wanita bernama Haliza itu berteriak.

"Saya bukan sedang membentak, saya sedang mengajarinya."

"Tidak dengan begitu caranya, berani sekali kamu sama cucu saya! Apa hak kamu?" 

Kenzo memeluk Omanya, berlindung dari murka Sera.

Sera menghela napas panjang. Si kembar sepertinya mendapatkan pola didik yang salah. "Tentu saya berhak, saya yang akan mengasuh mereka, secara tidak langsung saya juga yang mendidik mereka. Ingat, Bu! Kasih sayang memang menghasilkan kebaikan, tapi bila anak terlalu dimanja banyak dampak negatif yang akan ditimbulkan di masa depan. Apa anda cucu anda tidak berkualitas?"

"Kamu tidak perlu mengajari saya!"

Sera mendelik. 

"Kamu dapat dia darimana? Cari pengasuh yang berpendidikan, jangan orang kampung seperti itu!" ujar Haliza pada Arkan.

"Hanya dia yang bersedia, Bu."

"Hati-hati! Biasanya dari kampung suka pakai jurus guna-guna. Ibu gak mau anak-anak diobatin biar nurut."

Meski berbisik, Sera mendengar ucapan itu dan merasa geram. "Kalau perlu saya guna-guna juga anak ibu biar ikut nurut!"

"Jangan-jangan kamu pengasuh plus plus," ucap Haliza.

"Iya! Kenapa memang?" Sera benar-benar geram.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Baby Sitter Rasa Istri   TAMAT

    Beberapa saat setelahnya, Dila terbangun. Kini Sera pun menyusul ke rumah sakit, Arkan sengaja memberitahunya menggunakan ponsel yang biasa ia pakai untuk bekerja, ia tak ingin terjadi lagi sebuah kesalahpahaman dan menimbulkan banyak huru hara di rumah tangganya."Mas, sepertinya dia depresi berat!""Iya, dia butuh penanganan pada bidang yang tepat!""Dia pasti butuh seseorang untuk mendengarkan, alangkah lebih baiknya dibawa ke psikiater, Mas."Arkan hanya mengangguk, kemudian setelah itu keduanya diam seraya menatap Dila yang kembali berbaring, keluarganya tidak ada satu pun yang datang, ia yakin bila permasalahan terbesar dalam hidup Sera adalah keluarganya sendiri.Sebagai rasa kemanusiaan, Sera pun akan mendampingi Dila semampunya, ia akan dijadwalkan untuk bertemu dengan psikiater dan ditangani perlahan kesehatan mentalnya.Dila pun dirawat beberapa hari di rumah sakit dan ditunggu bergantian oleh beberapa karyawan Arkan.Sementara Sera dan Arkan sibuk menyiapkan persiapan lama

  • Baby Sitter Rasa Istri   Bagian 44

    Waktu seolah bergerak lambat ketika mobil yang Sera tumpangi melewati mobil suaminya."Bu ...," ucap sang supir pelan, ia menyadari bila yang baru saja di lihat adalah majikannya. Sang supir yang bernama Arman itu memelankan laju mobilnya."Lanjut saja dan cepat bawa mobilnya! Katya harus segera dibawa ke rumah sakit!" ucap Sera dengan suara yang tertahan, jelas sekali ia menahan segala macam perasaan yang selama ini bergelayut."Baik, Bu!" jawab supirnya, kemudian ia melajukan mobilnya lebih cepat dan sekitar 15 menit kemudian keduanya sampai di rumah sakit, Katya terlihat kejang dan langsung ditangani oleh dokter. Sementara Arkan hanya mengantarkan karyawannya itu sampai ke depan penginapan. "Sekali lagi terimakasih banyak, Pak!" ucap Dila dengan bibir bergetar.Arkan hanya mengangguk, tak banyak bicara ia pun berlalu meninggalkan Dila. Sesampainya di rumah, ia tidak mendapati Sera di sana, ketika membuka ponselnya, panggilan telepon dan pesan beruntun.[Mas pulang kapan? Katya de

  • Baby Sitter Rasa Istri   Bagian 43

    "Apa-apaan kamu, Ren?"Renata masih berdiri di tempatnya dan biasa saja, ia tak berusaha menutupi diri atau pun melakukan hal lainnya."Aku kenapa? Aku sedang berada di kamar dan mengenakan pakaian tidur. Aku tidak keluar kamar dengan pakaian seperti ini, Mas?""Kamu tahu aku akan datang kan?""Lampu mati seketika, aku panik jadi aku tidak berpikir apa pun."Tak ingin berdebat panjang, Arkan segera keluar dari kamar ini, tak menyangka bila dirinya akan melihat hal seperti ini dari Renata. Sementara wanita itu hanya diam dan berdiri di tempat yang sama tanpa melakukan pergerakan apa pun.Arkan meraih gagang pintu hendak keluar kamar, tapi dalam waktu sekejap Renata mengambil gagang pintu itu dan menatap Arkan penuh makna. Jarak mereka kini sangatlah dekat, bahkan nyaris tak berjarak ketika Renata menempelkan tubuhnya."Aku tidak berniat menggodamu, Mas. Tapi sepertinya aku sangat kesepian."Arkan melepaskan Renata, menjauhkan wanita itu dari dekatnya, tapi tidak disangka bila wanita ya

  • Baby Sitter Rasa Istri   Bagian 42

    "Detak jantung janin tidak terdengar, Dok!" ucap salah satu bidan yang sedang memeriksa."Coba periksa sekali lagi," ujar Gading.Sera nampak menahan sakit, seketika mulas semakin terasa, ia tak banyak bersuara, mulutnya tak henti berzikir, peluh bercucuran di kening, wajahnya memucat. Bidan kembali memeriksa, sudah ada pembukaan lima.Gading mendekat pada mantan istrinya itu lalu berbisik. "Zikir aja jangan putus, insyaallah bisa melahirkan normal."Sera mengangguk pelan, kemudian Gading pun keluar menghampiri Arkan yang juga terlihat cemas berada di dalam. "Detak jantung janin tidak terdengar," ucap Gading mendekat."Lalu? Maksudnya? Anak saya baik-baik saja kan?""Berdoa saja, Bang! Semoga Allah memberikan kelancaran dan keselamatan untuk keduanya."Arkan masih tidak karuan, kemudian ia diizinkan masuk ke dalam ruangan untuk menemani Sera. Istrinya itu tak banyak mengaduh, bila sakit terasa maka ia memegang tangan Arkan dengan kencang.Rasa mulas yang dirasakan Sera semakin menjad

  • Baby Sitter Rasa Istri   Bagian 41

    Rambut basah dan dada bidang itu seketika tidak lagi mempesona ketika pesan terakhir Sera baca di ponsel milik suaminya. Sementara Arkan di ujung sana tersenyum penuh makna, menatap istrinya yang begitu cantik dan seksi di sisi ranjang. Pakaian kebangsaan warna hitam selalu menjadi kesukaannya, Sera berkali lipat jauh lebih cantik dari itu.Ia mendekat dan langsung berhambur memeluk istrinya, tapi seketika Sera menghindar dengan raut wajah yang tidak semanis tadi."Kenapa sayang?" Arkan mengernyitkan dahi."Ada pesan dari Renata? Kalian saling bertemu?""Astaghfirullah ... aku lupa ngabarin. Kemarin saat masih di Bandung Renata ngabarin kalau bapaknya meninggal dunia, jadi aku menyempatkan untuk takziah.""Inalillahi wa inalillahi rajiun," ucap Sera. "Tapi kenapa Mba Renata bisa tahu nomor, Mas? Apa sebelumnya kalian sempet tukeran nomor?""Ya Allah, Sayang ... kamu ini sedang cemburu kah?"Sera diam sejenak, menatapnya dengan tatapan tajam. "Apa perlu yang kaya gitu ditanyain, Mas?"

  • Baby Sitter Rasa Istri   Bagian 40

    "Ren ...," sapa Arkan ramah. Ini adalah pertemuan pertama setelah waktu itu pernikahannya batal, sudah bertahun-tahun dan lama sekali."Mas Arkan sedang apa di sini?""Istriku dapat musibah dan dirawat di sini, sekarang sedang mengurus administrasi untuk pulang."Renata mengernyitkan dahi. "Sudah nikah, Mas?"Arkan mengangguk. Renata tersenyum tipis, sudah sembilan tahun berlalu, ternyata masih ada perasaan sesak, tapi ia yakin bila ini bukan perasaan yang dulu, hanya sisa dari kenangannya saja."Menikah dengan orang mana, Mas? Selamat ya, meski terlambat,"jawab Renata mengembangkan senyumnya yang masih tetap cantik seperti dulu. Ia pun tak nampak menua, semakin cantik di usia yang semakin matang "Dengan Sera, Ren."Waktu kemudian hening sejenak, ia tertegun beberapa saat. Enam tahun yang lalu dirinya pernah tak sengaja' bertemu Renata saat di Jogja, mereka berbincang sejenak dan saat itu Renata mengetahui bila Sera sudah menikah dan bukan dengan Arkan."Jodoh tidak kemana ya, Mas!"

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status