Baby Sitter Rasa Istri

Baby Sitter Rasa Istri

Oleh:  Mega Dewi  On going
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
10
6 Peringkat
18Bab
6.0KDibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Tinggalkan ulasan Anda di APP

Sera yang baru saja lulus sebagai sarjana kesulitan untuk mendapatkan pekerjaan, ia bahkan sempat menjadi pemandu lagu di sebuah tempat hiburan malam. Sampai akhirnya Sera mendapatkan tawaran yang cukup tinggi untuk menjadi baby sitter. Begitu banyak tantangan setelah memutuskan untuk mengambil pekerjaan ini

Lihat lebih banyak
Baby Sitter Rasa Istri Novel Online Unduh PDF Gratis Untuk Pembaca

Bab terbaru

Buku bagus disaat bersamaan

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen
user avatar
Endri Ananto
bagus, dua karakter yg santai dan kalem dalam urusan percintaan...
2023-11-13 23:48:30
0
user avatar
Misviati
cerita nya bagus,tp sayang,sy hnya bisa buka sampai bab 18 sj,rdk ada.kelanjutannya
2023-07-28 15:38:47
1
user avatar
Abdillah Arief
emosi tarik ulur tarik ulur.... aghh...
2023-07-18 17:45:46
0
user avatar
Zheenius
menunggu bab selanjutnya ...
2023-04-11 09:26:48
1
user avatar
Fiya Yulia
Bagus kak ceritanya, lanjut lagi donk
2023-04-07 11:26:11
0
user avatar
City Laila
seru...asyik bacanya bikin baperr
2023-02-08 04:15:01
0
18 Bab
Bagian 1
BABY SITTER RASA ISTRI "Sepuluh juta!" Nilai nominal yang ditawarkan seorang pria pada gadis seksi berusia 22 tahun bernama Sera. Ia baru saja lulus kuliah dan sudah mencari pekerjaan ke sana kemari, tapi belum satu pun yang memanggilnya untuk interview. Sampai terakhir ia memilih untuk menjadi pemandu lagu, sebuah pekerjaan yang membuatnya hampir menyerah karena godaan hidung belang yang luar biasa. Pekerjaan sendiri itu atas rekomendasi temannya, ia yang putus asa karena orang tua menumpuk hutang, akhirnya menerima pekerjaan itu. "Oke, baiklah! Hanya jaga dua anak anda saja tuan?" "Panggil saya Arkan." "Oke, Tuan Arkan!" "Jangan pakai Tuan!" "Lalu?" "Terserah! Asal jangan panggilan itu," ucap pria bertubuh tinggi sekitar 180 cm, usianya 32 tahun dan seorang wiraswasta."Oke, baik!" "Sebetulnya bukan dua anak, tapi tiga. Satu diantaranya masih bayi berusia dua bulan." Sera mengangguk, sepertinya mengurus tiga anak bukan hal yang sulit, apalagi diketahui bila ke
Baca selengkapnya
Bagian 2
Sera diantar ke sebuah kamar langsung oleh Arkan , sebuah kamar cukup besar dengan fasilitas yang nyaman dan memiliki pintu yang terhubung langsung ke kamar majikannya."Ini pintu kemana?" tanya Sera heran."Kamar saya!" jawab Arkan.Sera segera melihat ke arah tuannya itu, kemudian ia mundur satu langkah. Perasaannya tidak karuan."Jangan salah paham, kenapa ada akses seperti ini, agar lebih mudah menjangkau anak-anak. Awalnya kamar ini memang dibuat untuk mereka. Tapi semenjak ibunya meninggal, mereka selalu tidur dengan saya."Sera masih menatapnya curiga. "Jangan menatap saya seperti itu!"Sera kemudian menurunkan pandangannya dan melihat ke sekeliling. Kamar besar ini memang bernuansa anak-anak. Di dinding dekat cermin ada sebuah gambar keluarga, perempuan cantik di sana sedang tersenyum bahagia dengan perut yang besar. Sera menatapnya sejenak, wajahnya teduh dan penuh kasih sayang, rasanya pasti sesak ditinggalkan seseorang yang sangat berarti."Silakan kalau kamu mau istirahat
Baca selengkapnya
Bagian 3
"Saya tidak bisa menjanjikan apa pun, karena Saya pun tidak memiliki pengalaman di bidang ini. Tapi bila Pak Arkan bisa memberikan kepercayaan, saya akan berusaha menjaga mereka dengan cara saya." Arkan menghela napas panjang, kemudian mengangguk. Ia menepuk bahu Sera pelan. "Saya percaya kamu." Tak lama setelahnya ia pamit pergi karena harus bertemu seseorang. Sera pun menghampiri Kenzo dan Kezia, sementara neneknya terlihat berbaring sambil memijat kepala, wajahnya terlihat pucat. "Kenapa, Bu? Ada yang bisa saya bantu?" Sera mendekat. "Saya hanya mau tidur, jangan ganggu saya!" Sera mengangguk paham, kemudian ia mendekati Kenzo dan Kezia yang terlihat masih begitu marah padanya. "Kembalikan ponselku! Atau kalau tidak kamu keluar dari rumah ini!" ucap Kenzo, ia memang sedikit lebih keras. "Seribu kali pun kalian mengusirku, aku tidak akan keluar bila Ayah kalian tidak meminta." "Kalau begitu jangan ganggu kami!" jawab Kezia. "Aku tidak akan mengganggu, aku hanya ingin mene
Baca selengkapnya
Bagian 4
"Stop Kenzo!"Anak laki-laki itu masih mengamuk, situasi masih sepagi ini dan sudah terjadi kekacauan. Arkan hampir saja melayangkan pukulan ketika tak bisa menguasai anaknya, tapi Sera segera menghentikan."Kamu dapat apa dengan bersikap seperti pada ayahmu? Apa itu akan membuat Bunda kembali?"Anak itu terdiam, tatapannya masih tajam, napasnya terengah-engah."Bundamu pergi di ambil Allah, diantarkan malaikat, ditempatkan di Surga. Kemudian dari atas langit sana Bunda melihat kalian seperti ini apa tidak sedih? Katanya sayang bunda? Tante yakin, bunda tidak pernah mengajarkan kalian menjadi seperti ini."Lambat laun suasana mulai aman terkendali, Kezia menghentikan tangisnya, Kenzo tidak lagi mengamuk, Kalina mulai tenang dan suasana aman terkendali. Kemudian setelah itu mereka sarapan dengan tertib dan berangkat ke sekolah, wajah keduanya masih sangat masam dan tidak bersahabat.Sementara Arkan masih di rumah dan akan berangkat sebentar lagi, ia masih menyiapkan segala hal. Sera me
Baca selengkapnya
Bagian 5
Karin nampak akrab dengan si kembar, sejak tadi mereka tak berjauhan dengan tantenya itu. Sementara Sera lebih banyak menjaga si bayi yang nampak anteng tertidur, Kalina sesekali menangis saat meminta susu.Ponsel Sera berdering, sebuah panggilan masuk."Hallo!""Bisa kirim uang gak?" ucap seseorang di sana tanpa basa basi.Sera menghela napas panjang. "Aku belum ada uang.""Rentenir dari tadi nagih uang ke rumah. Pusing. Mana beras habis!""Uang yang aku kirim waktu itu memang sudah habis?""Sudahlah! Cukup apa uang segitu satu bulan dengan bapakmu yang banyak hutang? Rasanya ingin ku tinggalkan saja!""Tinggalkan saja! Tidak usah bertahan kalau sulit! Aku harus kerja lagi, sudah dulu!"Tanpa banyak bicara Sera menutup teleponnya. Seseorang yang baru saja bicara dengannya itu adalah ibu tirinya. Seseorang yang selalu menuntutnya di luar kendali."Ayo pulang!" Arkan datang menghampiri."Mau pulang sekarang?""Iya, sudah mendung. Sebentar lagi hujan.""Oh iya." Sera pun beranjak, kemud
Baca selengkapnya
Bagian 6
Sera melangkah dengan layu menuju kamar, ia sadar kesalahan yang sudah diperbuatnya sudah sangat fatal, ia tidak menyalahkan siapapun, juga tidak menyalahkan kemarahan Arkan. Dia berhak semarah itu karena yang baru saja Kezia alami berhubungan langsung dengan nyawanya.Sementara kemarahan Arkan belum mereda, ia mendapatkan panggilan dari Karin. "Mas, Kezia sudah sangat membaik, kata dokter boleh dibawa pulang.""Pulang besok saja, pastikan semuanya membaik, aku nanti ke sana.""Baik, Mas!"Panggilan pun ditutup dan Sera yang sedang merapikan pakaiannya didatangi oleh Haliza."Sejak awal memang saya sudah curiga kalau kamu ada maksud tidak baik pada keluarga saya!"Sera diam, ia sedang tidak ingin berdebat, dalam pikirannya kini hanya ingin tahu bagaimana kondisi Kezia."Ingat! Dimana pun kamu bekerja, jangan pernah berpikir kamu bisa seenaknya!"Sera yang sedang merapikan pakaian, kini diam dan menatap ke arah Haliza. "Saya tidak tahu kebencian dengan dasar apa anda pada saya. Tapi, s
Baca selengkapnya
Bagian 7
"Maaf kekalutanku tadi sehingga asal bicara." Sera mengangguk. "Saya paham." "Setelah kehilangan istriku, terlalu banyak hal yang aku takutkan, salah satunya melihat kondisi Kezia tadi." Sera kembali mengangguk, rasanya ia kehilangan kata. Meski begitu sama sekali tidak ada kemarahan di sana. "Minggu depan aku ada pekerjaan ke Bandung aku akan membawa anak-anak sekalian berlibur, aku harap kamu juga bisa ikut serta." "Tentu, saya kan pengasuh anak-anakmu." "Saya tidak suka dengan sebutan itu." "Lalu? Baby sitter?" "Sudahlah, tak perlu dibahas." Dingin semakin menyeruak ketika rintik hujan mulai turun, tak terasa Sera pun terlelap, Arkan melihat wanita di sampingnya sekilas, ada sebuah perasaan bersalah atas ucapannya tadi. Sekitar satu jam kemudian mereka pun tiba di rumah dan Arkan pun membangunkan Sera. "Kita sudah sampai." Sera mengerjap. "Maaf ketiduran." **** . . Hari keberangkatan tiba, Kalina tidak ikut karena kemarin diambil oleh nenek dari ibunya, mereka akan
Baca selengkapnya
Bagian 8
"Dasar anak kurang ajar!" Pria itu menjerit seraya melihat ke arah anak yang sedang menggigitnya. Dia adalah Kezia yang sejak tadi memperhatikan gerak gerik pria bertubuh gempal itu, apalagi ketika melihat si bapak tua meremas salah satu organ vital pada tubuh perempuan.Bukannya merasa takut, Kezia malah menjulurkan lidahnya meledek, membuat pria itu semakin geram dan hampir saja melayangkan pukulan bila tidak ditahan oleh Arkan. "Ini anak anda Pak Arkan?""Iya!""Bagaimana bisa anda membesarkan anak anda tanpa sopan santun.""Dia anak yang baik dan manis," jawab Arkan."Jelas-jelas salah mengapa anda membelanya, bagaimana ia menjadi manusia nanti!" jelasnya, aura kemarahan masih terlihat di sana. Sera belum mampu berkata-kata, tangannya masih dingin dan bergetar."Yang pasti anak saya akan tumbuh dengan baik!"jawab Arkan tidak gentar. "Tolong jaga perilaku anda Pak Aldi, dia adalah wanita terhormat di sini!" lanjut Arkan seraya melihat ke arah Sera."Apa maksud anda?" Ia terlihat
Baca selengkapnya
Bagian 9
Sera panik, ia pun mendekat pada Kenzo yang masih meneriakinya. Tanpa sadar ada serpihan kaca yang menempel, namun ia hiraukan."Kalian terpikir atas ucapan ayah tadi?Mereka tidak menjawab, sejak kakaknya menangis, Kezia pun turut menangis."Kalian jangan khawatir, ucapan Ayah tadi tidak sungguh-sungguh, Ayah hanya sedang melindungi Tante, sama seperti Zia yang tadi berusaha melindungi. Terimakasih banyak, Tante tahu, kalian anak yang baik. Tante janji akan menjaga kalian dengan baik!"Keduanya membisu, tangis mulai mereda. "Tante di sini hanya sebagai orang yang membantu kalian, dibayar langsung oleh Ayah, hanya bekerja, bukan untuk menggantikan bunda, kalau kalian butuh apa pun, Tante siap kapan pun."Sementara Arkan menelpon pihak hotel untuk membantu membereskan pecahan piring yang berserakan. Setelah bersih Sera dengan langkah pincang keluar kamar dan kembali membawa sepiring nasi lagi, merekapun mulai melahapnya, Sera bisa bernapas lega, kemudian ia pamit untuk keluar."Tante
Baca selengkapnya
Bagian 10
Suara gelas jatuh ketika dengan sekuat tenaga Sera berusaha menahan pria yang tenaganya jauh lebih kuat itu."Jangan dekati aku! Kalau tidak aku tidak akan segan membunuhmu!""Bisa? Sini kalau bisa!" Pria gempal itu seolah meledek.Semenjak peristiwa kemarin beberapa kali pikirannya kosong, masih ada perasaan trauma. Bahkan untuk pagi ini ia sangat kurang berhati-hati. Sedikitpun tak terbesit dalam pikirannya, bila pria gila di hadapannya ini menginap di hotel yang sama, sehingga memiliki kartu akses, mengingat hotel ini adalah bintang lima yang memiliki akses yang cukup ketat.Mata itu menyeringai, seolah kemenangan ada di hadapannya. Dalam sekejap mata ia menerkam Sera, mendekap tubuhnya erat sehingga ia sulit bernapas.Namun tak lama setelahnya pelukan terlepas, ia mengerang seraya memegang bagian belakang tubuhnya. Si kembar yang terbangun karena mendengar suara keributan, segera melihat keluar kamar dan pemandangan menakutkan. Kezia tanpa pikir panjang langsung menelpon resepsion
Baca selengkapnya
DMCA.com Protection Status