"Binar, Binarrrrrrr!!!" Satya berkali-kali menggedor pintu kamar asisten rumah tangganya.
Baru dua minggu bekerja dengan Satya tapi sudah bikin laki-laki itu hampir gila akibat tingkahnya. Pekerjaannya tidak ada yang beres, barang-barang elektronik yang harusnya bisa dipakai dengan mudah kini jadi rusak akibat ulah slebor asisten rumah tangga amatiran tersebut. Sekarang kaos kaki Satya hilang sebelah, entah ke mana perginya. Tidak cuma kaos kaki, bahkan sepatu limited edition yang Satya beli di Jerman pun talinya lenyap sebelah.
"Buka pintunya! Awas aja kalau kamu ketiduran gara-gara nonton Kuch-Kuch Hota Hai lagi! Aku bakalan balikin kamu ke agensi pembantu, aku juga minta uangku kembali sepuluh kali lipat. Nggak peduli kamu lagi kesusahan perlu duit buat orang tua kamu di kampung." Satya terus menggedor pintu tersebut dengan keras sambil sibuk mengomel, tapi sayangnya si pemilik kamar tak kunjung keluar.
"Wah, beneran nggak beres nih bocah! Lama-lama beneran aku pulangin kamu ke kampung biar jadi tukang sayur keliling lagi," umpat Satya.
Satya sudah bersiap-siap hendak mendobrak pintu, tapi tiba-tiba saja ia mendengar suara dengkuran halus yang tak jauh dari telinganya.
Pandangan Satya langsung teralihkan ke sofa di ruang tengah. TV ternyata menyala tapi tidak ada yang menonton.
"Kerjaan si Binar bonar nih pasti!"
Satya melangkah mendekat ke ruang tengah, hendak mematikan TV, sekaligus mencari sumber suara dengkuran itu.
Begitu ia menoleh ke sofa, astagah!
"Ampun dah, sofa mahal dari Turki malah kamu ilerin!" Satya sudah bertanduk, nggak ada kata-kata sabar lagi buat asisten rumah tangga yang bukannya membantu pekerjaan rumah, malah bikin rumah makin berantakan ini.
Satya langsung menarik kaki gadis muda itu, menurunkannya dengan paksa dari sofa sampai tubuh gadis itu pun terjun bebas ke lantai.
"Aaaww ... awww, sakittttttt!" Binar merintih kesakitan memegang pinggang dan bokongnya. Si asisten rumah tangga ini usianya masih sangat muda, 21 tahun. Bentukannya semlehoy, padat berisi di bagian tertentu, kulitnya sawo matang khas cewek-cewek kearifan lokal. Kalau tersenyum ada manis-manisnya. Namun manisnya nggak tahan lama, menurut Satya lebih banyak sepetnya karena tiap hari selalu bikin ulah.
"Bangun!" bentak Satya.
"Iiihhh, pelan-pelan dong, Tuan Bos! Sakittttt ...." Binar berusaha untuk bangun dari posisinya biarpun pinggang dan bokongnya masih terasa encok.
"Bisa-bisanya ya, malah TV yang nontonin kamu tidur. Terus kamu lihat tuh, iler kamu tumpah di sofa mahalku. Bersihin nggak? Kalau sampai nggak bersih, aku kirim kamu ke Turki, jadi TKW buat gantiin sofaku!" Satya sudah berkacak pinggang.
Binar pun menguap dulu yang lebar seperti kuda nil. Ia lantas melirik ke TV berukuran 75 inci yang masih menyala, sial ... gara-gara ketiduran Binar jadi kelewatan nonton drakor favoritnya.
"Ngapain masih bengong?" bentak Satya lagi. "Kamu belum siapin sarapan buat aku!"
"A-anu ... itu, remote-nya." Binar nyengir sambil menunjuk remote TV yang kini sudah dipegang oleh Satya.
"Aku yang simpen remote-nya! Kalau kamu pegang remote TV seharian bisa-bisa kamu nggak ambil kerjaan yang lain, habis Kuch-Kuch Hota Hai pasti lanjut ke Koi Mil Gaya, terus lanjut lagi ke Oppa-Oppa Korea itu yang tiap nonton selalu bikin kamu histeris. Kapan kamu nyapu sama beres-beres rumahnya, hah? Ini kaos kakiku hilang sebelah kamu bawa ke mana? Tali sepatuku juga kenapa bisa hilang sebelah? Kamu pakai iket apaan?" cecar Satya.
Binar cuma bisa nyengir mirip bintang iklan pasta gigi Kodomo.
"Kamu cari dulu kaos kakiku yang lain, aku nggak nemu! Nggak tahu kamu bawa ke mana semua kaos kakiku sampai hilang begitu. Terus aku nggak mau tahu, tali sepatuku juga harus balik." Satya menghela napasnya sambil menyugar rambutnya yang sudah klimis rapi. Aura dan kharisma ketampanannya bisa berkurang beberapa persen gara-gara sudah dibuat emosi pagi-pagi oleh Binar. Padahal maunya berangkat lebih awal ke kantor.
Singkat tentang Satya, laki-laki berumur 31 tahun yang memiliki bisnis skin care dan body care bernama Over Glow. Ada dua sahabatnya yang lain yang ikut bergabung membangun bisnis tersebut. Nama Over Glow pun sudah masuk ke top brand lokal, kini mulai masuk juga ke pangsa pasar Asia. Satya hidup sendirian, orang tuanya sudah meninggal akibat kecelakaan saat Satya masih SMA, kebetulan Satya anak tunggal. Namun peninggalan warisan dari orang tuanya sangat cukup dan mampu membuat Satya mendirikan bisnis besar sampai saat ini.
Binar, si asisten rumah tangga, mau balik kanan bubar jalan, mencoba mengingat-ingat lagi di mana kaos kaki dan tali sepatu si Tuan Bos. Namun ada suara bel yang berbunyi di depan pintu, ada tamu. Binar pun batal mau cari kaos kaki si Tuan, niatnya jadi ingin membuka pintu.
"Eh, mau ke mana kamu?" Satya menahan Binar.
"Mau bukain pintu dong, Tuan Bos!"
"Kamu cari kaus kaki sama tali sepatuku, biar aku yang buka pintu. Tapi jangan bilang kalau kamu pagi-pagi udah pesen makanan lewat ojek online lagi, awas aja kalau aku buka pintu yang muncul Abang-Abang jaket ijo."
"Isssh ... Binar kan baru bangun Tuan Bos, mana sempat pesen ojek online." Binar menguap kembali. Semalam ia tak bisa tidur gara-gara si Tuan Bos Satya ini membawa seorang perempuan dan naik ke lantai dua di rumah itu.
Katanya sih temen, mau ngomongin bisnis berdua. Ngomongin bisnisnya sampai teriak-teriak, pakai bilang oh yes, oh no, ditambah aah, aah, ooh, ooh! Mungkin memang bisnisnya berat sampai terjadi percecokan begitu. Nah, gara-gara ribut tuh, jam tidur Binar yang biasanya tertata rapi di jam sembilan malam teng, jadi harus terganggu gara-gara suara cekcok mereka berdua di lantai dua.
"Ya udah, biar aku yang buka pintu! Kamu cari yang aku minta barusan, oh ... satu lagi, kamu cuci muka dulu, iler kamu tuh masih nempel di pipi! Jorok ...." Satya langsung melangkah pergi menuju ke pintu, meninggalkan asisten rumah tangganya yang agak sleboran itu. Terlihat Binar langsung memegang pipinya yang katanya ada sisa air mengalir sampai jauh itu.
Begitu Satya membuka pintu, seketika ia disapa dengan seorang anak laki-laki yang nyengir lebar kepadanya. Anak laki-laki itu tidak sendirian, tapi bersama dengan seorang perempuan dewasa yang cantik dengan rambut yang dicat berwarna pirang.
Satya yang tadi kesal gara-gara Binar, kini auto memasang senyum manis kepada perempuan cantik yang menjadi tamunya pagi ini.
"Selamat pagi, ada yang bisa dibantu?" sapa Satya dengan sangat ramah.
"Kamu masih ingat sama aku, kan?" tanya perempuan cantik itu kepada Satya.
Satya memiringkan kepalanya. Mencoba mengingat-ingat daftar perempuan yang pernah bersamanya. Yang pacaran resmi, yang cuma ONS (one night stand), yang jadi model untuk skin care miliknya, yang cuma kenal lewat aplikasi Minder, Tunder, Tinky Winky, Dipsy, Lala, Po, atau yang iseng nawar di aplikasi Michat? Yang mana? Satya benar-benar lupa karena kebanyakan.
"Aku Gabby, yang sempat kamu tawarin buat jadi brand ambassador Over Glow, empat tahun lalu." Perempuan bernama Gabby itu lantas menunjukkan anak laki-laki yang ia bawa bersamanya. "Ini anak kamu, namanya Davi, udah tiga tahun lebih aku besarin sendiri. Sekarang giliran kamu yang urus. Aku mau pergi jauh, ada urusan yang lebih penting. Pokoknya semua aku serahin ke kamu!" Perempuan berparas cantik dan bertubuh seksi itu tanpa aba-aba langsung membalikkan badannya dan pergi menjauh dari Satya. Meninggalkan anak laki-lakinya tanpa beban.
Satya melongo di tempat, masih mencerna kata-kata orang tersebut. Empat tahun lalu, yang sempat Satya tawari menjadi brand ambassador produk Over Glow miliknya? Nyaris lupa, tapi kalau lihat bokong seksi perempuan itu yang kini berjalan menjauh pergi, rasa-rasanya Satya hampir ingat. Apa mungkin bersama perempuan itu yang saat kejadian kondom bocor? Dan anak laki-laki yang kini berada di sebelah Satya adalah hasil dari adonan yang Satya buat malam itu?
"Oh, sh*t! Kenapa muka kamu mirip sama aku?" Satya tak terima karena anak laki-laki berusia tiga tahun itu berwajah agak mirip dengan Satya. Alisnya yang tebal, hidungnya yang mancung, dagunya yang agak terbelah sedikit. Nggak mungkin, nggak mungkin kalau anak ini benar-benar hasil adonan Satya. Kenapa baru dikasih tahu sekarang? Kenapa perempuan tadi nggak minta pertanggungjawaban dari dulu? Malahan nih bocil sampai berumur tiga tahun.
Anak laki-laki itu lantas menggenggam tangan Satya. Pipinya yang chubby dan ekspresinya yang menggemaskan itu membuat Satya tak tega. Haruskah jiwa kebapak-bapakan Satya muncul begitu saja padahal statusnya saat ini masih single? Siapa yang nggak kaget kalau tiba-tiba dapat give away pagi-pagi?
"Daddy, ayo kita main!" kata Davi sambil menarik tangan Satya untuk masuk ke dalam rumahnya.
"What? Daddy?!"
Jelas Satya tidak baik-baik saja dengan keadaan ini. Air matanya secara otomatis mengalir, sejarah sendu terulang lagi dalam hidupnya.Memang ini bukan momen pertama kali Satya menangis. Saat kedua orang tua Satya meninggal, adalah momen di mana Satya benar-benar kehilangan dan benar-benar hancur. Apalagi saat itu Satya masih sangat muda, masih SMA. Sepertinya momen saat ini adalah pengulangan yang akan membuat Satya kembali hancur. Belum selesai kehilangan Binar, malah Satya akan kehilangan Davi lagi."Daddy ... jangan nanis, kan Dapi udah jadi anak baek—Daddy jangan nangis, kan Davi udah jadi anak baik." Davi mengusap air mata Satya. Sungguh Davi jadi anak baik, tapi kenapa sikap baik Davi ini seperti sinyal kalau ini adalah pertemuan terakhir mereka?"Ke-kenapa Davi bohongin Daddy? Kenapa Davi nggak bi-bilang ka-kalau Davi punya papa?" Satya menangis sesenggukan. Rugi Davi menghapus air mata Satya, kalau ujung-ujungnya tetap banjir juga. Davi hanya menggelengkan kepalanya. Entah
Kecurigaan terhadap Binar makin menjadi-jadi, saat Satya akhirnya menyadari kalau semua barang-barang milik Binar di kamarnya ternyata sudah tidak ada. Apa pun tidak ada yang tersisa. Rekaman cctv di rumah Satya menunjukkan kalau Binar pergi dari rumah di saat subuh, lengkap dengan membawa tas besar. Ketika Satya mengecek rekaman cctv, ternyata memang benar kalau Binar sempat membuka laptop milik Satya. Anehnya, dari mana Binar bisa tahu password di laptop milik Satya itu? Ah, Satya lemas di tempat. Tentu saja Binar bisa tahu, Binar sering bersih-bersih di dekat Satya saat laki-laki itu sedang ingin bekerja dengan laptopnya. Kemungkinannya Binar curi-curi kesempatan untuk melirik password di laptop Satya. Apa pun itu, yang jelas Satya jadi paham kalau sebenarnya Binar bukanlah orang kampung yang asli, pantas saja kerjaan Binar saat menjadi pembantu memang kurang becus. Berhari-hari rasanya Satya galau, ditambah galau karena ide produknya kemungkinan besar dicuri Binar. Apa ini mung
"Tumben banget lo baru muncul jam segini, Sat! Terus ngapain bawa bocah ke kantor?" Julian, sahabat Satya, terlihat keheranan saat mendapati Satya datang terlambat, ditambah datangnya juga tidak sendirian.Satya menghela napas dengan panjang. Tidak bisa berkata-kata lagi.Sementara Davi yang sedang ada dalam gendongan Satya pun tersenyum lebar memamerkan giginya ke arah Julian."Halo Om!" sapa Davi dengan ramah kepada Julian. "Gue makin yakin kalau nih bocah memang anak kandung lo, makin lama mukanya makin mirip sama lo, Sat." Pandangan Julian terus bergiliran ke arah Satya dan Davi, memastikan kemiripan wajah dua makhluk yang ada di hadapannya itu."Jul, gue lagi nggak peduli masalah yang itu. Masalah yang lebih gede lagi adalah, gue kehilangan Binar. Itu sebabnya Davi gue ajak ke sini," jelas Satya dengan sedikit lemas.Julian mengernyit. "Binar? Maksud lo baby sitter-nya anak lo ini? Yang waktu itu sempat datang ke kantor, kan? Yang body-nya oke itu? Yang udah lo dapetin perawanny
Di tengah perjalanan nikmat yang mereka lalui di dapur, tiba-tiba saja Binar baru menyadari sesuatu yang terlupakan sejak tadi. Dengan cepat ia pun mendorong tubuh Satya dengan kuat, hingga laki-laki itu pun terjatuh di lantai dapur."Aduuuuhhhhh, uuuuhhh ...." Satya mengaduh kesakitan. "Ke-kenapa, Bi?""Kondomnya!" Binar melotot seperti orang kesurupan. "Kenapa Tuan nggak pakai kondom?"Satya yang masih di lantai pun akhirnya nyengir lebar. Perlahan ia berdiri dan mendekati Binar yang masih melotot tajam itu."Kan tadi udah terlanjur keenakan, ya mana inget juga ambil begituan, Sayang!" ucap Satya dengan lembut sambil meraih tangan Binar, mencoba merayunya lagi."Nggak!" Binar langsung menolak sentuhan dari Satya. "Tuan nggak boleh deket-deket!""Nggak boleh deket-deket gimana? Barusan aja kita tempel-tempelan mirip tokek-tokek di dinding kok!""Tapi Tuan bandel, kenapa nggak pakai pengaman sih?" Binar tetap ngotot, sampai lupa dengan birahinya yang barusan, gara-gara saking syoknya
Fix, Binar ngambek!Ini terbukti saat makanan yang Satya pesan datang, tiba-tiba saja Binar makan mirip orang kesurupan. Tidak sampai disitu, setiap Satya bertanya selalu jawabannya ketus dan berakhir dengan membuang muka.Kalau begini sih Satya jadi tidak berani mengganggu Binar dengan pertanyaan-pertanyaan lagi. Bahkan sampai mereka pulang pun ternyata Binar masih betah dalam settingan ngambek.Kalau Davi? Sepertinya malam ini Davi paham kalau Binar sedang tidak baik-baik saja, jadi ia pun juga tidak mengganggu baby sitter-nya itu. Davi jadi lebih nempel dengan Satya, hingga akhirnya bocah itu pun ketiduran saat perjalanan pulang.Sesampai di rumah, Satya langsung menidurkan Davi di kamarnya, kemudian ia hendak mencari Binar untuk meminta maaf lagi.Sudah pasti perempuan muda itu kini sedang mengunci pintu di kamarnya, atau mungkin sudah tidur? Satya jadi ragu, sepertinya malam ini Satya tidak akan mengganggu Binar, siapa tahu besok Binar sudah kembali ke settingan awal lagi.Rasany
Tampaknya Satya memang harus terbiasa dengan kondisi 'ada Davi'. Iya, dirinya tidak bisa leluasa seperti dulu lagi, apa saja kegiatan nakal yang mau Satya lakukan pasti bocah ini selalu muncul. Pada akhirnya Satya pun segera mengajak Binar dan Davi untuk berangkat menuju ke tempat makan malam yang sudah Satya sediakan. Mungkin nanti malam bisa dilanjut lagi mesra-mesraannya saat Davi sudah tidur.Tidak memakan waktu lama, mereka pun sampai di tujuan. Mata Binar secara otomatis mengedar di resto berkelas yang baru saja ia kunjungi untuk pertama kalinya. Ada perasaan ragu pada Binar untuk lanjut masuk ke dalam, takut tidak sesuai dengan norma-norma kehidupan seorang asisten rumah tangga. Ya jelas saja, ini tempat khusus untuk orang-orang berduit, dan pengunjung yang datang memang semua berpakaian rapi dan formal."Ayo, Bi!" Satya meraih tangan Binar dan hendak mengajaknya untuk masuk ke dalam.Binar menahan dirinya hingga Satya pun kebingungan."Kenapa?" tanya Satya."Ummm ... Tuan yak