Share

2. Gara-Gara Kondom Bocor

Davi berlarian dengan lincah di dalam rumah Satya, meneliti setiap tempat yang bisa dijangkau olehnya. Membuat Satya berkali-kali tepuk jidat dan geleng-geleng kepala, hampir saja pajangan-pajangan mahal miliknya disenggol oleh bocil tersebut.

"Wah ... Daddy puna kolam lenang—Daddy punya kolam renang." Davi membulatkan matanya saat melihat kolam renang di bagian belakang rumah Satya. Anak itu kegirangan sambil melompat-lompat. "Dapi boleh lenang—Davi boleh renang?"

"Aduh, mimpi apa aku semalem? Pagi-pagi dibuat pusing sama Binar, ditambah dapat titipan bocil begini." Satya lemas di lantai, rasanya niatan buat pagi-pagi berangkat ke kantor Over Glow pusat bisa dibatalkan.

Kalau diingat-ingat, semalam Satya tidak ada bermimpi aneh-aneh. Terlalu capek setelah olahraga ranjang bersama perempuan yang ia bawa semalam ke rumahnya.

Setelah ngobrol sambil flirting sebentar dengan salah satu SPG (Sales Promotion Girl) dari produk Over Glow milik Satya, yang kebetulan SPG ini bertugas di salah satu mall. Satya langsung mengajaknya mampir ke rumah untuk melanjutkan pembahasan produk Over Glow, supaya pembahasannya makin dalam dan intens.

Entah jam berapa juga perempuan itu pergi dari rumah Satya, yang jelas Satya sudah tepar duluan akibat pembahasan produknya berjalan lama dan beronde-ronde.

Pagi ini sih memang Satya saja yang lagi sial, lagian juga belum seratus persen yakin kalau bocil yang dititipkan dengan tiba-tiba ini memang hasil dari benihnya.

Satya berusaha mengingat-ingat kejadian empat tahun lalu, saat ia mengenal salah satu model cantik untuk menjadi ambassador dari produk Over Glow buatannya.

Jurus seribu satu gombal Satya akan keluar kalau sudah ada cewek cantik di depan mata. Bukan Satya Naratama namanya kalau tidak bisa membawa perempuan itu pulang, atau minimal check in di hotel. Tidak hanya gombalan Satya yang bisa membuat perempuan berbunga-bunga, tapi ketampanan laki-laki ini juga mendukung dan cuma perlu sekali kedipan mata sudah mampu membuat perempuan takluk.

"Aku antar pulang, ya?" tawar Satya kepada seorang perempuan muda yang baru saja selesai pemotretan di studio foto, yang ada di gedung kantor Over Glow.

Perempuan itu tampak berpikir sejenak. "Tapi, pacarku bilang mau jemput ke sini, Bang!"

"Oh, sayang banget! Padahal kebetulan aku lagi bawa Lambo, baru kemarin datang dari show room. Maunya sih cuma perempuan spesial yang aku ajak naik mobil itu. Karena kamu mau dijemput pacar kamu, jadi—"

"Pacarku tiba-tiba bilang nggak bisa jemput, Bang!" Perempuan tersebut pura-pura sibuk dengan ponselnya. "Katanya dia ada urusan mendadak, terus aku diminta pulang sendiri naik taksi."

Senyum lebar langsung terpasang di wajah Satya. Nggak perlu effort yang menghabiskan banyak waktu, baru beberapa patah kata saja sudah sanggup membuat perempuan manggut-manggut dan langsung mau.

Satya langsung mengajak perempuan itu masuk ke dalam mobil Lamborghini baru miliknya. Selama perjalanan, Satya sudah melancarkan aksi rayuan segala macam. Jadi yang niatan awalnya mau mengantar pulang malah mampir dulu ke hotel, katanya buat membahas lebih dalam mengenai kontrak kerjasama antara Over Glow dan perempuan ini.

"Aku bisa minta ke Julian untuk perpanjang kontraknya, kalau kamu mau," kata Satya sambil meraba pelan punggung perempuan tersebut. Julian adalah sahabat Satya yang juga salah satu dari pemilik Over Glow, kebetulan saat itu memang Julian yang mengurus kontak kerjasama. "Semakin lama kamu menjadi ambassador, semakin bagus, kan?"

"Mau banget, aku mau banget!" Perempuan itu senang dengan iming-imingan yang diucapkan oleh Satya tadi.

"Ummm ... tapi, sepertinya pembicaraan ke Julian itu agak alot. Aku harus tawar menawar lagi, mungkin seperti memberi tahu dia tentang beberapa kelebihan kamu. Dari situ bisa menjadi bahan pertimbangan untuk Julian, juga untuk temanku satu lagi, Ethan. Setidaknya kalau kita bertiga sudah sepakat baru kontraknya bisa diperpanjang. Mungkin yang awalnya cuma setahun, bisa jadi dua tahun. Jadi, aku mau tahu kelebihan kamu yang lain, tentu kamu bisa tunjukin ke aku, kan?"

Perempuan itu tersenyum, lalu perlahan membuka pakaiannya tanpa segan di hadapan Satya. Menunjukkan kelebihannya kepada Satya.

Begitu perempuan itu polosan di depan Satya, seketika Satya terpesona dengan kelebihan yang dimilikinya. Benar-benar kelebihan yang luar biasa.

"Abang minta aku buat nunjukin kelebihanku, kan?" Pelan-pelan ia pun mendekat dan duduk di atas pangkuan Satya. "Aku punya banyak banget kelebihan yang bisa bikin Abang nggak nyesel perpanjang kontrakku." Kerlingan mata genit dilayangkan perempuan itu ke Satya.

Tentu saja Satya tak mau menyia-nyiakan kesempatan ini, pertempuran pun dimulai, hingga menghasilkan suara desahan dan lenguhan yang saling bersahutan.

Namun, tunggu dulu, ada yang agak aneh saat Satya selesai di permainan pertama. 

Satya pun mengecek ujung alat pengamannya, benih-benih yang harusnya tersimpan di sana malah ambyar.

"Sh*t ... jangan bilang kalau kondom bocor!" Satya memastikan terlebih dahulu. Namun saat melihat fakta di ujung alat pengamannya, ternyata oh ternyata ... memang ada lubangnya.

Baru ingat kalau tadi membuka kemasan ini menggunakan gigi. Apa mungkin karena terlalu semangat sampai-sampai bocor akibat tergigit tidak sengaja? Atau karena sempit dan brutalnya perempuan ini, yang membuat kualitas alat pengaman itu kalah hingga mengakibatkan kebocoran?

Sejak malam yang menurut Satya nahas itu, perempuan tersebut tak pernah muncul meminta pertanggungjawaban. Artinya Satya berpikir kalau semua sudah aman, tidak terjadi apa-apa. Ditambah si perempuan itu juga menghilang tiba-tiba setelah kontraknya habis, tanpa jadi diperpanjang.

Lantas kenapa sekarang malah ada bocil berusia tiga tahun ini di rumahnya? Jadi apa benar ini hasil adonan malam itu? Hasil dari benih-benih premium super milik Satya? Gara-gara kondom bocor?

Sialnya, selain mukanya sedikit mirip dengan Satya, tingkah bocil ini yang suka semaunya pun juga sama persis seperti dirinya. Saat ini anak tersebut sudah merengek meminta untuk membuka pakaiannya karena ingin berenang.

"No, no, no ... kamu nggak boleh berenang sendirian, bahaya! Biar Binar yang temenin kamu," kata Satya.

Satya pun melengking memanggil Binar, si asisten rumah tangga amatiran.

Tak lama kemudian gadis itu muncul menggunakan celana pendek dan baju oversize berwarna putih polos. Udah selesai mandi ternyata si Binar ART slebor.

"Yes, Tuan Bos!" Binar menghampiri Satya dengan senyum manis.

"Temenin Davi, maksudnya anakku, eh, bukan ... bukan seratus persen anakku juga, sih! Pokoknya tuh bocil rambut mangkok yang sekarang cuma pakai sempak!" Satya menunjuk Davi yang ternyata bisa membuka pakaiannya sendiri, dengan susah payah tentunya, dan mulai berlarian lagi ke sana ke sini cuma memakai celana dalam bergambar Captain America. Davi nggak sabar mau renang.

Binar tampak bingung. "Temenin gimana, Tuan Bos? Itu bocah muncul dari mana?"

"Muncul dari lampu wasiat seperti Om jin," jawab Satya ngawur. "Ya nggak mungkin muncul dari lampu wasiat, Bi, dia muncul dari perut emaknya. Pokoknya kamu temenin dia berenang, aku nggak mau tuh anak kelelep aer kolam."

"Binar yang temenin dia, Tuan Bos?" Binar memastikan.

"Bukan, Mang Ujang, si tukang sayur keliling aja! Ya iya lah kamu yang temenin, pakai tanya lagi. Nggak mungkin aku yang nyebur ke sana, memangnya kamu nggak lihat aku udah klimis rapih begini?" Satya menyugar rambut klimisnya yang super rapi, pakaiannya juga rapi, pokoknya khas pebisnis muda. Gantengnya juga sudah plus maksimal, nggak pakai pengurangan.

Binar mengerucutkan bibirnya. Namun saat melihat gemasnya anak laki-laki yang sedang berlarian ke sana sini itu, seketika Binar mengangguk setuju, biarpun berenang cuma bisa gaya bebek.

Binar pun mendekati Davi, terlihat gadis itu langsung bisa merayu anak laki-laki tersebut agar tidak berlarian sekitar sana lagi. Kemudian mereka pun langsung mendekati kolam renang. Davi ingin buru-buru masuk ke dalam kolam, tidak sabar. Binar terpaksa cosplay jadi mermaid, nggak punya baju berenang jadi baju yang dipakai saat ini pun langsung masuk ke kolam.

Mata Satya terus memperhatikan interaksi Binar dengan bocil yang kalau ngomong masih cadel tersebut, mereka berdua ternyata cepat akrab. Sialnya saat ini bukan keakraban mereka berdua yang membuat Satya gagal fokus, tapi baju berbahan tipis yang Binar pakai membuat pakaian dalam gadis itu tercetak jelas. Ada dua bagian yang menyembul padat di balik bra berwarna hitam.

"Anjir ... napa celana gue tiba-tiba sempit?" umpat Satya.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status