Share

Chapter 4 - Mengintimidasi

Chapter 4

-Mengintimidasi-

Keesokan harinya, Rosaline merasa tubuhnya letih, karena ia baru tidur ketika pagi menjelang. Saat ini, Rosaline memilih menenggelamkan diri di meja kasir Pet Shop nya. Perkataan Ana semalaman terputar lagi dan lagi dalam kepalanya.

Apa iya dirinya harus memikirkan kehadiran Dimitri? Memanfaatkan kehadiran lelaki tersebut mungkin? Oh sial! Bahkan hingga kini saja gairahnya masih ada –meski tak separah tadi malam, membuat Rosaline membayangkan hal-hal panas ketika berada di atas ranjang.

'Ting'

Pintu Pet Shop-nya dibuka dari luar, tanda jika ada pelanggan masuk. Rosaline bangkit seketika bersiap untuk menyambut pelanggannya. Tapi yang datang ternyata bukan seorang pelanggan, melainkan lelaki menyebalkan yang semalaman membuatnya tak dapat tidur.

Ya, siapa lagi jika bukan Dimitri.

Rosaline mendengkus sebal. Astaga, untuk apa lagi lelaki itu datang kemari? Tidak cukupkah ia terganggu karena gairah sialan yang menimpanya sepanjang malam?

"Untuk apa lagi kau kemari?" tanya Rosaline dengan nada ketus.

"Itu bukan sapaan yang ramah untuk pelanggan."

"Kau bukan pelanggan tokoku."

"Mulai hari ini, aku akan menjadi pelanggan tokomu."

"Oh ya?" Rosaline bersedekap. "Jadi, apa yang kau cari, Tuan Rusia?"

Dimitri tersenyum dengan ucapan Rosaline yang baginya sangat lucu. "Hanya sebuah pengikat untuk anjing kecilku."

"Kupikir kau tidak memiliki anjing."

"Rupanya kau sudah cukup mengenalku."

"Belum cukup jauh, sampai aku tidak sadar jika kau sedang mengelabuiku."

"Ckk, ayolah Rose, lupakan masa lalu kita." Dimitri lalu berjalan menuju ke arah jajaran aksesoris untuk hewan-hewan peliharaan. Jemarinya mengamati beberapa kalung anak anjing yang tergantung rapih di sana. "Apa yang terjadi tadi malam?" tiba-tiba Dimitri bertanya tanpa mengalihkan pandangannya dari kalung-kalung tersebut. Tentu ia bertanya karena ingin mengubah topik pembicaraan mereka yang selalu berputar pada masa lalu.

"Apa? Memangnya apa yang terjadi?"

"Lampu flatmu menyala hingga pagi, ada apa? Kau susah tidur?"

Bagaimana bisa Dimitri tahu? "Kau, bagaimana bisa tahu?"

"Aku mengamatimu."

"Astaga, kau bear-benar menyebalkan." Emosi Rose meledak seketika. Sungguh, ia tidak suka saat tahu jika Dimitri mengetahui setiap gerak-geriknya.

"Aku hanya khawatir terjadi apa-apa denganmu, jika kau mau tinggal bersamaku, mungkin aku bisa tenang."

"Dalam mimpimu!" Rosaline berseru kesal. "Aku tidak akan pernah mau tinggal bersamamu."

"Kau yakin, Rose?"

"Lebih baik kau pergi. Sungguh, aku bisa stress saat kau terlalu lama berada di sekitarku."

Dimitri hanya tersenyum menanggapi permintaan Rosline, lalu ia meraih sebuah kalung anjing kecil, dan memberikannya pada Rosaline. "Berapa?"

"Ambil saja jika itu bisa membawamu untuk segera pergi dari hadapanku."

"Rupanya, kau masih sangat membenciku." Mata Dimitri menatap tajam ke arah Rosaline, lalu matanya turun, menatap perut Rose yang sudah sedikit tampak karena blouse yang dikenakan Rose sedikit ketat. "Jika ada apa-apa, hubungi aku."

"Tidak perlu." Rosaline menjawab dengan ketus.

"Kalau begitu, aku akan selalu berada di sekitarmu."

"Ayolah, kau membuatku seakan tercekik, aku tidak suka diawasi."

"Kalau begitu, hubungi aku jika ada sesuatu." Dimitri tampak begitu serius. Dan itu benar-benar membuat Rosaline terbius kembali oleh pesona lelaki itu. Dimitri mengeluarkan sesuatu dari dalam dompetnya. Sebuah kartu nama,lalu memberikannya pada Rosaline. "Kontak baruku."

Rosaline membacanya sekilas, lalu kembali menatap Dimitri "Kau, kau tinggal di sini?" tanyanya tak percaya.

Ya, selama ini Rosaline berpikir jika Dimitri hanya menginap di sebuah hotel untuk mengganggunya, ia tidak berpikir jika Dimitri akan pindah ke New York.

"Ya, karenamu."

Rosaline mendengkus sebal. "Pergilah." Sungguh, ia tidak suka dengan ucapan-ucapan Dimitri yang mampu mengintimidasinya.

"Nanti malam, aku akan menjemputmu untuk makan malam bersama."

"Tidak!"

"Aku sedang tidak meminta izin." Dimitri masih tersenyum ketika membalikan diri dan bersiap pergi meninggalkan Rosaline.

"Dimitri, kau-" Rosaline menghentikan kalimatnya saat mendapati seorang pelanggan masuk ke dalam pet shop-nya. "Oh, hai." Itu Alan Parker, pelanggan setia tokonya. Dan ekspresi Rosaline segera berubah ketika kedatangan Alan.

"Hai." Alan menyapanya dengan lembut.

Dimitri yang baru akan membuka pintu toko Rosaline menghentikan pergerkannya, ia menatap seketika ke arah Rosline dan lelaki yang baru saja masuk tersebut. Tampak keduanya berinteraksi dengan akrab.

"Kau baru buka?" tanya Alan.

"Ya, tadi malam aku susah tidur."

"Karena bayinya?"

Rosaline tertawa. "Ya, sepertinya begitu." Rosaline melirik sekilah ke arah Dimitri yang ternyata masih berada di ambang pintu tokonya, kenapa lelaki itu tak juga pergi?

Alan akhirnya menyadari jika tatapan mata Rosaline jatuh pada seseorang di belakangnya. Alan menolehkan kepalanya ke belakang dan mendapati Dimitri dan juga Rosaline yang saling melemparkan pandangan seakan hanya mereka yang tahu apa arti tatapan mata tersebut.

Alan lalu kembali menatap Rosaline, dan bertanya "Siapa?"

Rosaline tersenyum menatap Alan dan menjawab "Bukan siapa-siapa, hanya pelanggan biasa."

Mendengar jawab dari Rosaline membuat Dimitri sedikit menyunggingkan senyumannya, tapi matanya menatap tajam ke arah wanita itu, setelah itu, Dimitri memutuskan untuk keluar. Ya, tak ada gunanya lagi ia di sana, karena jika ia masih berada di sana, ia tidak yakin dapat mengontrol emosinya.

Setelah keluar beberapa langkah dari pintu pet shop Rosaline, Dimitri mengeluarkan ponselnya, ia tampak menghubungi seseorang.

"Temui aku saat makan siang." ucapnya dengan serius.

"Baiklah. Di tempat biasa." jawab suara lembut di seberang. Setelah itu, Dimitri menutup teleponnya tersebut. sebelum ia masuk ke dalam limusinnya yang terparkir tepat di depan pet shop Rosaline.

***

"Jadi, dia ayah dari bayimu?" tanya Alan sekali lagi. Saat ini, Alan dan Rosaline sedang menghabiskan waktu makan siang mereka di sebuah cofee shop tepat di seberang Pet Shop milik Rosaline.

Alan memang merupakan pelanggan setia Rosaline, dari Alan lah, Rosaline mendapatkan Snowky. Ya, Snowky merupakan salah satu anak dari anjing Alan. Dulu, Rosaline pernah berpikir untuk menjalin hubungan dengan Alan, tapi karena lelaki itu terlalu baik, Rosaline tidak bisa memanfaatkan lelaki itu untuk menjadi pelariannya dalam melupakan sosok Dimitri.

Rosaline juga sempat berpikir jika Alan adalah sosok pendonor yang cocok untuk memberinya bayi, tapi ia berpikir lebih jauh lagi, saat ia hamil anak Alan, mereka pasti tak akan dapat berteman seperti ini lagi.

Rosaline mendesah panjang. "Ya, dialah orangnya."

Alan tersenyum. "Sepertinya kau beruntung, Rose. Dia tampak sempurna."

"Ya, mungkin. Jika kami belum pernah menikah sebelumnya."

"Apa?" Mata Alan membulat seketika.

"Dia mantan suamiku." Rosaline mendesah panjang.

"Woww, sepertinya kalian memang berjodoh."

"Alan, aku sedang tidak ingin bercanda." Rosaline memakan saladnya. "Hubungan kami sangat buruk. Aku bahkan tidak ingin bertemu dengannya lagi. Dan dengan adanya bayi ini, semuanya jadi semakin rumit."

"Well, aku hanya ingin menghiburmu, kau tampak sedikit tertekan."

"Ya, setelah aku tahu bahwa dia orangnya, aku merasa kurang nyaman."

"Kenapa?"

Rosaline menggelengkan kepalanya. Ya, ia tidak mungkin mengatakannya pada Alan, bahkan dengan Ana yang notabene lebih dekat dengannya saja, Rosaline tak pernah menceritakannya. Karena menceritakan semua masa lalunya seperti sedang mengorek luka lamanya.

***

"Kau tahu, dia hanya mencintaiku." Itu bukan sebuah pertanyaan.

"Kau gila? Kau adalah adik kandungnya." Rosaline membalas pernyataan gadis muda di hadapannya itu.

"Ya, tapi kami saling mencintai."

"Tidak! Dimitri hanya mencintaiku, itu sebabnya dia menikahiku meski kami belum lama saling kenal."

Wanita di hadapannya itu tertawa lebar. "Sadarlah, Rose. Kau hanya dijadikan alat untuk menutupi hubungan kami, kau hanya dijadikan alat untuk melahirkan penerus Armanzandrov. Itu saja, tidak lebih." Rosaline hanya ternganga mendengar ucapan wanita itu, ia mencoba memungkiri setiap kata yang terucap dari bibir wanita itu, tapi pikirannya berkata jika semuanya menjadi sangat masuk akal. Ya, tak ada yang kebetulan, semua memang sudah direncanakan Dimitri. Ia sudah ditipu oleh lelaki itu....

***

Dimitri tersenyum setelah melihat seorang wanita mendatangi meja makannya. Ia segera berdiri dan menyambut kedatangan wanita itu yang segera mengecup sisi kanan dan kiri pipinya dengan lembut.

"Kau tampak sangat tegang." Wanita itu berucap sembari menyunggingkan senyumannya, jemarinya bahkan mengusap lembut pipi Dimitri, berharap jika ketegangan Dimitri lenyap karena sentuhannya.

"Ya, kau tentu tahu karena siapa."

"Rosaline? Ayolah, sekarang apa lagi?"

Dimitri kembali duduk di kursinya, lalu ia mempersilahkan wanita di hadapannya itu duduk. "Duduklah, kita akan makan siang sebelum membahas semuanya, Ana." ucapan Dimitri tenang, namun matanya menatap wanita itu dengan penuh arti. Sedangkan wanita yang bernama Ana itu hanya tersenyum dan menggelengkan kepalanya menanggapi ucapan Dimitri.

Ahhh, ternyata lelaki itu masih sama, senang sekali mengintimidasi lawannya dengan tatapan mata tajamnya... 

-TBC-

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Kikiw
jangan bilang Ana sedang bercnta dengan Dimitri pas Rose tlpn?
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status