Share

Melindungi Pembantu

Cheryl tengah melangkahkan kakinya menuruni anak tangga satu persatu dengan begitu santai, hingga kemudian dia melihat ada 2 orang yang tengah bersantai di sofa, dia tidak mengetahui siapa mereka dan karena tidak ada urusan antara dirinya dengan mereka, maka Cheryl memilih melangkahkan kaki untuk menuju ke pintu keluar.

“Heh kamu! Buatkan saya dan juga anak saya minuman, sekalian bawakan cemilan!”

Kalimat perintah yang baru saja diucapkan oleh wanita itu, membuat Cheryl memiringkan kepalanya.

“Kamu mendengarnya atau tidak? Bawakan saya minuman dan juga cemilan untuk anak saya!” Wanita itu mengulang dengan menggunakan nada bicara yang penuh penekanan.

“Saya?” Cheryl menunjuk ke arah dirinya sendiri.

“Iya lah budeg! Kamu yang disuruh sama Mama barusan, siapa lagi?” Perempuan pemilik nama Vera itu merasa kesal karena Cheryl malah bertanya seperti orang bodoh.

“Cepat!” seru wanita bernama Lani sambil menunjuk ke arah dapur.

Ditemani perasaan kesal, Cheryl melangkahkan kaki ke arah dapur, dia sebenarnya bingung mau membuatkan minuman apa, sehingga berakhir mengambil minuman asal dan juga cemilan yang dia lihat.

“Lama amat sih!” Vera merasa sangat kesal dengan hal ini.

“Lho, kenapa minumannya ditumpahkan?” Cheryl merasa bingung melihat Vera yang bukan meminum apa yang sudah dia ambil, melainkan malah menumpahkannya.

“Ngotak aja dong kalau jadi orang, masa malam-malam kayak gini ngasihnya orange juice?”

Kepala Cheryl miring, dia merasa tidak ada salahnya dengan minuman yang sudah dia ambilkan, karena menurutnya cukup enak menikmati orange juice yang tidak dia tambahkan air.

“Buatkan saja chocolate panas!” seru Vera yang berlagak seperti majikan.

Cheryl menarik napasnya dengan sangat dalam yang kemudian dia melangkahkan kaki untuk kembali ke dapur.

“Heh! Sekalian bawakan cookies atau apa saja untuk teman menikmati minumannya.”

Hembusan napas kasal Cheryl keluarkan yang kemudian dia mencari-cari di mana cokelat berada, karena memang dia tidak tahu di mana keberadaannya, hingga dia melihat ada seorang wanita yang sudah lumayan tua menghampirinya.

“Non? Sedang mencari apa? Duh maaf, Bibi tadi gak denger ada yang masuk dapur.”

Pandangan Cheryl terfokuskan memperhatikan pinggiran kening wanita itu. “Bibi lagi sakit?” tanya Cheryl.

“Iya Non, mau pulang dulu, tapi tunggu besok saja, siapa tahu mendingan. Sedang mencari apa?”

“Lagi cari cokelat bubuk yang bisa diseduh di mana ya?”

“Untuk siapa? Untuk Tuan bukan?”

Cheryl menggelengkan kepalanya. “Bukan Bi, entah untuk siapa tidak tahu.”

“Oh, ini saja, jika untuk tamu, kalau untuk Tuan biasanya berbeda karena selera Tuan cukup berbeda.”

Pada akhirnya Cheryl menyeduh cokelat itu. “Ada cemilan yang manisnya gak Bi?” tanya Cheryl.

“Ini Non, aduh kepala Bibi masih pusing.”

Cheryl mengambilkan cemilan itu.

“Biar Bibi saja yang antar Non, ini kan bukan tugas Non.”

“Di Rumah ini hanya ada Bibi?”

Bibinya menggelengkan kepalanya. “Ada tiga orang yang menemani Bibi, hanya saja untuk yang satu sedang pergi ada urusan apa gitu lupa lagi, kalau yang satunya lagi ke Rumah Sakit jenguk keluarganya yang sakit.”

“Oh, ya sudah. Gak papa, biar aku saja yang antarkan minumannya, Bibi istirahat saja, biar cepet sembuh.”

“Lho Non? Gak papa mengerjakan pekerjaan Bibi?”

“Iya gak papa.”

“Makasih banyak ya Non.”

Setelah itu Cheryl melangkahkan kaki meninggalkan dapur untuk kembali ke tempat di mana perempuan yang tidak dia ketahui urusannya apa dan alasannya apa kenapa berada di Rumah Dirga.

“Hih! Lama banget sih?” Vera sudah merasa sangat kesal dengan hal ini.

“Kenapa sih mau buru-buru emangnya mau ke mana, lagian cepat juga tidak akan langsung diminum kan?” Cheryl merasa cukup kesal dengan hal ini.

“Lah kok nyolot?”

“Karena permintaannya membuat pusing!” timpal Cheryl yang pada akhirnya dia tidak bisa menahan emosinya.

“Ada apa ini?” tanya Lani yang baru saja kembali.

“Ini Mam, masa pembantu ini gak terima disuruh-suruh dan malah nyolot!” adu Vera.

“Baru jadi pembantu saja belagu kamu, jangan belagu pada kita! Kamu tidak tahu siapa saya dan juga Anak saya?”

Cheryl diam, karena memang dia tidak tahu siapa mereka.

“Saya ini adalah Tantenya Dirga, berarti Anak saya adalah keponakannya!”

“Jangan belagu sama kita ya atau kamu akan dipecat sebagai pembantu di sini!”

“Pembantu aja sombongnya minta ampun, pake gak mau disuruh.”

“Saya bukan pembantu di Rumah ini!” tekan Cheryl penuh dengan emosi.

“Kalau bukan pembantu di Rumah ini, terus kenapa bisa ada di Rumah ini?” Vera menatap Cheryl penuh dengan keseriusan.

“Alasan kenapa bisa ada di Rumah ini, karena saya adalah b—

“Babu? Iya!”

Cheryl merasa sangat emosi dengan semua ini, sehingga tatapan matanya terlihat sangat tajam kala menatap Vera.

“Apa melotot kayak gitu? Mua disiram matanya? Iya?!”

“Arh!” teriak Cheryl dengan seketika saat gelas cokelat panas itu Vera ambil dan hendak dia siramkan pada Cheryl.

Detak jantung Cheryl begitu kencang, dia merasa kaget dengan seketika, sampai dia tidak sadar ada seseorang yang tengah memegangi tubuhnya.

Dua orang yang merupakan Ibu dan anak itu terdiam kala melihat kedatangan orang paling berkuasa di Rumah ini.

“Lho, Om? Kenapa malah melindungi pembantu ini?”

Mendengar pertanyaan itu membuat Cheryl diam sejenak sampai dia sadar kalau wajahnya tidak terasa basah dan kemudian secara perlahan dia membuka matanya.

Wajah yang belum dia lihat seharian ini sekarang bisa dia lihat dalam jarak yang sangat dekat, hingga dia sadar kalau ternyata jantungnya berdetak kencang bukan semata-mata hanya takut, melainkan karena berada dekat dengan Dirga.

“Dirga! Kenapa kamu melindungi perempuan tidak tahu diri ini?”

“Iya Om. Kenapa sih Om malah melindungi pembantu sialan itu?”

“Pembantu?” Dirga menatap mereka dengan tatapan yang penuh dengan kekesalan.

“Dia emang pembantu di Rumah ini kan?”

“Dia bukan pembantu!”

Mendengar kalimat itu, membuat Cheryl merasa udara yang dia hirup terasa sangat segar, bahkan dia merasa bahagia atas hal ini.

“Kalau bukan pembantu, kenapa dia bisa ada di Rumah ini?” Lani masih merasa tanda tanya dengan hal ini.

“Iya, mana pake segala dilindungin lagi, emang sepenting itu ya dia buat Om?” Vera masih membenci Cheryl, sehingga dia belum bisa mengontrol kalimat saat berhadapan dengan Dirga.

“Siapa pun dia, tidak ada hak untuk kalian menyuruhnya, apalagi menyakitinya!” tekan Dirga penuh dengan keseriusan.

Mendengar nada bicara yang sangat tinggi, membuat Cheryl merasa kaget, dia menatap Dirga dengan tatapan yang cukup dalam sampai dia mlihat ada sedikit cokelat di wajahnya dan dia baru ingat kalau cokelat itu mengenai tubuh Dirga.

“Are you okay?”

Pertanyaan yang sudah Dirga ucapkan, membuat Cheryl mematung. “Eh ... bukankah yang seharusnya bertanya itu saya ya?”

Tangan Dirga secara perlahan mengelus wajah Cheryl yang membuat semua orang yang ada di sini merasa bingung, apalagi mereka yang sudah tahu bagaimana Dirga yang tidak peduli pada orang lain, tapi dia malah melindungi Cheryl sekarang.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status