Share

Bab. 4 Tamu Tak Diundang

Auteur: Layli Dinata
last update Dernière mise à jour: 2024-06-11 17:57:40

Di dalam penthouse, wanita asing itu tampak mengedarkan pandangannya pada penjuru ruangan.

Sudah rapi dan bersih, tidak seperti terakhir kali dia mengunjungi apartemen tersebut yang mana sangat berantakan.

Qiara sendiri melenggang menuju ke kamar majikannya.

Namun, Hana mencegatnya. “Tolong buatin jus jambu untuk saya dulu,” pintanya sambil meraih remot TV di meja.

“Maaf, Nona. Tidak ada jambu di sini.”

Ya, di kulkas memang tidak ada buah apapun selain apel. Itupun dia beli memakai uangnya sendiri.

“Adanya apa?” Hana memainkan ujung rambutnya yang keriting menggunakan jari telunjuknya.

“Adanya, sih teh manis.”

“Ck. Kalau begitu buatkan teh tawar saja buat saya. Gak pake lama, ya!”

Qiara mengangguk  lalu bergegas di dapur, sambil menenteng ember dan stik pelnya juga. Dalam hati dia terus bertanya-tanya mengenai Hana. Oma Hesty sama sekali tidak pernah membicarakan perihal Hana. Dan tentu itu membuat Qiara sangat penasaran.

Apa pacarnya?

Qiara menggelengkan kepala. Ini bukan urusannya!

Jadi, dengan cepat, dia menyiapkan teh. Sebelum mendapatkan protes.

Hanya saja, Hana tiba-tiba muncul dari belakang!

Hampir saja cangkir kosong yang dia pegang terjatuh.

“Kamu ngelihatin saya kenapa kek ketemu hantu begitu?” sembur Hana tersinggung.

“Saya kaget, Nona.” Qiara meletakkan cangkir kosong itu di meja, sambil menunggu air rebusannya mendidih dan meletakkan tehnya di sana.

Hana memutar bola mtanya, tidak peduli dengan jawaban Qiara.

Wanita berambut pirang itu justru membuka pintu lemari es dan membongkar isinya.

Seolah itu miliknya!

Bahkan, keripik milik Qiara yang biasanya dimakan sembari nonton drakor, diambil!

“Ada makanan beginian? Tumben Richard nyemil beginian,” gumam Hana.

“Itu punya saya, Nona.” Qiara menekan rasa sebalnya.

Hana mengangkat sebelah alisnya. “Pantes. Bukan style Richard banget makan beginian.”

Wanita dengan dandanan menor itu terlihat menimbang bungkusan yang ada di tangannya. “Buat saya saja kalau begitu. Saya lagi gabut mau nonton drakor, sambil nunggu Richard bangun. Tolong bawakan teh yang kamu buat itu ke meja depan.”

Hah?

Tak sempat memprotes, Hana sudah melenggang sambil menenteng keripik milik Qiara dan mulai memakannya.

“Antar Tehnya cepetan, ya.”

Qiara menggeleng tak percaya.

Dengan cepat, dia menyiapkan teh, lalu meletakkannya di meja.

Wanita yang dandanannya menor itu percaya diri sembari makan keripik milik Qiara. “Kamu siapa? Pembantu baru, kan?”

“Sebenarnya saya ini baby sitternya Alista. Pekerjaan rumah seperti ini bukan kerjaan utama saya.” Sengaja, Qiara membuat Hana untuk tahu diri dan tidak main seenaknya menyuruh-nyuruh dirinya.

Namun, Hana lagi-lagi tak peduli. “Whatever! Sekarang, panggil Richard secepatnya.”

Wanita itu lalu langsung sibuk menonton TV. Mengabaikan Qiara yang masih di sana.

Qiara menghela nafas, tak percaya.

Tapi, tak ada yang dapat dia lakukan selain menuruti perintah wanita itu.

Meski … dirinya masih takut dengan Richard.

Tok tok tok!

Qiara menunggu Richard membukakan pintu sesampainya di sana.

Jujur, dia harap pria itu tak membukanya.

Namun, Richard justru keluar dengan pakaian yang berantakan.

Qiara meneguk ludahnya perlahan.

Pipinya memanas teringat apa yang terjadi tadi malam.

Richard sendiri menatapnya dengan tatapan tak biasa. “Tadi malam, apa saya melakukan hal—“

“Maaf, Pak. Ada tamu, Pak. Namanya Hana,” potong Qiara cepat sembari menunjuk ke belakang, di mana letak ruang tamu berada. Ia tak ingin membahas hal itu.

Lalu, segera pergi dari sana. Dari sudut mata, Qiara dapat melihat bahwa Richard menaikkan sebelah alisnya.

Namun, Qiara tak peduli.

Gadis itu lebih memilih mengurus Alista dengan penuh kasih sayang.

Dalam hati, dia menatap diriya sendiri di dalam diri Alista. Tak punya siapapun dan tak ada siapapun yang menyayanginya. Bedanya, Alista memiliki seorang ayah dan nenek, meski keduanya sama-sama berjarak.

“Kamu tenang saja, Sayang. Mbak akan sayangi kamu dengan segenap hati meskipun bapakmu kaya iblis.” Qiara kembali mencium pipi gembil Alista, lalu memberikan botol susu pada putri majikannya itu.

Hanya saja, mengapa ia mendengar teriakan dari arah luar?

Brak!

Kali ini, bahkan dengan suara bantingan?

Continuez à lire ce livre gratuitement
Scanner le code pour télécharger l'application

Latest chapter

  • Babysitter Manis Kesayangan Hot Duda   Bab 97 Akan Indah Pada Waktunya

    Oma Hesty menangis dengan memeluk Inara. Ia sudah sangat takut atas apa yang telah menimpa Qiara. Diculik, dipaksa berlari dalam keadaan hamil pula. Air matanya menetes dengan tangan mengusap perut buncit Qiara. “Oma benar-benar takuy, Qiara,” rintih Oma Hesty. “Bersyukur sekali cicit oma dan kamu baik-baik saja.” Qiara mengulum senyuman. Ia terharu akan perhatian Oma Hesty. Kepalanua menggeleng dengan lemah dengan mata berkaca-kaca. “Semuanya sudah lewat, Oma. Qiara baik-baik saja, kok.” Oma Hesty menyeka air matanya sendiri. Ia tak menyangka, jika hati Qiara sebesar ini. Bahkan ia tak mau menuntut Hana lebih kejam lagi. “Mulai sekarang, kamu harus tinggal sama Oma. Oma seriusan takut kalau ada apa-apa sama kamu lagi, Qiara.” Belum sempat Oma membalas, pintu kamar terbuka perlahan. Richard masuk sambil menggendong Alista—bayi mungil berusia sembilan bulan dengan pipi tembam dan mata bulat besar yang langsung membesar begitu melihat Qiara. “Ma…” Alista mengoceh sambil me

  • Babysitter Manis Kesayangan Hot Duda   Bab. 96

    Mobil Richard berhenti dengan kasar di depan IGD rumah sakit. Richard langsung menggendong Qiara dan berlari menuju pintu masuk. Para petugas medis langsung menyambut mereka dan membawa Qiara ke dalam ruangan.Richard menjelaskan kepada dokter tentang apa yang terjadi pada Qiara, tentang penculikan dan pelarian yang menegangkan yang baru saja mereka alami. Dokter mendengarkan dengan saksama, lalu meminta Richard untuk menunggu di luar. "Kami akan melakukan yang terbaik untuk Ibu Qiara," ujar dokter dengan tenang.Richard terdiam di kursi tunggu, tangannya mengepal erat. Dia merasa panik, takut, dan tidak berdaya. Dia tidak bisa membayangkan apa yang akan terjadi jika sesuatu terjadi pada Qiara dan calon bayinya.Richard terduduk lemas, matanya terpejam. Dia berdoa dengan sungguh-sungguh, memohon agar Tuhan melindungi Qiara dan calon bayinya. "Ya Tuhan, tolong lindungi Qiara dan calon bayi kami. Berikan kami kekuatan untuk melewati masa-masa sulit ini," bisik Richard dalam h

  • Babysitter Manis Kesayangan Hot Duda   Bab. 95

    Dor Richard terperanjat. Bunyi ledakan membuatnya ternganga, tak percaya. Haidar tertembak di bagian lengan kiri. Namun, nampaknya pria itu tak menyerah, ia membalas dengan satu tembakan yang berhasil tepat sasaran. Buru-buru Richard menghampirinya. “Haidar, kamu enggak apa-apa?” Richard sangat panik. Suara sirene mobil aparat mulai terdengar, beberapa petugas turun dari mobil, mengejar para pelaku, termasuk Denis. Richard berjongkok di samping Haidar, tubuh sahabatnya itu terkulai lemas dengan darah yang mengalir dari luka tembak di lengannya. Detak jantung Haidar terdengar lemah, dan napasnya tersengal-sengal. Richard berusaha menenangkan Haidar, "Tenang, Haidar. Ambulans sudah dalam perjalanan."Polisi yang membantu mengevakuasi Haidar, segera mengamankan lokasi kejadian. Penjahat yang menembaki Haidar berhasil ditangkap. Richard merasa lega, tetapi keprihatinannya terhadap Haidar tetap tak tergoyahkan.Richard mengambil ponselnya dan menghubungi ambulans. "Halo, saya

  • Babysitter Manis Kesayangan Hot Duda   Bab. 94

    “Keluar kalian!” teriak ketiga pria yang mengejar Qiara, Richard dan Haidar. “Mas, aku sudah gak kuat lagi,” rintih Qiara sambil memegangi perutnya sendiri. “Stt, kamu harus bersabar sayang. Kita akan segera pergi dari sini.” Richard berbisik, seraya mengusap lengan sang istri. Menenggelamkan wajah Qiara di ceruk leher. Berharap, hal seperti ini bisa membuat Qiara lebih tenang. “Tuan, Anda bisa di sini. Biar saya yang maju. Setelah saya bisa mengalihkan. Anda bisa membawa Bu Qiara,” ucap Haidar pada akhirnya. Ia tidak berani mengambil tindakan sebelumnya, karena keadaan Qiara yang tidak memungkinkan. Wanita itu hamil besar. “Berhati-hatilah,” titah Richard. Haidar mengangguk. Ia mengambil posisi, mengintip berlebih dahulu. Dirasa aman, ia berguling untuk berpindah tempat. berguling lagi, hingga sampai pada tumpukan drum berisikan oli. Brak! Sengaja Haidar menjatuhkan sesuatu, untuk mengundang atensi ketiga pria yang mengejarnya. Ia memberikan anggukan pada Richard, untuk mengam

  • Babysitter Manis Kesayangan Hot Duda   Bab. 93

    Mobil Richard berhenti dengan bunyi decitan ban yang mengeras di atas aspal. Udara malam terasa dingin menusuk kulit, membawa aroma tanah basah dan dedaunan kering. Richard melangkah keluar, tubuhnya tegap dan tangannya menggenggam erat pistol di pinggang. Di sampingnya, Hana, dengan wajah pucat pasi, mengikuti dengan langkah gontai."Kau yakin ini tempatnya, Haidar?" tanya Richard, suaranya berat dan berbisik.Haidar, dengan seragam polisi yang kusut, mengangguk pelan. "Ya, Tuan. Ini markas Denis. Aku pernah mengintai tempat ini beberapa kali. Dia sering keluar masuk dengan Hana."Richard mengerutkan kening. "Jadi, Hana memang terlibat?""Sepertinya begitu, Tuan. Aku tidak tahu pasti apa motifnya, tapi dia selalu terlihat bersama Denis kemarin."Richard menarik napas dalam-dalam. "Baiklah. Kita harus bergerak cepat. Qiara... Qiara mungkin dalam bahaya."Mereka bertiga memasuki halaman rumah yang gelap dan sunyi. Daun-daun kering berderit di bawah sepatu mereka. Richard menunjuk sebua

  • Babysitter Manis Kesayangan Hot Duda   Bab. 92

    “Hana,” desis Richard dengan mengepalkan tangan kuat-kuat. Pria bermata lebar itu melangkah dengan pasti, menghampiri wanita yang sedang berbincang dengan teman-temannya. menyadari keberadaan Richard, teman Hana menyikut wanita itu, menunjuk Richard dengan dagunya. “Richard, kamu datang lagi?” Hana melebarkan senyuman, seolah senang akan kehadiran pria itu. “Di mana Qiara?” tanya Richard dengan rahang mengeras. Andai Hana laki-laki, mungkin ia sudah menghajarnya habis-habisan. “Qiara? Kenapa bertanya kepadaku? Aku--” “Tidak usah berkelit, Hana! Kamu satu-satunya orang yang sama sekali tidak menyukai dia. Sebuah mobil membawa istriku pergi, aku yakin, ini ada hubungannya dengan kamu. Mengaku, atau kamu akan mendapatkan akibatnya dariku ” Hana menggelengkan kepalanya, bahkan wajahnya tampak terlihat bingung. “Aku memang berencana untuk menjauhkan dia dari kamu. Tapi, mengenai hilangnya dia sekarang, sih, aku sama sekali tidak tahu.” “Bohong! Katakan, atau kau akan merasakan aki

Plus de chapitres
Découvrez et lisez de bons romans gratuitement
Accédez gratuitement à un grand nombre de bons romans sur GoodNovel. Téléchargez les livres que vous aimez et lisez où et quand vous voulez.
Lisez des livres gratuitement sur l'APP
Scanner le code pour lire sur l'application
DMCA.com Protection Status