Share

Bab. 3 Direnggut Paksa

Author: Layli Dinata
last update Last Updated: 2024-06-11 17:56:47

Qiara segera menarik kain apapun yang ada di dekatnya.

Sungguh, dia malu bukan main.

Apa yang harus dia lakukan?

“Lanjutkan saja pekerjaannya,” ujar Richard tiba-tiba, kemudian berlalu ke kamarnya.

Brak!

Pria itu begitu keras menutup pintu.

Qiara berjengit dan mengelus dadanya, lega.

Namun, itu tak lama.

Suara tangis Alista kembali terdengar. Buru-buru Qiara berlari menuju ke kamar dan menggendong  Alista. Memberikan susu dan membawa keluar.

Sudah waktunya makan siang!

Qiara berniat untuk menawari Richard makanan.

Mengetuk pintu kamar dan teriakan dari dalam membuatnya membuka pintu.

Qiara tertegun melihat Richard tengah menatap foto pernikahan. Tampak wajahnya yang begitu sedih.  Sepertinya Richard msih begitu mencintai mendiang istrinya.

“Ada apa?”

Lamunan Qiara buyar, kini justru terlihat gugu. “Ba-bapak mau makan siang apa, Pak?”

“Saya tidak butuh apapun, keluar saja!”

Qiara mengangguk patuh. Ia tahu, situsinya memang sedang tidak tepat. Ia memilih untuk keluar dan menutup pintunya lagi. Meski sejujurnya Qiara juga penasaran dengan sikap dingin Richard terhadap Alista.

Ditolehnya bayi berpipi gembul itu yang kini kembali terpejam.

Seperti biasa, usai menidurkan Alista, Qiara mencoba untuk perawatan wajah. Ia membeli masker bubuk, sisa uang belanja tadi.

Beruntung, Oma Hesty membebaskan Qiara untk memakai sabun aroma terapi yang ada di lemari.

Qiara memanfaatkan waktunya untuk menyegarkan diri terlebih dahulu, lalu kembali pada Alista yang ternyata masih tertidur.

Brak!

Qiara berjengit mendengar suara gebrakan pintu.

Ia menghentikan aktivitasnya, mencoba mengecek asal dari suara itu.

“Pak Richard?”

Tubuh Richard sempoyongan, pakaiannya terlihat sangat kacau, dua tiga kancing bajunya terbuka, matanya tampak merah. Bahkan berkali-kali pria itu hanpir tersungkur. Reflex, Qiara mendekat dan menahannya supaya tidak jatuh.

“Ba-bapak ma-mabuk, Pak?”

Richard memejamkan matanya. Ia hapal betul aroma sabun ini. “Yasmin ….”

Qiara mengalungkan tangan Richard pada bahunya, mencoba memapah pria tinggi itu. Bahkan Richard tidak menolaknya sama sekali. “Saya bantu ya, Pak.”

“Yasmin, itu kamu?” gumam Richard dengan suara khas orang mabuk.

Qiara membuka pintu kamar Richard dan membukanya lebar, niatnya ingin menddukkan pria itu ke ranjang, akan tetapi di luar dugaannya, Richard yang membanting Qiara di ranjang.

“Pak, Bapak mau ngapain?” Qiara begitu terkejut, sebisa mungkin ia bangkit, tetapi Richard justru menindihnya.

“Aku sangat merindukan kamu, Yas.”

Qiara memalingkan wajahnya, ia membenci bau alkohol. Jelas itu mengganggu hidungnya. “Pak, saya bukan Bu Yasmin. Saya Qiara!”

“Yasmin, aku merindukan kamu. Jangan sebut nama neninya Alista. Dua hari ini aku menahan diri untuk tidak terpancing dengan tubuh gadis bodoh itu.” Richard menahan tangan Qiara, membungkukkan badannya, menghidu wangi sabun yang begitu ia rindukan.

Qiara menggelengkan kepalanya dengan kasar. “Pak, jangan, Pak. Saya bukan Bu Yasmin, saya Qiara.”

“Aku merindukan kamu, Yas.”

“Tidak!” Qiara menjerit sejadinya, saat Richard mulai mencium lehernya. Gadis itu menangis meronta, memohon untuk dilepaskan, akan tetapi alkohol telah mempengaruhi Richard, hingga ia sama sekali tidak mengingat, jika Yasmin telah pergi untuk selama-lamanya.

“Tolong, Pak. Lepaskan saya …,” rintih Qiara. “TIDAK! PAK! JANGAN!”

Qiara tidak menyangka, jika ia akan mendapatkan perlakuan yang tidak pantas oleh bosnya sendiri. Pria bertubuh kekar itu telah melepas jubah mandinya, hingga tubuh mungilnya tanpa penghalang apapun.

Suaranya sampai serak karena terus menjerit, memohon kepada pria itu untuk segera dilepaskan.

“Sayang, diamlah, kamu banyak bergerak. Aku merindukanmu.” Richard membungkam mulut Qiara dengan ciuman, tangannya sudah menjelajah kemana, hingga hal yang tak pantas terjadi.

“Aakh….”

Qiara menjerit sejadinya, saat sesuatu membelah inti dalam tubuhnya.

Air matanya mengalir, tubuhnya tergoncang, sakit.

Bertahun-tahun ia menjaganya untuk sang suami kelak, kini direnggut paksa oleh sang majikan.

Bahkan darah terlihat mengalir, tidak, Qiara merasa hidupnya telah hancur malam ini juga.

“Kenapa sesulit ini, Yas. Bahkan kita sudah memiliki bayi. Tetapi masih sama.”

Deg!

Hati Qiara makin pedih menyadari bahwa pria yang merebutnya bahkan menganggapnya orang lain.

“Saya mohon, Pak. Lepaskan  saya,” pintanya, “saya bukan Bu Yasmin. Pak, Tolong….”

“Diamlah, Sayang. Jangan berisik.”

Qiara hanya bisa pasrah. Apa yang akan dia lakukan setelah ini?

Bahkan ia tidak bisa pergi begitu saja.

Ada Alista di sini. Ia tidak mungkin membawa bayi itu pergi.

Dan juga penalti kontraknya….

Berbagai sumpah serapah Qiara layangkan untuk bosnya ini.

Tapi, pria itu tak sadar.

Hanya saja mendadak tubuh Qiara menegang.

Sesuatu yang tak pernah ia rasakan, tiba-tiba meledak.

Bersamaan dengan itu, Richard perlahan ambruk di sebelahnya dengan tubuh terengah-engah.

Qiara menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya.

Meringis menahan sakit, ia meraih jubah mandinya.

Dibiarkannya atasan itu terlentang sendirian.

Tertatih meninggalkan kamar Richard menuju kamar Alista. Gadis itu menangis sejadinya.

“Maafin Qia, Ma. Qia kotor,” rintih Qiara di sela tangisnya. Ia bersimpuh di lantai, dekat box bayi. Meratapi nasibnya yang begitu malang.

Qiara menangis semalaman. Wajahnya terlihat kacau. Tetapi ia harus tetap bekerja bukan.

Ia teringat dengan hutang-hutang ayahnya. Meski dengan perih yang msih terasa pada miliknya.

Klek!

Seorang wanita dengan berpakaian seksi berdiri dengan menatap aneh Qiara dari atas sampai bawah.

Terlihat kerutan di dahi, menandakan wanita yang memakai lipstick warna merah menyala itu heran akan keberadaan gadis itu.

“Cari siapa, Mbak?” tanya Qiara.

“Mbak? Sejak kapan saya jadi embakmu?” gadis yang memakai heells setinggi 5 cm itu menyelonong masuk dan menabrak pundak Qiara dengan sengaja.

 “Oh, iya. Di mana Richard? Bilang sama dia, kalau Hana datang.”

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Babysitter Manis Kesayangan Hot Duda   Bab 97 Akan Indah Pada Waktunya

    Oma Hesty menangis dengan memeluk Inara. Ia sudah sangat takut atas apa yang telah menimpa Qiara. Diculik, dipaksa berlari dalam keadaan hamil pula. Air matanya menetes dengan tangan mengusap perut buncit Qiara. “Oma benar-benar takuy, Qiara,” rintih Oma Hesty. “Bersyukur sekali cicit oma dan kamu baik-baik saja.” Qiara mengulum senyuman. Ia terharu akan perhatian Oma Hesty. Kepalanua menggeleng dengan lemah dengan mata berkaca-kaca. “Semuanya sudah lewat, Oma. Qiara baik-baik saja, kok.” Oma Hesty menyeka air matanya sendiri. Ia tak menyangka, jika hati Qiara sebesar ini. Bahkan ia tak mau menuntut Hana lebih kejam lagi. “Mulai sekarang, kamu harus tinggal sama Oma. Oma seriusan takut kalau ada apa-apa sama kamu lagi, Qiara.” Belum sempat Oma membalas, pintu kamar terbuka perlahan. Richard masuk sambil menggendong Alista—bayi mungil berusia sembilan bulan dengan pipi tembam dan mata bulat besar yang langsung membesar begitu melihat Qiara. “Ma…” Alista mengoceh sambil me

  • Babysitter Manis Kesayangan Hot Duda   Bab. 96

    Mobil Richard berhenti dengan kasar di depan IGD rumah sakit. Richard langsung menggendong Qiara dan berlari menuju pintu masuk. Para petugas medis langsung menyambut mereka dan membawa Qiara ke dalam ruangan.Richard menjelaskan kepada dokter tentang apa yang terjadi pada Qiara, tentang penculikan dan pelarian yang menegangkan yang baru saja mereka alami. Dokter mendengarkan dengan saksama, lalu meminta Richard untuk menunggu di luar. "Kami akan melakukan yang terbaik untuk Ibu Qiara," ujar dokter dengan tenang.Richard terdiam di kursi tunggu, tangannya mengepal erat. Dia merasa panik, takut, dan tidak berdaya. Dia tidak bisa membayangkan apa yang akan terjadi jika sesuatu terjadi pada Qiara dan calon bayinya.Richard terduduk lemas, matanya terpejam. Dia berdoa dengan sungguh-sungguh, memohon agar Tuhan melindungi Qiara dan calon bayinya. "Ya Tuhan, tolong lindungi Qiara dan calon bayi kami. Berikan kami kekuatan untuk melewati masa-masa sulit ini," bisik Richard dalam h

  • Babysitter Manis Kesayangan Hot Duda   Bab. 95

    Dor Richard terperanjat. Bunyi ledakan membuatnya ternganga, tak percaya. Haidar tertembak di bagian lengan kiri. Namun, nampaknya pria itu tak menyerah, ia membalas dengan satu tembakan yang berhasil tepat sasaran. Buru-buru Richard menghampirinya. “Haidar, kamu enggak apa-apa?” Richard sangat panik. Suara sirene mobil aparat mulai terdengar, beberapa petugas turun dari mobil, mengejar para pelaku, termasuk Denis. Richard berjongkok di samping Haidar, tubuh sahabatnya itu terkulai lemas dengan darah yang mengalir dari luka tembak di lengannya. Detak jantung Haidar terdengar lemah, dan napasnya tersengal-sengal. Richard berusaha menenangkan Haidar, "Tenang, Haidar. Ambulans sudah dalam perjalanan."Polisi yang membantu mengevakuasi Haidar, segera mengamankan lokasi kejadian. Penjahat yang menembaki Haidar berhasil ditangkap. Richard merasa lega, tetapi keprihatinannya terhadap Haidar tetap tak tergoyahkan.Richard mengambil ponselnya dan menghubungi ambulans. "Halo, saya

  • Babysitter Manis Kesayangan Hot Duda   Bab. 94

    “Keluar kalian!” teriak ketiga pria yang mengejar Qiara, Richard dan Haidar. “Mas, aku sudah gak kuat lagi,” rintih Qiara sambil memegangi perutnya sendiri. “Stt, kamu harus bersabar sayang. Kita akan segera pergi dari sini.” Richard berbisik, seraya mengusap lengan sang istri. Menenggelamkan wajah Qiara di ceruk leher. Berharap, hal seperti ini bisa membuat Qiara lebih tenang. “Tuan, Anda bisa di sini. Biar saya yang maju. Setelah saya bisa mengalihkan. Anda bisa membawa Bu Qiara,” ucap Haidar pada akhirnya. Ia tidak berani mengambil tindakan sebelumnya, karena keadaan Qiara yang tidak memungkinkan. Wanita itu hamil besar. “Berhati-hatilah,” titah Richard. Haidar mengangguk. Ia mengambil posisi, mengintip berlebih dahulu. Dirasa aman, ia berguling untuk berpindah tempat. berguling lagi, hingga sampai pada tumpukan drum berisikan oli. Brak! Sengaja Haidar menjatuhkan sesuatu, untuk mengundang atensi ketiga pria yang mengejarnya. Ia memberikan anggukan pada Richard, untuk mengam

  • Babysitter Manis Kesayangan Hot Duda   Bab. 93

    Mobil Richard berhenti dengan bunyi decitan ban yang mengeras di atas aspal. Udara malam terasa dingin menusuk kulit, membawa aroma tanah basah dan dedaunan kering. Richard melangkah keluar, tubuhnya tegap dan tangannya menggenggam erat pistol di pinggang. Di sampingnya, Hana, dengan wajah pucat pasi, mengikuti dengan langkah gontai."Kau yakin ini tempatnya, Haidar?" tanya Richard, suaranya berat dan berbisik.Haidar, dengan seragam polisi yang kusut, mengangguk pelan. "Ya, Tuan. Ini markas Denis. Aku pernah mengintai tempat ini beberapa kali. Dia sering keluar masuk dengan Hana."Richard mengerutkan kening. "Jadi, Hana memang terlibat?""Sepertinya begitu, Tuan. Aku tidak tahu pasti apa motifnya, tapi dia selalu terlihat bersama Denis kemarin."Richard menarik napas dalam-dalam. "Baiklah. Kita harus bergerak cepat. Qiara... Qiara mungkin dalam bahaya."Mereka bertiga memasuki halaman rumah yang gelap dan sunyi. Daun-daun kering berderit di bawah sepatu mereka. Richard menunjuk sebua

  • Babysitter Manis Kesayangan Hot Duda   Bab. 92

    “Hana,” desis Richard dengan mengepalkan tangan kuat-kuat. Pria bermata lebar itu melangkah dengan pasti, menghampiri wanita yang sedang berbincang dengan teman-temannya. menyadari keberadaan Richard, teman Hana menyikut wanita itu, menunjuk Richard dengan dagunya. “Richard, kamu datang lagi?” Hana melebarkan senyuman, seolah senang akan kehadiran pria itu. “Di mana Qiara?” tanya Richard dengan rahang mengeras. Andai Hana laki-laki, mungkin ia sudah menghajarnya habis-habisan. “Qiara? Kenapa bertanya kepadaku? Aku--” “Tidak usah berkelit, Hana! Kamu satu-satunya orang yang sama sekali tidak menyukai dia. Sebuah mobil membawa istriku pergi, aku yakin, ini ada hubungannya dengan kamu. Mengaku, atau kamu akan mendapatkan akibatnya dariku ” Hana menggelengkan kepalanya, bahkan wajahnya tampak terlihat bingung. “Aku memang berencana untuk menjauhkan dia dari kamu. Tapi, mengenai hilangnya dia sekarang, sih, aku sama sekali tidak tahu.” “Bohong! Katakan, atau kau akan merasakan aki

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status