David Baker tersenyum. Pertama kali baginya, diabaikan seperti itu. David masuk kembali ke dalam mobil dan melajukan mobilnya mengikuti wanita itu.
Tiba di halte bus, Bella duduk dan menunggu. Dirinya mengira pria itu sudah menyerah dan pergi, jadi Bella mulai merasa santai. Namun, yang tidak diketahuinya adalah David sedang berjalan menghampirinya, setelah memarkirkan mobil sedannya itu.
David duduk di samping Bella dan menatap wanita itu, yang sedang melotot kesal kepadanya.
"Itu tadi sangat tidak sopan!" ujar David.
Bella kembali mengabaikannya dan menatap ke arah lalu lintas malam yang masih ramai.
"Ayo, aku antar pulang," ajak David, walaupun dirinya diabaikan.
Bella menarik napas dalam dan memalingkan wajahnya menatap pria itu.
"Bagaimana kamu tahu aku kuliah di sana? Apakah Ben melaporkan semua hal terkait diriku kepadamu?" tanya Bella langsung.
"Aku adalah doktermu, jadi i
David meletakkan cangkirnya di atas meja makan dan menatap Bella yang kembali berkutat dengan salad buahnya."Aku tidak bisa mengabaikan, saat tahu bagaimana kamu akan menghancurkan hidupmu lagi," ujar David.Selera makan Bella menguap dan kembali meletakkan sendoknya, membalas tatapan pria itu."Benarkah? Bukankah seharusnya perhatian itu diberikan pada saat kali pertama kita bertemu? Jika pada saat itu kamu memberikan perhatian sebesar ini pada diriku, maka aku yakin tidak perlu mengalami semua ini!" ujar Bella dingin. Ya, dirinya sebenarnya tidak pantas menyalahkan semua itu kepada David. Pria itu tidak memiliki kewajiban terhadapnya, hanya saja perhatian David sekarang, amatlah mengganggu."Benar. Seharusnya aku memastikan kamu baik-baik saja, sebelum memutuskan untuk pergi," ujar David sedikit menyesal.Bella berdiri dan merapikan peralatan makannya, sebelum berjalan ke dapur, Bella berkata, "Cukup berpura-pura! A
Bella lalu berbalik pergi ke ruang ganti, tanpa berkata apapun. Masuk ke ruang ganti, baru tersadar bahwa tasnya masih di depan. Tepatnya ada pada David. Menghela napas berat, Bella keluar dari ruang ganti dan David sudah berada di depan pintu, mengulurkan tas miliknya."Terima kasih!" ujar Bella terpaksa."Sama-sama," balas David sambil tersenyum geli.Bella kembali masuk ke ruang ganti dan menutup pintu, tepat di depan wajah David.Bella menukar pakaiannya dengan kesal. Mengapa begitu kebetulan bertemu dengan pria itu di sini? batinnya kesal.Saat Bella keluar dari ruang ganti. Bibi June sudah berada di hadapannya dan berkata, "Kelas bela diri akan segera dimulai, di lantai 2.""Terima kasih," ujar Bella sopan dan masih merasa malu, karena kejadian tadi."Ehmm, tapi sebelum dirimu naik ke atas, aku ingin sampaikan bahwa Dokter David adalah asisten di kelas bela diri. Aku hanya tidak ingin Anda kembali salah paham dengannya," jelas B
Berdiri mematung, menatap mobil pria itu sampai menghilang di belokan, barulah Crystal mendengus kesal. Untuk pertama kalinya, Crystal mendapat perlakuan seperti ini. Dirinya marah, tetapi di samping itu, apa yang dilakukan pria itu semakin membuat Crystal menginginkannya.Baiklah! Dirinya hanya perlu mencari kesempatan lain untuk mendapatkan perhatian pria itu. Tidak ada pria yang mampu menolak pesonanya, hanya masalah waktu.***Hari Sabtu kembali datang dan hari ini adalah jadwal kedua bagi Bella untuk menemui psikiater, David Baker.Sebenarnya Bella malas menemui dokter itu. Namun, obat yang diresepkan begitu ampuh, bahkan lingkaran hitam di bawah matanya sudah hilang.Seperti kemarin, Bella tiba cukup awal dan mengambil nomor antrian pertama. Namun, setelah duduk cukup lama tidak terlihat pasien lainnya yang datang. Berbanding terbalik dengan kondisi dua minggu lalu, yang begitu ramai."Isabella Swan, silah
Seperti biasa, Bella tiba di apartemen saat sudah cukup larut. Namun, belakang ini, David selalu muncul di depan kampus dan menawarkan diri, untuk mengantarnya pulang. Setelah mengetahui rahasia pria itu, Bella tidak lagi menjaga jarak. Ternyata ada seseorang untuk diajak bicara, sangat melegakan. Pria itu sangat cerdas dan apapun yang dibicarakan mereka, akan sangat menyenangkan.Malam ini, kembali David mengantarnya kembali ke apartemen. Ya, pria itu menutup klinik cukup larut dan sekalian menjemputnya.Menggunakan lift naik ke lantai 20, Bella akhirnya sampai di depan pintu apartemennya. Lalu, mengeluarkan kartu kunci dan menggeseknya.Klik!Pintu terbuka dan Bella melangkah masuk. Namun, langkahnya langsung berhenti saat melihat lampu di apartemennya menyala semua. Dengan dibekali sedikit ilmu bela diri, apa yang terjadi saat ini tidak membuatnya takut. Mata fokus dan tangannya mengambil payung besar yang terlipat, di belakang
Wanita itu terlihat begitu murni. Apalagi raut wajah Bella yang terlihat menahan rasa takut. Ya, terlihat jelas wanita itu berusaha terlihat santai. Namun, kenyataannya semua terpancar di mata hazel itu.Ben yang berdiri di hadapannya, mulai melepaskan dasinya perlahan. Tatapan pria itu begitu tajam, menatap matanya.Dasi itu dilempar asal ke lantai kamar dan Ben mulai melepaskan sabuk pinggangnya, yang juga dilempar asal.Bella menelan ludah, dirinya yakin wajahnya semerah kepiting rebus. Tanpa sadar, Bella mundur. Ben maju satu langkah, Bella mundur satu langkah.Sambil melangkah mendekati Bella, Ben mulai membuka kancing kemejanya. Mulai dari kancing di lengan, lalu lanjut membuka kancing di bagian dada sampai kancing terakhir.Langkah Bella terhenti, saat tubuhnya menempel di meja rias. Tidak ada lagi tempat untuk menghindar, yang bisa dilakukan Bella hanya mencengkeram sudut meja rias, di mana tangannya diletakkan
Bella tertidur dengan rambut basah dan tubuh yang hanya terbalut handuk. Bella tidak pernah menyangka rasanya akan seburuk ini dan itu kembali membuatnya terluka.***Keesokan harinya, Bella terbangun dengan kepala yang begitu berat dan sakit. Bagaimana tidak, dirinya tidur dengan rambut basah dan hanya terbalut handuk. Ya, tubuhnya ngilu dan kepalanya hendak pecah.Langsung tukar pakaian dan melewatkan mandi pagi. Bella hanya mencuci wajah dan mengikat rambutnya asal. Lalu, menukar seprei di ranjang, ya itu untuk menghilangkan jejak akan apa yang terjadi tadi malam. Walaupun, hari ini dirinya akan pindah, tetapi Bella ingin tempat ini rapi dan bersih, sama dengan waktu pertama kali melangkah masuk.Setelah menukar seprei dan memasukkan seprei kotor ke dalam mesin cuci, Bella kemudian pergi ke dapur. Menyeduh kopi pekat, ya dirinya butuh kafein. Sarapan selembar daging asap dan sebutir telur, Bella masih sangat menjaga asupan makanannya.
Di dalam mobil sedan mewah berwarna hitam, Bella duduk di kursi penumpang bagian belakang, menatap ke luar jendela. Benaknya kosong, ya, sampai Tom memecahkan keheningan itu. "Nona, di samping Nona ada sebuah kotak. Di dalamnya adalah topeng, Tuan berpesan, agar Nona mengenakan topeng itu saat turun dari mobil, nantinya." "Baik," jawab Bella sambil mengambil kotak hitam beludru yang ada di sampingnya, membukanya. Sebuah topeng yang amat indah. Topeng berwarna perak dengan beberapa baru indah di sekelilingnya. Topeng itu menutup bagian mata, kening dan bagian atas hidung. Bella langsung mengenakan topeng itu. Ya, kisahnya sudah dimulai. Bagaimana akhirnya, Bella tidak mau memikirkannya. Cukup jalani dan berusaha sebaik mungkin. Sebaik mungkin menuruti perkataan dan keinginan pria itu, Benedict Knight. Mobil akhirnya masuk ke dalam pekarangan rumah yang luas. Terlihat jelas, pemilik rumah ini kaya raya dan begitu banyak tamu yang telah hadir, itu te
Mulai dari mobilnya belok masuk ke jalan itu, David sudah melihat Bella. Ya, Bella dengan pakaian begitu terbuka duduk di pinggir pagar, kepala menunduk ke bawah.Entah mengapa, hati David sakit saat melihat Bella seperti itu.David langsung menghentikan mobilnya saat sudah berada di dekat Bella dan melompat turun, berlari ke arah wanita itu.Tidak menyapa, David langsung menggenggam pergelangan tangan Bella, menariknya berdiri dan berjalan ke arah mobil, masuk.Kulit wanita itu begitu dingin dan David dapat merasakan tubuh wanita itu juga gemetaran. Kali ini, ya untuk pertama kali bagi David, memiliki keinginan untuk mematahkan tulang hidung sahabatnya itu. Ya, satu tinju di wajah Ben sepertinya sangat pantas.Setelah membantu Bella masuk dan duduk di kursi penumpang bagian depan, lalu David segera berlari untuk masuk ke kursi kemudi. Menyalakan mesin, tetapi saat hendak menginjak pedal gas, David dapat melihat bagaim