Wanita itu terlihat begitu murni. Apalagi raut wajah Bella yang terlihat menahan rasa takut. Ya, terlihat jelas wanita itu berusaha terlihat santai. Namun, kenyataannya semua terpancar di mata hazel itu.
Ben yang berdiri di hadapannya, mulai melepaskan dasinya perlahan. Tatapan pria itu begitu tajam, menatap matanya.
Dasi itu dilempar asal ke lantai kamar dan Ben mulai melepaskan sabuk pinggangnya, yang juga dilempar asal.
Bella menelan ludah, dirinya yakin wajahnya semerah kepiting rebus. Tanpa sadar, Bella mundur. Ben maju satu langkah, Bella mundur satu langkah.
Sambil melangkah mendekati Bella, Ben mulai membuka kancing kemejanya. Mulai dari kancing di lengan, lalu lanjut membuka kancing di bagian dada sampai kancing terakhir.
Langkah Bella terhenti, saat tubuhnya menempel di meja rias. Tidak ada lagi tempat untuk menghindar, yang bisa dilakukan Bella hanya mencengkeram sudut meja rias, di mana tangannya diletakkan
Bella tertidur dengan rambut basah dan tubuh yang hanya terbalut handuk. Bella tidak pernah menyangka rasanya akan seburuk ini dan itu kembali membuatnya terluka.***Keesokan harinya, Bella terbangun dengan kepala yang begitu berat dan sakit. Bagaimana tidak, dirinya tidur dengan rambut basah dan hanya terbalut handuk. Ya, tubuhnya ngilu dan kepalanya hendak pecah.Langsung tukar pakaian dan melewatkan mandi pagi. Bella hanya mencuci wajah dan mengikat rambutnya asal. Lalu, menukar seprei di ranjang, ya itu untuk menghilangkan jejak akan apa yang terjadi tadi malam. Walaupun, hari ini dirinya akan pindah, tetapi Bella ingin tempat ini rapi dan bersih, sama dengan waktu pertama kali melangkah masuk.Setelah menukar seprei dan memasukkan seprei kotor ke dalam mesin cuci, Bella kemudian pergi ke dapur. Menyeduh kopi pekat, ya dirinya butuh kafein. Sarapan selembar daging asap dan sebutir telur, Bella masih sangat menjaga asupan makanannya.
Di dalam mobil sedan mewah berwarna hitam, Bella duduk di kursi penumpang bagian belakang, menatap ke luar jendela. Benaknya kosong, ya, sampai Tom memecahkan keheningan itu. "Nona, di samping Nona ada sebuah kotak. Di dalamnya adalah topeng, Tuan berpesan, agar Nona mengenakan topeng itu saat turun dari mobil, nantinya." "Baik," jawab Bella sambil mengambil kotak hitam beludru yang ada di sampingnya, membukanya. Sebuah topeng yang amat indah. Topeng berwarna perak dengan beberapa baru indah di sekelilingnya. Topeng itu menutup bagian mata, kening dan bagian atas hidung. Bella langsung mengenakan topeng itu. Ya, kisahnya sudah dimulai. Bagaimana akhirnya, Bella tidak mau memikirkannya. Cukup jalani dan berusaha sebaik mungkin. Sebaik mungkin menuruti perkataan dan keinginan pria itu, Benedict Knight. Mobil akhirnya masuk ke dalam pekarangan rumah yang luas. Terlihat jelas, pemilik rumah ini kaya raya dan begitu banyak tamu yang telah hadir, itu te
Mulai dari mobilnya belok masuk ke jalan itu, David sudah melihat Bella. Ya, Bella dengan pakaian begitu terbuka duduk di pinggir pagar, kepala menunduk ke bawah.Entah mengapa, hati David sakit saat melihat Bella seperti itu.David langsung menghentikan mobilnya saat sudah berada di dekat Bella dan melompat turun, berlari ke arah wanita itu.Tidak menyapa, David langsung menggenggam pergelangan tangan Bella, menariknya berdiri dan berjalan ke arah mobil, masuk.Kulit wanita itu begitu dingin dan David dapat merasakan tubuh wanita itu juga gemetaran. Kali ini, ya untuk pertama kali bagi David, memiliki keinginan untuk mematahkan tulang hidung sahabatnya itu. Ya, satu tinju di wajah Ben sepertinya sangat pantas.Setelah membantu Bella masuk dan duduk di kursi penumpang bagian depan, lalu David segera berlari untuk masuk ke kursi kemudi. Menyalakan mesin, tetapi saat hendak menginjak pedal gas, David dapat melihat bagaim
"Setidaknya kamu harus makan sedikit–"Ucapan David terpotong saat Bella langsung berbalik dan menghampiri pria itu. Menyentuh lengan David dan menengadah, menatap mata pria itu."Aku butuh bantuanmu!" ujar Bella langsung.David mengerjap beberapa kali. Dirinya tidak menyangka Bella akan berdiri sedekat ini dengannya."Ada apa?" tanya David dan mundur dua langkah.Bella maju dua langkah dan kembali menatap David dengan tajam."Kau tahu, aku selalu penasaran dengan orang yang dapat melakukan seks tanpa ada ikatan perasaan apa pun. Ya, ada dua orang yang aku kenal seperti itu yaitu Ben dan saudariku. Aku ingin menjadi seperti mereka dan setelah berpikir lama akan alasan dibalik perilaku mereka, akhirnya aku sadar akan alasannya!" ujar Bella"Apa alasannya?" tanya David."Mereka melakukannya dengan orang-orang yang berbeda! Dan itu menjadi kebiasaan, sehingga tidak lagi mempengaruhi perasa
Bella melangkah masuk ke dalam klub mewah itu. Dirinya sudah mencari tahu dan ini adalah klub berkelas yang ada di kota ini. Semua tamu berpenampilan mewah, bahkan yang awalnya Bella mengira pakaiannya terlalu minim, ternyata yang dikenakannya jauh lebih tertutup daripada para wanita yang ada di sana.Dentuman musik, membuat rambutnya ikut bergetar. Bella amat penasaran, karena ini kali pertama baginya datang ke tempat seperti ini.Melangkah terus ke dalam dan menuju meja tool bar yang ada di tengah ruangan. Menarik salah satu kursi tinggi dan Bella mulai melepaskan jaketnya, lalu duduk di sana."Pesan apa, Nona?" tanya seorang bartender yang masih begitu belia dan tampan."Koktail," jawabnya. Bella tidak pernah minum, minuman beralkohol. Jadi, dirinya memilih yang paling ringan yaitu koktail. Itulah yang dipikirkan olehnya.Tidak lama bartender itu meletakkan gelas di hadapannya. Bella mengucapkan terima kasih dan men
Di dalam mobil, David tidak berbicara. Terlihat jelas pria itu sedang marah dan Bella juga ikut terdiam. Semua ini adalah salah David. Jika pria itu setuju, maka dirinya tidak perlu datang ke klub malam itu.Tiba di apartemen, David ikut turun. Dirinya butuh menasehati wanita ini. Menasehati Bella, walaupun David tahu wanita itu tidak akan merasa senang."Pulanglah! Aku bisa naik sendiri!" ujar Bella."Kita perlu bicara!" jawab David tegas dan menekan tombol lift.Ya, mereka perlu bicara. Lagipula, Bella ingin tahu bagaimana David tahu dirinya ada di klub itu.Di dalam lift mereka tidak berbicara. Bella yang berdiri di belakang David, menatap pria itu. Pria itu tampan dan terlihat jelas adalah pria yang baik, walaupun terkadang agak kaku.David sendiri sadar akan tatapan Bella, ya wanita itu terlihat jelas di pantulan kaca dinding lift ini."Apa yang kamu lihat?" tanya David."Tid
Uhuk Uhuk Uhuk!David tersedak ludahnya sendiri, saat mendengar permintaan Bella."Tunggu! Tunggu! Ada yang harus diluruskan!" sanggah David buru-buru."Tentu! Katakan saja," jawab Bella."Begini, aku akan mendampingimu. Kamu ingin melihat kehidupan malam, maka aku akan menemani dirimu. Aku akan membantumu menemukan pria yang tepat! Walau, itu tidak aku harapkan," jelas David."Apa?" pekik Bella, sambil memutar bola matanya kesal."Aku tidak butuh teori! Aku butuh praktek langsung!" jelas Bella tidak sabar."Ini tawaranku! Apakah kamu mau terima atau tidak, itu terserah padamu!" tegas David."Itu artinya tidak ada ciuman atau seks?" tanya Bella."Tidak! TIDAK!" tegas David kembali.Bella mengangguk dan bertanya, "Namun, tidak masalah jika aku merayu dirimu bukan?""Apakah kamu bisa?" tanya David dengan menaikkan sebelah alis matanya."
Bella mandi dan keramas. Dirinya berusaha menghapus semua jejak pria itu di tubuhnya. Ini sulit, sangat sulit bagi Bella. Dirinya sama sekali tidak menikmati percintaan tadi. Namun, itu dilakukan karena kewajiban, jadi cukup menyiksa.Bella keluar dari kamar mandi, dengan rambut basah dan tubuh terbalut jubah mandi. Dirinya mendapati Ben masih berada di sana, duduk di sisi ranjang menatapnya."Mengapa kamu minum obat ini?" tanya Ben, sambil menatap botol obat yang ada digenggamannya.Bella melangkah maju dan melihat botol obat miliknya, sudah berada di genggaman pria itu."Bukankah itu harus?" tanya Bella."Bukankah, seharusnya kamu membahas masalah ini padaku terlebih dahulu?" tanya Ben kembali, tanpa menjawab pertanyaannya.Bella maju satu langkah dan menghela nafas berat, lalu menatap pria itu sambil berkata, "Kamu tahu jelas akan pengalamanku? Lagipula, di dalam kontrak tidak dikatakan aku harus mengandung anakmu! Jadi,