Share

5. Bayi yang Tidak Diakui.

Hampir saja Delia bersimpuh di kaki ibu mertuanya. Namun, gerakannya dengan cepat dicegah oleh ayah mertuanya.

"Jangan mencoba menyentuh istriku dengan tangan kotormu!" maki ayah mertua Delia. 

"A-ayah, Ibu, tolong jangan katakan itu. Aku sangat mencintai Mas Pasya. Aku berani bersumpah apapun, kalau aku tidak pernah mengkhianatinya," ujar Delia penuh kepanikan. Wajahnya menunjukkan ketakutan yang luar biasa. Bercerai adalah mimpi terburuk yang tidak akan pernah Delia terima. 

"Tapi kau sudah mengkhianati kami semua! Kau sudah melukai kami begitu dalam. Jangan harap kau akan tetap diterima di keluarga kami!" ujar ibu Pasya sambil menunjuk wajah Delia beberapa kali.

Delia yang panik, tak dapat mengontrol kata-katanya dengan baik, sampai akhirnya ia berkata, "Aku akan menerima hukuman apa saja asal tidak bercerai! Tolong jangan pisahkan kami." 

Delia dengan cepat meraih tangan Pasya, dan lanjut berkata," Mas, aku sangat mencintaimu dan tidak ingin berpisah denganmu. Lihat, sekarang bahkan kita sudah punya anak. Aku ingin membesarkannya dengan keluarga yang utuh. Jangan tinggalkan aku." 

Pasya terdiam tanpa melihat Delia sedikit pun. Tangannya pun menepis tangan Delia.

"Hukumanmu adalah bercerai dan masuk penjara! Kau akan membusuk di sana bersama anak haram itu!" maki Jesika tak tertahankan. 

Kedua orang tua Pasya merasa wajar jika Jesika bersikap seperti itu. Mana ada istri yang rela melihat wanita yang menjadi penyebab suaminya meninggal justru dimaafkan dengan mudah? Itu yang dipikirkan oleh ibu Pasya.

Pasya yang tadinya acuh seketika menoleh pada Jesika yang baru saja mengatakan kalimat itu. 

"Aku yang akan memutuskan sendiri harus melakukan apa padanya. Dia bersalah, tapi aku tidak berniat menjebloskannya ke penjara, karena ada bayi yang harus dia rawat-"

"Pasya! Kau sudah gila?! Lihat baik-baik siapa yang kamu bela sekarang! Dia sudah mengkhianatimu, dan kamu masih mau mengampuninya?!" bentak ayah Pasya penuh keberatan. 

"Kalian tenang saja. Aku akan menghukumnya dengan caraku sendiri. Jadi, lupakan soal penjara. Aku juga akan menanggung hidup Jesika dan Stefan sebagai bentuk tanggung jawabku pada kak Sidrat. Aku akan membawanya pergi sekarang," tutur Pasya sambil mendorong pelan pundak Delia untuk segera pergi dari tempat itu.

"Pasya! Dasar kau adik durhaka!" teriak sang ibu.

Pasya dan Delia terus berjalan menjauh tanpa menoleh kembali ke belakang.

Satu hal yang sangat disyukuri oleh Delia saat ini, karena Pasya masih memikirkan bayinya yang akan dimasukkan juga ke penjara. Sebab, dia masih harus memberikan ASI. 

Delia beberapa kali melirik takut ke arah suaminya sendiri. Dia takut jika ucapannya nanti hanya akan membuat Pasya semakin marah.

"Selamat siang, Pak. Kami akan membawa Ibu Delia ke kantor polisi," ucap salah satu polisi yang menunggu di dekat mobil Pasya.

Spontan Delia melangkah mundur dan bersembunyi di belakang punggung Pasya, sambil terus mendekap bayinya erat.

Pasya menatap kedua polisi itu dengan tatapan datar. "Terima kasih karena sudah menjalankan tugas dengan baik. Namun, masalah ini akan kami selesaikan dengan kekeluargaan. Kami tidak menghendaki penangkapan Delia." Jelasnya.

"Tapi ibu Jesika sendiri yang menginginkan proses hukum." Salah satu polisi itu berucap tegas.

"Jesika sudah menarik ucapannya. Kami baru selesai membicarakannya bersama di pemakaman tadi. Lagi pula ini adalah kasus bunuh diri. Surat itu ... kami akan mencari tahu kebenarannya. Kami akan langsung menghubungi kalian jika menemukan bukti jika Delia benar-benar berselingkuh." Pasya menjelaskan sambil mengepalkan telapak tangan sampai buku-buku jarinya memutih.

Kedua polisi itu melirik Delia yang berlindung di balik punggung Pasya.

"Baik, kami mengerti." Salah satu polisi itu berkata sambil memberi kode pada rekannya agar kembali ke mobil.

Tidak lama kemudian, salah satu polisi itu kembali mendatangi Pasya dan menyerahkan tas milik Delia.

Setelah kedua pihak berwajib itu pergi, suara Pasya kembali terdengar. "Menjauh."

Delia menarik napas panjang, lalu menghelanya dengan pelan. Berharap dengan begitu perasaannya segera membaik. Ia berusaha untuk tidak memasukkan ucapan pedas Pasya ke dalam hati.

Delia bersama Pasya memasuki mobil. Hanya ada mereka berdua, dan biasanya Delia akan berbicara banyak, dan Pasya akan menanggapi kecerewetannya dengan tawa renyah. 

Namun, kini semuanya telah berubah. Delia tidak pernah berpikir jika di masa depan akan tiba bencana seperti ini. Semuanya hancur dalam sekejap mata, dan dia tidak akan pernah terbiasa dengan perubahan yang tiba-tiba ini.

Perjalanan yang ditempuh kurang dari satu jam, seolah terasa berjam-jam bagi Delia.

Sampai akhirnya kendaraan Pasya memasuki wilayah perumahan yang mereka tempati.

Posisi rumah mereka berada di bagian terdepan dari arah gerbang utama perumahan. Setelah memasuki kediaman mereka, Pasya ke luar lebih dulu dan membawa tas Delia.

Delia ke luar tanpa dibantu oleh suaminya. Namun, hal itu tak jadi masalah. Selama dirinya bisa kembali menempati rumah ini bersama Pasya. Maka dia akan merasa baik-baik saja.

Saat Delia memasuki rumah dan menuju ke kamar utama. Pasya lebih dulu ke luar dari kamar mereka dengan ekspresi dingin. Melirik kecil pun sama sekali tidak. 

Delia menghela napas panjang. Sepertinya mulai hari ini dia harus menghadapi sosok Pasya yang berbeda sepenuhnya. 

"Meski apapun yang terjadi. Aku tidak akan pernah menyerah dengan pernikahan ini," lirihnya sambil memasuki kamar.

Delia membaringkan bayinya ke atas ranjang. Kedua lengannya yang pegal langsung terasa ringan. Delia ingin berbaring, tetapi karena menyadari pakaiannya yang kotor. Ia pun berniat menggantinya lebih dulu.

Delia membuka kedua pintu lemari dalam satu kali tarikan bersamaan. Namun, saat itu juga kedua kelopak matanya melebar sempurna.

Kosong! Pakaiannya sudah tak ada di lemari besar itu. Sontak saja Delia memandang ke arah meja rias, dan di sana pun juga sama kosongnya! 

"Malam ini terakhir kau tidur di sini. Jangan pernah menginjakkan kaki ke kamar ini lagi. Besok kau akan tidur di kamar lain," ucap Pasya yang tiba-tiba saja masuk dengan tatapan menghunus tajam. 

Delia dengan cepat menyadarkan diri di pintu lemari, khawatir tubuhnya akan jatuh terkulai setelah mendengar ucapan Pasya.

"Maksud Mas, kita akan berpisah kamar?" Delia bertanya dengan suara yang terdengar serak.

"Tidak ada yang sudi untuk tidur bersama istri yang sudah berselingkuh." Singgung Pasya terang-terangan.

"Tapi, Mas-"

"Kalau tidak terima. Aku akan menceraikanmu dalam waktu dekat." Ancam Pasya. Raut wajahnya menunjukkan keseriusan, dan Delia menyadari itu.

"Mas, jangan bicara seperti itu. Anak kita-"

"Anakmu, Delia! Dia bukan anakku!" bentak Pasya sambil menunjuk bayi Delia.

Tubuh Delia benar-benar luruh ke lantai setelah Pasya meninggalkan kamar.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status