Home / Urban / Badai Sang Pemberani / 007. Hati yang Merah

Share

007. Hati yang Merah

Author: Iq Nst
last update Last Updated: 2025-08-13 10:16:07

Cuaca sore hari menjelang senja kala itu cukup cerah, matahari mulai condong memancarkan cahaya merah. Lampu-lampu jalanan kota mulai berkilau. Calvin duduk di sudut apartemennya., tatapannya kosong menatap layar ponsel yang sejak tiga hari tidak menampilkan satu pun pesan atau panggilan dari sang kekasih. Setiap bunyi notifikasi yang terdengar membuatnya berharap--dan setiap kali itu pula hatinya kembali runtuh saat hanya mendapati pesan biasa dari orang lain.

Ia mengingat senyum Nadya di malam terakhir mereka bertemu. Senyum yang penuh harapan, senyum ceria yang masih terlukis dalam ingatannya, senyum yang percaya bahwa mereka akan segera memulai kehidupan baru bersama. Ikrar yang terucap dari lubuk hati mereka bersama atas nama cinta yang terlahir dari perasaan tulus.

Matahari terbenam sempurna, malam menjelang, Calvin masih menunggu, ia tak bisa terlelap, pikirannya melayang memikirkan Nadya sampai matahari terbit kembali dari ufuk timur.

Pagi itu, berita itu datang bagai petir yang menyambar. Seorang tetangga memanggilnya sambil tergesa berkata dan menunjukkan berita daring dari layar ponsel: "MAYAT WANITA DITEMUKAN MENGAPUNG DI TENGAH LAUT OLEH NELAYAN, DIDUGA KORBAN PEMBUNUHAN."

Tubuh Calvin kaku, tapi jantungnya berdetak begitu keras hingga nyaris terdengar.

Ia membaca detail berita itu - lokasi, ciri-ciri tubuh, bahkan gaun yang dikenakan korban. Semua sesuai. "Tidak mungkin... tidak mungkin Nadya." gumamnya pelan.

Dengan langkah gemetar, ia menuju kantor polisi. Dan di ruang forensik dingin yang dipenuhi aroma obat kimia, ia melihat tubuh itu.

Tubuh wanita yang pernah ia peluk dengan penuh kasih. Kulitnya tampak pucat, bibir membiru, namun Calvin mengetahui pasti... dia adalah Nadya.

Lututnya goyah, air matanya jatuh menetes pelan. Tangannya meraih jemari Nadya yang dingin, menggenggamnya seolah masih bisa memberi kehangatan.

"Nadya... kenapa kau pergi tanpa menungguku?" bisiknya, suaranya terdengar pelan, lirih menahan sesuatu yang bergejolak hebat di dadanya.

Di dalam benak Calvin, hanya ada satu janji yang kini mengeras menjadi tujuan dan tekad. Ia akan membalas semua. Semua rasa sakit harus di bayar lunas.

Mata Calvin memerah bagaikan bara api, satu wajah tergambar di kepalanya: MIGUEL CORTEZ.

"Kau akan menyusul, Miguel... dengan caraku." gumamnya pelan setengah berbisik.

*****

Langit sore mulai memerah ketika Calvin duduk sendirian di tepi pusara Nadya. Angin lembut berhembus, namun hatinya terasa sesak dan panas. Tanah merah di hadapannya masih basah, aroma bunga segar bercampur dengan bau tanah yang baru di gali. Di batu nisan itu, nama Nadya terukir indah - tapi bagi Calvin, setiap huruf yang terlihat seperti sayatan tajam yang menggores dalam jiwanya.

Ia menanti kabar tentang Miguel. Sang pembunuh yang menurut kabar telah berada di kota ini sejak sejam yang lalu. Miguel-lah yang merenggut nyawa Nadya dengan kejam. Sosok pria yang dulu ia anggap sebagai pahlawan dan sahabat sekaligus mentor, ternyata adalah iblis kejam yang menyamar dengan jas mahal dan senyum yang menipu.

Beberapa menit Calvin hanya terdiam menatap ke arah pusara, matanya kosong namun rahangnya mengeras.

Saat itu, tiba-tiba ponselnya bergetar. Nama seseorang terpampang di layar : MIGUEL.

Calvin menghela napas panjang, lalu menjawab tenang. "Hallo, Tuan Miguel."

Dari sana Miguel membalas, "Calvin... aku baru tiba sejam yang lalu dari Mexico," suara Miguel terdengar santai, seolah tak ada apa-apa yang terjadi. "Kita harus bertemu malam ini, datang ketempat biasa ya... di club malam Estrella. Kita akan bahas jadwal pertarungan selanjutnya. jangan lupa, nanti malam pukul sembilan, di tempat biasa ruang VIP."

Calvin membiarkan jeda hening beberapa detik sebelum menjawab, suaranya tetap tenang namun sarat dengan bara api yang di sembunyikan. "Baik. Malam ini aku pasti datang."

Tak ada pembicaraan yang lain, tanpa basa-basi, seolah semua berlalu tanpa ada sedikitpun persoalan yang menjadi hambatan dari hubungan bisnis keduanya. Kemarahan yang membara di hati Calvin kala itu, ia redam sempurna, seolah telah terlupakan. Semua ia simpan rapat--seperti pisau belati tajam yang disarungkan dengan rapi menunggu saat tepat untuk menebas.

Begitu panggilan ponsel selesai, Calvin menatap kearah batu nisan Nadya sekali lagi.

"Nadya... waktunya telah tiba, aku bersumpah di atas pusaramu. Malam ini, aku akan menuntaskan semuanya," gumamnya lirih, suaranya bergetar oleh amarah yang dingin bagaikan api yang membeku.

Di lubuk hatinya yang terdalam, ia telah menentukan pilihan dan berjanji: malam ini bukan lagi pertemuan bisnis. Malam ini adalah malam berdarah, sebuah pembalasan yang harus dituntaskan... dan Miguel Cortez tidak akan pernah kembali sebelum waktu berganti.

Kala waktu menjelang senja, Calvin melangkah meninggalkan Nadya yang bersemayam di tempat pembaringan terakhirnya.

DENDAM ADALAH API YANG TAK PERNAH PADAM, MEMBAKAR JIWA DARI DALAM DIRI TANPA SEDIKITPUN MEMBERI CAHAYA. KEMARAHAN DAN KEBENCIAN MENDALAM ADALAH BADAI YANG MEMPORAK-PORANDAKAN AKAL, MENENGGELAMKAN PIKIRAN DAN NURANI DALAM GELOMBANG KEGELAPAN TANPA LENTERA YANG DAPAT MEMBERI CAHAYA.

DENDAM DAN AMARAH. KEDUANYA SELALU BERJALAN BERGANDENGAN, MENGIKIS KEDALAM HATI SAMPAI YANG TERDALAM, HINGGA TANPA MENYISAKAN SEDIKIT RUANG UNTUK MEMBUKA CELAH MAAF.

NAMUN BAGI YANG TELAH TERPERANGKAP DALAM LINGKARAN DENDAM DAN AMARAH YANG MEMBARA. API ITU TERASA MENGHANGATKAN, BADAI ITU SEOLAH ADIL DAN MEMBELAI INDAH SEPERTI ANGIN LEMBUT YANG MENYAPA KULIT.

HANYA KETIKA SEMUANYA BERAKHIR, BARULAH KESADARAN MUNCUL--SEBENARNYA DENDAM ADALAH RACUN YANG MENJADI PEMBUNUH BAGI PEMILIKNYA SENDIRI.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Badai Sang Pemberani   030. Sang Juara Baru

    Wasit memberi aba-aba, dan Lisbet langsung meluncur bagai macan lapar. Pukulan beruntun, tendangan cepat, semua di arahkan ke tubuh Valeri tanpa henti. Penonton bersorak histeris melihat intensitas serangan sang juara bertahan. Namun berbeda dengan babak sebelumnya, kali ini Valeri tidak gegabah. Ia bergerak gesit dan lincah, mundur selangkah, memiringkan badan, menangkis seperlunya. Sesekali ia hanya mengangkat lengan untuk menutup serangan, lalu melangkah ke samping menghindar. Lisbet semakin garang, keringat membasahi wajahnya, nafas mulai memburu. Pukulan kerasnya beberapa kali hanya mengenai udara kosong. Valeri seolah tahu persis kapan harus mundur dan kapan harus menghindar. Tribun penonton semakin gaduh. "Kenapa Lisbet tidak berhasil mendaratkan serangan?!" teriak salah seorang komentator." "Valeri sepertinya sengaja mempermainkan tempo pertandingan! ada strategi dalam jurusnya - memancing emosi lawan." Lisbet mulai frustasi. Ia menghentak matras dengan kakinya, la

  • Badai Sang Pemberani   029. Duel dan Kenangan

    Di tribun VIP, Mellisa dan Alvaro duduk tenang memperhatikan. Mellisa melipat tangannya di depan dada, matanya tajam mengamati sang putri. Alvaro, dengan ekspresi santai, hanya sesekali tersenyum tipis, seolah menikmati drama di balik sorakan ribuan orang itu. Sementara Hilda terus berteriak, mengabaikan semua suara lain: "Fokus Valeri! kamu pasti juara!" Dan sorak sorai penonton makin menggila ketika announcer dengan suara lantang mulai memanggil nama finalis ke arena. Pertarungan final kejuaraan karate itu digelar dengan sistem dojo selama tiga ronde, setiap ronde berdurasi tiga menit. Suasana di dalam GOR Nasional begitu riuh. ribuan pasang mata menanti duel antara Lisbet Manuhutu, sang Juara bertahan tiga tahun berturut-turut, melawan Valerie Marcel, sang debutan cantik jelita yang baru pertama kali menembus final. Di sisi kanan arena, Lisbet tampak berdiri tegap. Wajahnya penuh percaya diri, sorot matanya tajam menantang. Ia berpengalaman, mengerti cara menguasai pang

  • Badai Sang Pemberani   028. Menjelang Pertarungan

    Suasana GOR Nasional sore itu begitu riuh. Sorakan para suporter yang sudah berdatangan menggema, bendera-bendera kecil berkibar, dan dentuman musik penyemangat membuat udara semakin panas. Semua tertuju pada dua nama yang akan bertarung nanti malam. Hari itu bukan sembarang hari. Tapi sebuah momen final perebutan medali emas kejuaraan nasional karate mahasiswa. Dan yang lebih istimewa, pertandingan kali ini mempertemukan dua sosok dengan reputasi yang kontras: * LISBET MANUHUTU, sang juara bertahan tiga tahun berturut-turut. Wanita asal Ambon itu dikenal garang, berpengalaman, dan memiliki teknik mematikan. Namanya sudah menjadi legenda di arena karate nasional. * VALERIE MARCEL, sang debutan cantik jelita. Untuk pertama kalinya ia berhasil menembus final. Banyak yang awalnya meremehkan, menganggap kecantikannya lebih cocok menghiasi panggung modeling, bukan atlit karate. Namun langkah demi langkah, ia membuktikan kualitasnya dengan menyingkirkan lawan-lawan tangguh, hingga kin

  • Badai Sang Pemberani   027. Kisah Wanita Konglomerat

    Mellisa Christina adalah nama yang menggetarkan dunia bisnis tekstil di kawasan Asia. - seorang wanita karir keturunan Jawa-Tiongoa. Pada usianya yang sudah melampaui ke-45 tahun, ia telah menjelma menjadi salah satu wanita paling berpengaruh di benua itu. Perusahaannya, Christina Textile Group, bukan sekedar pabrik kain biasa. Dalam dua dekade terakhir, perusahaan tersebut merajai pasar serat, kain premium, hingga ekspor ke Eropa dan Amerika. Namun di balik gemerlap kekayaannya, kehidupan pribadi Mellisa tak selalu mudah. Ia telah menjanda selama 15 tahun setelah kematian suaminya yang pertama, seorang pengusaha ternama asal Francis bernama Marcel, sejak saat itu Mellisa membangun bisnisnya sendiri hingga menjadi perusahaan raksasa di kawasan Asia, dan dari pernikahan-nya dengan suami asal Francis--Marcel, mereka di karuniai seorang anak perempuan yang cantik bernama: Valerie Marcel. Namun setelah Marcel tewas di sebabkan kecelakaan yang terjadi di Francis, Mellisa memilih menutup

  • Badai Sang Pemberani   026. Mengembalikan Badai

    Setelah selesai istirahat siang, rapat kembali di lanjutkan. Aroma kopi hitam masih terasa di udara, sementara raut wajah para perwira tetap penuh ketegangan. Slide baru ditampilkan di layar, berisi bagan jaringan sindikat dan titik-titik merah jalur peredaran barang ilegal yang tersebar di berbagai kota besar Indonesia. Komjen Handoyo kemudian menekan remote control, menampilkan foto beberapa tokoh mafia internasional di layar. Salah satunya: Calvin Law, sang bos besar yang kini namanya bergema di kawasan Asia. "Dia adalah Calvin," ucap Handoyo tegas. "Sosok bayangan yang kita tahu beroperasi di balik banyak bisnis ilegal. Sayangnya, sampai hari ini... dia tak pernah bisa disentuh hukum. Semua upaya kita seakan kandas sebelum sampai kepadanya. Pertanyaannya, siapa yang melindunginya di negeri ini?" Suasana rapat berubah semakin berat. Beberapa perwira saling berbisik, tapi tak ada yang berani bersuara keras. Komjen Handoyo berdiri, menatap semua yang hadir. "Mulai hari ini, s

  • Badai Sang Pemberani   025. Berita Sedih

    Malam semakin pekat. Ombak kecil memecah dermaga, sementara angin laut membawa aroma rasa garam yang menusuk. Badai berdiri tegap, wajahnya masih menyimpan ketegangan yang belum luruh. Marta, Josep, dan Yopie menjaga posisi masing-masing, memastikan tidak ada celah bagi Patrik untuk melarikan diri lagi.Tak lama kemudian, suara deru mesin motor laut terdengar mendekat. Lampu sorot menembus gelapnya malam. Tim kepolisian setempat datang lengkap dengan pasukan bersenjata. Mereka turun dengan cepat, menyebar, dan mengamankan area sekitar."Inspektur Badai!" salah satu komandan tim menyapa sambil memberi hormat singkat. "Kami sudah terima semua laporan Anda. Lokasi langsung steril."Badai mengangguk singkat. "Target utama--sang bos sindikat - Patrik - sudah kami amankan. Hati-hati, dia licik dan cerdik, bahkan sempat membuka borgol coba melarikan diri. Sekarang kondisinya luka tembak di kedua kakinya. Butuh penanganan medis segera."Dua polisi medis segera menghampiri, memberi perban seme

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status