Share

Bab 4

Author: Yola
"Wenny sudah menunjukkan semua buktinya, kamu masih tidak mengakuinya. Aku sangat kecewa padamu. Pantasan Julian selalu berbohong."

Ginos menatapnya dengan kecewa, lalu pergi bersama Wenny dan putrinya.

Susan bisa mendengar percakapannya dengan Wenny dari kejauhan.

"Kak Ginos, aku tidak akan mempermasalahkannya, jadi jangan mengkritiknya lagi. Aku tidak ingin kalian berdua bertengkar karena aku."

"Wenny, kamu memang baik. Tapi, terlalu baik bakal ditindas."

Ini bukan pertama kalinya Susan dituduh oleh mereka.

Ginos membela Wenny, jadi Susan yang selalu disalahkan.

Setiap kali Susan ingin bercerai, Ginos selalu menatapnya dengan kecewa.

"Kamu sendiri hidup di keluarga orang tua tunggal, kamu tahu betapa besar penderitaan yang akan kamu tanggung. Apa kamu ingin Julian mengulang hidupmu? Apa benar kamu begitu egois?"

Jadi, Susan menahannya.

Namun, saat Julian meninggal di kehidupan sebelumnya, Susan menyesalinya.

Harusnya dia membawa anaknya pergi sejak awal!

Untungnya, dia akan mendapatkan surat cerai sebulan lagi, dia tidak akan berhubungan lagi dengan Ginos!

Susan mengantar Julian pulang dengan linglung.

Dalam perjalanan, Julian berkata,

"Bu, aku tidak mau belajar piano lagi, aku juga tidak mau Pak Joses lagi. Jangan nangis."

Matanya sendiri masih bengkak, tetapi Julian malah menghiburnya.

Susan merasa sedih dan bersalah, dia menahan emosinya dan menyeka air matanya, "Ibu nggak nangis."

"Tapi, matamu terlihat sangat sedih."

Mendengar ini, Susan tak kuasa menahan tangis, "Julian, maaf! Semua ini gegara Ibu tak berguna!"

Gegara tak berguna, dia tidak bisa mempertahankan apa pun.

Putranya harus ikut menderita bersamanya.

Julian menepuknya, "Nggak apa-apa, apa pun yang terjadi, Ibu adalah kesayangan Julian."

Susan memeluknya sambil menangis, lalu mereka menyeka air matanya dan pulang.

Ginos bersama Wenny dan putrinya sudah tiba, mereka sedang memindahkan barang.

"Kakak Ipar, Kak Ginos sudah melamarku, jadi aku harus tinggal bersamanya. Apa kamu mengerti?"

Begitu melihat Susan, Wenny segera menghampiri dan memprovokasinya.

Melihat tatapan Ginos yang memperingatkannya, Susan berkata, "Terserah kamu, itu bukan urusanku."

Mumpung dia sudah mau bercerai.

Wenny tidak puas dengan reaksi Susan, "Kakak Ipar, apa kamu marah padaku?"

Mendengar ini, Ginos bergegas menghampiri dan melindungi Wenny di belakangnya.

"Susan, kamu yang menyebarkan rumor kalau Wenny adalah pelakor, sehingga aku terpaksa menikahinya. Kamulah pelakunya, kamu tidak bisa salahkan orang lain!"

Susan terlalu malas untuk membantah, "Ya."

Ginos sangat puas dengan perilaku baiknya hari ini, "Baguslah kalau kamu tahu bersalah. Wenny sedang hamil, biarkan dia tinggal di kamar utama, cahaya di sana lebih bagus."

"Nana suka kamar Julian, untuk sementara kamu dan Julian tinggal di kamar tamu."

Sama seperti dulu, Susan dan putranya harus merelakan apa pun yang disukai Wenny dan putrinya.

Dulu Susan merasa diperlakukan tidak adil dan selalu ingin bersaing.

Sekarang, dia merasa sangat lelah.

"Baiklah."

Awalnya, Susan ingin mengemas, tapi sekarang tidak perlu lagi.

Kalau bukan karena sudah malam dan putranya masih demam, Susan bakal membawa putranya pergi sekarang juga!

Ginos ingin mengatakan sesuatu.

Susan tidak mau dengar, jadi dia menggendong Julian ke kamar tamu.

Julian bingung, "Bu, bukankah kamar tamu untuk tamu? Kita 'kan di rumah sendiri, kenapa harus nginap di kamar tamu?"

"Karena... kita akan segera menjadi tamu di rumah ini."

Susan menempelkan plester penurun demam pada Julian dan membujuknya untuk tidur lebih awal.

Ginos mengetuk pintu ingin menemuinya.

"Ada apa?"

Susan tak pernah menyangka suatu hari dirinya akan kesal menemuinya.

Ginos kesal dengan sikapnya, "Kamu istriku, tidak bisakah aku datang menemuimu?"

Biasanya ketika dia mengatakan ini, Susan selalu membantahnya.

Namun kali ini, dia bahkan merasa sangat lelah untuk menjawab dan tidak ingin mengatakan sepatah kata pun.

Melihat ini, Ginos pun mengerutkan kening.

Dia khawatir Susan akan marah, jadi segera jelaskan padanya.

"Kali ini, memang salahku memberikan kuota Julian pada Nana. Tapi, ayah Wenny menyelamatkanku, Wenny menginginkan kuota ini untuk Nana, aku tidak bisa menolaknya."

Susan berkata dengan sedih, "Kamu membalas budi dengan menyakitiku dan Julian?"
Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Badai Telah Reda, Kau Pun Tiada   Bab 22

    "Ingat, jangan biarkan Susan dan Julian masuk, mengganggu pernikahanku dengan Wenny."Ginos teringat apa yang pernah dikatakannya sebelumnya, dia merasa menyesal.Dia berusaha sekuat tenaga untuk masuk, tetapi gagal. Kemudian, dia mabuk dan jatuh ke air dalam perjalanan pulang.Saat hampir tenggelam, dia diselamatkan.Ginos tidak mati, tetapi ketika sekarat, dia teringat akan hal-hal di kehidupan sebelumnya.Dia terbaring di bangsal dengan penuh penyesalan dan rasa bersalah, dengan air mata mengalir di wajahnya."Ternyata di kehidupan sebelumnya, keegoisanku membunuh Susan dan Julian. Bahkan sepuluh tahun setelah kematian mereka, aku baru sadar kalau diriku tertipu oleh Wenny."Apa Susan juga terlahir kembali?Pantasan dia tiba-tiba setuju untuk bercerai dan sangat membencinya!Ginos menyangka putranya masih hidup, jadi dia masih bisa mendapatkan pengampunan dari mereka.Bagaimana dia menghadapi Susan dan Julian?Kenapa dia begitu bodoh hingga tertipu oleh Wenny?Kenapa dia begitu sok

  • Badai Telah Reda, Kau Pun Tiada   Bab 21

    Ayah Ginos hanya peduli pada Jefry dan tidak memperlakukannya dengan baik. Orang terdekatnya adalah ibunya.Kini ibunya bunuh diri dan ingin putus hubungan dengannya. Hatinya terasa sakit.Namun, Ginos bahkan tidak sempat menghibur ibunya, dia dimarahi oleh para pemegang saham yang mendukungnya."Apa otakmu bermasalah! Kenapa proyek yang sudah diatur bisa jatuh ke tangan Jefry?""CEO macam apa kamu ini? Sampai dipermainkan oleh wanita!"Ada juga pengacara yang menelepon, "Pak Ginos, aku dipercayakan oleh Nona Wenny untuk mengurus perceraiannya denganmu. Dia memintamu untuk meninggalkan seluruh hartamu."Ginos merasa konyol ketika mendengar ini, dia bahkan mengira pengacara itu hanya omong kosong.Dia pergi menemui Wenny di pusat penahanan.Namun, sikap Wenny berubah sepenuhnya, dia terus memarahi Ginos. "Ayahku mati demi menyelamatkanmu. Aku hanya ingin menjadi istrimu, apa aku keterlaluan?""Dasar bajingan yang tidak tahu berterima kasih. Kamu bahkan melapor polisi untuk menangkapku.

  • Badai Telah Reda, Kau Pun Tiada   Bab 20

    Susan mencibir, "Kamu mengaku salah dan ingin menebusnya padaku dan Julian, tapi mana kompensasimu? Kenapa aku tidak melihatnya?"Ginos meraih tangannya dan berkata dengan penuh kasih sayang, "Aku tidak bisa membalas dendam pada Wenny dan Nana, tapi aku bakal memperlakukanmu dan Julian dengan sangat baik di masa depan!""Kamu menyebut tanggung jawab yang memang menjadi milik seorang suami dan ayah sebagai kompensasi... Ginos, kamu sungguh nggak tahu malu!"Susan menarik tangannya dengan paksa, "Aku tidak akan menikah lagi denganmu, kamu menyerah saja!"Ginos melakukan hal-hal dengan tidak jelas, dia dan putranya bakal dirugikan.Federik khawatir dan meneleponnya.Susan hendak menghampiri, tetapi dipeluk erat dari belakang oleh Ginos.Air matanya jatuh di lehernya."Aku hanya tertipu dan melakukan beberapa kesalahan. Lagi pula, tidak terjadi konsekuensi serius. Aku sudah mengakui kesalahan, jadi tolong maafkan aku!"Akan lebih baik kalau Ginos tidak mengatakan ini. Begitu mendengar kata

  • Badai Telah Reda, Kau Pun Tiada   Bab 19

    Mereka terlalu cerewet, Julian sudah mulai makan."Argh uhh, lumpianya enak!""Kunyah, kunyah... siomainya enak. Ayah, aku sayang padamu!"Federik mencondongkan tubuh dan mencium wajah Julian, "Nak, Ayah juga sayang padamu!"Susan sudah lama tidak melihat Julian sebahagia ini.Saat itu, dia merasa mereka seperti sekeluarga.Setelah makan malam, Federik mengantar Susan dan Julian ke taman kanak-kanak.Hari ini ada acara di sekolah, si kecil mengajak mereka berdua.Di perjalanan, Julian berceloteh dengan gembira."Kali ini, aku juga ditemani Ibu dan Ayah. Siapa lagi yang berani menertawakanku tidak punya Ayah, hmph!""Ibu, Ayah, di taman kanak-kanak yang baru tidak ada Nana, tidak ada yang menindasku, aku sangat bahagia setiap harinya.""Kali ini, aku tak perlu iri pada orang lain yang punya ayah, aku juga punya ayah yang sangat hebat!"Julian sangat senang.Makin mendengar, Susan merasa makin tidak nyaman.Putranya sangat pengertian.Selain kuota kelas pianonya dirampas, Julian tak pern

  • Badai Telah Reda, Kau Pun Tiada   Bab 18

    "Ehem!"Susan tersedak air liurnya sendiri.Putranya baru berusia lima tahun, tapi cukup pintar!Wajah tampan Federik memerah.Suasananya sangat canggung."Anakku sayang, jangan asal ngomong. Meskipun menjadi selingkuhan, aku juga selingkuhan yang baik," kata Federik panik.Si kecil bingung, "Oh, ternyata ada selingkuhan baik dan jahat?"Susan memelototi Federik, "Tidak, semua selingkuhan itu jahat!"Dia tidak tahu ternyata Federik pernah berpikir untuk menjadi selingkuhannya!Federik tersenyum, "Ya, ibumu benar. Ayo, Nak. Mainan transformers dua meter yang kubelikan untukmu sudah sampai, coba lihat apa kamu menyukainya?""Aku menyukai semua pemberian Ayah.""Penggombal.""Aku mempelajarinya dari Ayah, hehe."Tak lama setelah mereka berdua keluar, terdengar teriakan si kecil, "Bu, bolehkah fotokan aku dan Ayah?""Iya."Susan berjalan keluar.Federik menggendong Julian di lehernya dan bergaya.Susan mengambil beberapa foto mereka.Setelah makan malam, hujan mulai turun di luar.Julian b

  • Badai Telah Reda, Kau Pun Tiada   Bab 17

    Wenny mendengar suara di luar dan menoleh.Ketika melihat Ginos, dia terkejut dan keluar dengan panik, "Ginos, aku..."Ginos berdiri, menggertakkan gigi dan berkata, "Wenny, aku menganggapmu seperti adikku sendiri, aku merawatmu, bahkan menceraikan orang yang paling kusayangi demi dirimu. Kenapa kamu melakukan ini padaku?"Ginos menatapnya dengan mata merah.Wenny ketakutan dan tergagap, "Ginos, dengarkan aku, bukan seperti yang kamu pikirkan, aku..."Wenny meraih tangannya dan ingin menjelaskan.Ginos mendorongnya dengan keras.Wenny menjerit dan jatuh ke lantai.Dulu, kalau melihatnya seperti ini, Ginos paling khawatir.Sekarang melihatnya seperti ini, Ginos hanya ingat gimana Wenny menipunya dengan penampilannya yang lemah dan menyedihkan ini!Ginos menatapnya dengan marah, "Kamu sendiri yang mengakuinya, sekarang malah mengubah kata-katamu, apa kamu mencoba berbohong padaku lagi?"Kemarin melihatnya mengirim kata-kata provokatif itu kepada Susan, seharusnya Ginos menyadari kemunafi

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status