Share

Bab 3

Author: Yola
Shrr shrrr!

Trofi di tangan Susan jatuh ke lantai dan pecah.

Julian baru berusia lima tahun, tetapi dia suka main piano, terutama pertunjukan piano Joses.

Joses memiliki temperamen yang aneh dan tidak menerima murid.

Susan berusaha keras mendekati istrinya, mengirimkan camilan dan hadiah, serta menemaninya berbelanja dan melakukan perawatan kecantikan...

Setelah dua tahun berjuang, Joses akhirnya menyerah dan memberinya kuota murid.

Susan enggan bercerai di kehidupan sebelumnya, jadi Wenny dimarahi sebagai pelakor untuk waktu yang lama. Kemudian, Ginos merebut kuota murid Julian, katanya untuk menebus Wenny.

Namun, dia sudah setuju untuk bercerai di kehidupan ini.

Kenapa Ginos merebutnya lagi?

Susan merasa seperti ada batu berat yang menekan hatinya.

Dia berjongkok untuk menyeka air mata Julian dan menelepon Ginos.

Tidak ada yang menjawab setelah menelepon lima kali berturut-turut, tetapi Wenny memperbarui postingan lagi.

[Selamat untuk putri kesayanganku, Nana, yang menjadi satu-satunya murid guru Joses. Bakat dan kerja kerasmu akhirnya terlihat olehnya, senang banget!]

Terlampir foto Nana dan Joses.

Postingannya dipenuhi komentar pujian,

[Nana hebat banget, sama seperti ibunya yang cantik!]

[Joses tidak pernah menerima murid, gadis kecil ini pasti sangat genius, 'kan?]

[Aku iri banget, hanya Wenny yang bisa melahirkan putri sehebat itu!]

Semakin cerah senyum Nana di foto itu, semakin sedih Julian menangis.

Napas Susan tercekat di tenggorokannya, dia membawa putranya bergegas ke sana.

Akan tetapi, dia dihentikan oleh Ginos ketika tiba di pintu masuk Keluarga Olio.

Ginos mengerutkan kening pada mereka, "Aku tahu kalian bakal membuat keributan!"

Julian sangat sedih, "Julian tidak membuat masalah, kuota ini memang milikku."

Ginos berjongkok dan menyentuh kepalanya, "Nana juga menyukai Pak Joses, bisakah kamu berikan kuota ini padanya?"

"Tidak, aku juga menyukai Pak Joses!"

Julian baru saja selesai bicara, wajah Ginos langsung berubah.

Dia berdiri dan menatapnya.

"Cukup, kamu ini kakak, Nana adalah adikmu, kakak harusnya mengalah pada adik. Ini cuma sebuah kuota, kenapa harus merebutnya? Kenapa ibumu mengajarimu bersikap picik?"

Julian tidak mengerti kenapa ayahnya mengkritiknya setelah mengambil barangnya?

Dia berdiri tak berdaya, air matanya terus menetes.

Susan merasa sangat sedih melihat ini.

Dia telah berjuang keras di kehidupan sebelumnya, tapi tetap gagal.

Meskipun sangat marah, Susan tetap menahan amarahnya.

"Ginos, aku berusaha keras selama dua tahun demi mendapatkan kuota ini untuk Julian. Anggap saja ini permintaanku padamu, bisakah kembalikan kuota ini pada Julian?"

Ini pertama kalinya Susan memohon pada Ginos selama bertahun-tahun.

Ginos melunakkan hatinya, tetapi, "Aku sudah berjanji pada Nana. Jangan khawatir, aku tidak mengambil kuota ini dengan sia-sia, aku sudah siapkan lego kesukaannya untuk Julian!"

Susan baru menyadarinya.

Tak peduli gimanapun, Ginos selalu punya alasan untuk mengambil barang milik Susan dan Julian, lalu memberikannya kepada Wenny dan putrinya.

Orang yang terjebak dalam kesedihan biasanya tidak bisa mengungkapkan perasaannya.

Susan melewati Ginos dan bergegas ke Keluarga Olio.

Susan yang menjalin hubungan dengan Bu Ema. Selama dia jelaskan, kuota ini akan tetap dikembalikan pada putranya!

Namun, hanya berjalan dua langkah, Susan langsung dipeluk Ginos dan memasukkannya ke dalam mobil secara paksa.

"Ginos, lepaskan, jangan lakukan ini pada kami!" tangis Susan.

"Kamu boleh memukul atau memarahiku, juga bisa minta ganti rugi apa pun. Tapi, hari ini sangat berarti bagi Nana, kamu jangan mengganggunya."

Ginos juga merasa bersalah padanya dan Julian.

Namun apa daya, kuota ini juga sangat penting bagi Nana.

Dia menolak pengakuan Wenny untuk menikahi Susan, jadi dia harus membalas Wenny dengan cara lain. Ginos tidak akan biarkan Wenny menderita lagi.

Susan tidak bisa melepaskan diri.

Saat Ginos melepaskannya, pesta penghargaan telah selesai.

Susan bergegas keluar dari mobil, menemui Bu Ema dan menjelaskan situasinya.

Bu Ema hanya meminta maaf, "Maaf, Susan, pesta penghargaan sudah selesai. Sekarang semua orang tahu kalau Nana adalah murid suamiku. Kalau mengganti muridnya sekarang, bakal sangat memalukan."

Betapa pun Susan tidak rela juga tak berguna.

Bahkan Bu Ema pun tak mampu meyakinkan Joses untuk menerima murid baru lagi.

Bu Ema pulang setelah selesai bicara.

Wenny menggandeng tangan Nana, berjalan menghampiri Susan yang tampak putus asa.

"Kakak Ipar, terima kasih, Nana bisa punya guru sebaik ini berkat kamu. Aku tidak akan mempermasalahkan kalau kamu telah membeli akun media sosial untuk menyebarkan rumor tentangku sebagai pelakor!"

Ginos berdiri di sampingnya dan berkata lembut, "Terima kasih atas kebaikanmu. Kalau Susan bisa bermurah hati sepertimu, aku bakal lega."

Susan sangat marah ketika mendengarkan kata-kata mereka.

Dia berkata dengan sedih, "Ginos, aku tidak membeli akun media sosial!"
Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Badai Telah Reda, Kau Pun Tiada   Bab 22

    "Ingat, jangan biarkan Susan dan Julian masuk, mengganggu pernikahanku dengan Wenny."Ginos teringat apa yang pernah dikatakannya sebelumnya, dia merasa menyesal.Dia berusaha sekuat tenaga untuk masuk, tetapi gagal. Kemudian, dia mabuk dan jatuh ke air dalam perjalanan pulang.Saat hampir tenggelam, dia diselamatkan.Ginos tidak mati, tetapi ketika sekarat, dia teringat akan hal-hal di kehidupan sebelumnya.Dia terbaring di bangsal dengan penuh penyesalan dan rasa bersalah, dengan air mata mengalir di wajahnya."Ternyata di kehidupan sebelumnya, keegoisanku membunuh Susan dan Julian. Bahkan sepuluh tahun setelah kematian mereka, aku baru sadar kalau diriku tertipu oleh Wenny."Apa Susan juga terlahir kembali?Pantasan dia tiba-tiba setuju untuk bercerai dan sangat membencinya!Ginos menyangka putranya masih hidup, jadi dia masih bisa mendapatkan pengampunan dari mereka.Bagaimana dia menghadapi Susan dan Julian?Kenapa dia begitu bodoh hingga tertipu oleh Wenny?Kenapa dia begitu sok

  • Badai Telah Reda, Kau Pun Tiada   Bab 21

    Ayah Ginos hanya peduli pada Jefry dan tidak memperlakukannya dengan baik. Orang terdekatnya adalah ibunya.Kini ibunya bunuh diri dan ingin putus hubungan dengannya. Hatinya terasa sakit.Namun, Ginos bahkan tidak sempat menghibur ibunya, dia dimarahi oleh para pemegang saham yang mendukungnya."Apa otakmu bermasalah! Kenapa proyek yang sudah diatur bisa jatuh ke tangan Jefry?""CEO macam apa kamu ini? Sampai dipermainkan oleh wanita!"Ada juga pengacara yang menelepon, "Pak Ginos, aku dipercayakan oleh Nona Wenny untuk mengurus perceraiannya denganmu. Dia memintamu untuk meninggalkan seluruh hartamu."Ginos merasa konyol ketika mendengar ini, dia bahkan mengira pengacara itu hanya omong kosong.Dia pergi menemui Wenny di pusat penahanan.Namun, sikap Wenny berubah sepenuhnya, dia terus memarahi Ginos. "Ayahku mati demi menyelamatkanmu. Aku hanya ingin menjadi istrimu, apa aku keterlaluan?""Dasar bajingan yang tidak tahu berterima kasih. Kamu bahkan melapor polisi untuk menangkapku.

  • Badai Telah Reda, Kau Pun Tiada   Bab 20

    Susan mencibir, "Kamu mengaku salah dan ingin menebusnya padaku dan Julian, tapi mana kompensasimu? Kenapa aku tidak melihatnya?"Ginos meraih tangannya dan berkata dengan penuh kasih sayang, "Aku tidak bisa membalas dendam pada Wenny dan Nana, tapi aku bakal memperlakukanmu dan Julian dengan sangat baik di masa depan!""Kamu menyebut tanggung jawab yang memang menjadi milik seorang suami dan ayah sebagai kompensasi... Ginos, kamu sungguh nggak tahu malu!"Susan menarik tangannya dengan paksa, "Aku tidak akan menikah lagi denganmu, kamu menyerah saja!"Ginos melakukan hal-hal dengan tidak jelas, dia dan putranya bakal dirugikan.Federik khawatir dan meneleponnya.Susan hendak menghampiri, tetapi dipeluk erat dari belakang oleh Ginos.Air matanya jatuh di lehernya."Aku hanya tertipu dan melakukan beberapa kesalahan. Lagi pula, tidak terjadi konsekuensi serius. Aku sudah mengakui kesalahan, jadi tolong maafkan aku!"Akan lebih baik kalau Ginos tidak mengatakan ini. Begitu mendengar kata

  • Badai Telah Reda, Kau Pun Tiada   Bab 19

    Mereka terlalu cerewet, Julian sudah mulai makan."Argh uhh, lumpianya enak!""Kunyah, kunyah... siomainya enak. Ayah, aku sayang padamu!"Federik mencondongkan tubuh dan mencium wajah Julian, "Nak, Ayah juga sayang padamu!"Susan sudah lama tidak melihat Julian sebahagia ini.Saat itu, dia merasa mereka seperti sekeluarga.Setelah makan malam, Federik mengantar Susan dan Julian ke taman kanak-kanak.Hari ini ada acara di sekolah, si kecil mengajak mereka berdua.Di perjalanan, Julian berceloteh dengan gembira."Kali ini, aku juga ditemani Ibu dan Ayah. Siapa lagi yang berani menertawakanku tidak punya Ayah, hmph!""Ibu, Ayah, di taman kanak-kanak yang baru tidak ada Nana, tidak ada yang menindasku, aku sangat bahagia setiap harinya.""Kali ini, aku tak perlu iri pada orang lain yang punya ayah, aku juga punya ayah yang sangat hebat!"Julian sangat senang.Makin mendengar, Susan merasa makin tidak nyaman.Putranya sangat pengertian.Selain kuota kelas pianonya dirampas, Julian tak pern

  • Badai Telah Reda, Kau Pun Tiada   Bab 18

    "Ehem!"Susan tersedak air liurnya sendiri.Putranya baru berusia lima tahun, tapi cukup pintar!Wajah tampan Federik memerah.Suasananya sangat canggung."Anakku sayang, jangan asal ngomong. Meskipun menjadi selingkuhan, aku juga selingkuhan yang baik," kata Federik panik.Si kecil bingung, "Oh, ternyata ada selingkuhan baik dan jahat?"Susan memelototi Federik, "Tidak, semua selingkuhan itu jahat!"Dia tidak tahu ternyata Federik pernah berpikir untuk menjadi selingkuhannya!Federik tersenyum, "Ya, ibumu benar. Ayo, Nak. Mainan transformers dua meter yang kubelikan untukmu sudah sampai, coba lihat apa kamu menyukainya?""Aku menyukai semua pemberian Ayah.""Penggombal.""Aku mempelajarinya dari Ayah, hehe."Tak lama setelah mereka berdua keluar, terdengar teriakan si kecil, "Bu, bolehkah fotokan aku dan Ayah?""Iya."Susan berjalan keluar.Federik menggendong Julian di lehernya dan bergaya.Susan mengambil beberapa foto mereka.Setelah makan malam, hujan mulai turun di luar.Julian b

  • Badai Telah Reda, Kau Pun Tiada   Bab 17

    Wenny mendengar suara di luar dan menoleh.Ketika melihat Ginos, dia terkejut dan keluar dengan panik, "Ginos, aku..."Ginos berdiri, menggertakkan gigi dan berkata, "Wenny, aku menganggapmu seperti adikku sendiri, aku merawatmu, bahkan menceraikan orang yang paling kusayangi demi dirimu. Kenapa kamu melakukan ini padaku?"Ginos menatapnya dengan mata merah.Wenny ketakutan dan tergagap, "Ginos, dengarkan aku, bukan seperti yang kamu pikirkan, aku..."Wenny meraih tangannya dan ingin menjelaskan.Ginos mendorongnya dengan keras.Wenny menjerit dan jatuh ke lantai.Dulu, kalau melihatnya seperti ini, Ginos paling khawatir.Sekarang melihatnya seperti ini, Ginos hanya ingat gimana Wenny menipunya dengan penampilannya yang lemah dan menyedihkan ini!Ginos menatapnya dengan marah, "Kamu sendiri yang mengakuinya, sekarang malah mengubah kata-katamu, apa kamu mencoba berbohong padaku lagi?"Kemarin melihatnya mengirim kata-kata provokatif itu kepada Susan, seharusnya Ginos menyadari kemunafi

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status