Share

Badmi 4

Author: nura0484
last update Last Updated: 2022-01-03 19:54:57

Perkataan Irwan yang tiba – tiba membuat Naila memandang kearahnya dimana banyak hal yang ada dalam isi kepala Naila saat ini, Irwan sendiri tersenyum melihat reaksi dari Naila saat ini yang baginya sangat menggemaskan.

“Maksudnya partner?” Irwan mengangguk “jadi Irwan yang dibilang sama Mbak Lila itu kamu?” sekali lagi mengangguk membuat Naila menutup wajahnya “aku kan nggak boleh suka sama tapi kenapa sekarang jadi istrinya,” ucap Naila dengan suara kecilnya tapi masih dapat di dengar Irwan.

“Kamu bisa tidur seranjang denganku atau memilih kamar lain, tapi kalau kamu memutuskan berada dalam satu ranjang yang berarti sudah siap melayani kebutuhan alami yang aku inginkan, jadi putuskan sendiri karena aku nggak mau memaksa kamu dan cukup sudah memaksakan pernikahan ini sama kamu.”

Irwan melangkah ke arah lemari es membuat Naila mengikuti apa yang dilakukannya, menatap isi lemari es yang tampak penuh dengan berbagai macam bahan masakan membuat Naila membelalakkan matanya.

“Kamu punya caviar mahal ini?” Irwan mengangguk sekilas “gaji chef di H&D Group besar juga ternyata.”

Irwan menghentikan langkahnya menatap Naila penuh selidik “memang kamu nggak tahu berapa gaji kamu?”

Naila mengangguk ragu “nggak keseluruhan karena memang nggak ada pembicaraan mengenai gaji, bagi aku ada tempat untuk mempelajari hal baru kenapa nggak.”

Irwan menggelengkan kepala mendengar perkataan Naila, menatap dalam diam apa yang dilakukan Irwan saat ini dimana mengambil ponselnya dan menghubungi seseorang. Naila sendiri tidak tahu siapa yang saat ini dihubungi oleh Irwan karena memilih melakukan hal lain yaitu menatap isi lemari es milik Irwan.

“Awas aja kalau gajinya lo buat kecil karena gue butuh banget ini.”

Naila mendengar sekilas mengenai isi pembicaraan Irwan hanya saja mencoba untuk tidak peduli sama sekali, perkataan Irwan mengenai dirinya membutuhkan sesuatu membuat Naila bertanya – tanya apa yang dibutuhkan oleh pria itu. 

“Memang kamu membutuhkan uang untuk apa?”

Irwan menghentikan gerakannya saat memotong daging dengan menatap Naila bingung “kamu mendengar pembicaraanku?”

Mengangguk dengan sedikit takut atas reaksi dari Irwan “suara kamu keras jadi pastinya aku dengar.”

Irwan tersenyum “itu tadi aku hubungi Leo yang tidak lain adalah pemimpin hotel dan restoran dari H&D Group.”

“Kalian dekat?” Irwan mengangguk “berarti anak Pak Wijaya dan istrinya?” sekali lagi mengangguk “lihat Pak Wijaya nggak seperti kebanyakan pengusaha lain apalagi istrinya yang tampak polos dengan penampilannya.”

Irwan mengangguk “kamu akan lebih terkejut lagi melihat anak – anaknya macam Leo.”

Naila memandang apa yang saat ini dibuat oleh Irwan “kamu mau buat spagheti?” Irwan mengangguk “apa nggak kebanyakan buat segitu?”

“Leo akan datang kesini bersama dengan Endi memberikan hadiah pernikahan kita,” jawab Irwan “apa kamu ingin menikah di hotel, kalau memang mau aku akan minta potongan harga ke Leo.”

“Memang bisa?” Irwan mengangguk “hotel mahal begitu paling potongannya dikit.”

“Kamu belum mengenal mereka, sayang.”

Wajah Naila seketika memanas mendengar kata yang keluar dari bibir Irwan, panggilan yang dilakukannya sejak mereka resmi semakin lama semakin membuat jantungnya berdetak kencang.

“Kamu ada acara besok?” pertanyaan Irwan membuat Naila tersadar dari lamunannya.

Menggelengkan kepala “aku masih cuti paling lusa baru masuk itupun ke rumah sakit dan nggak lama.”

“Mau ikut ke hotel?”

Tawaran Irwan memang menggiurkan siapa saja tapi Naila memikirkan banyak hal termasuk mengenai hubungan mereka, Naila sedikit takut orang lain tahu siapa yang dinikahi Irwan yang tidak lain adalah chef di hotel tersebut ditambah memiliki hubungan persahabatan dengan sang pemilik.

“Memang fans kamu nggak masalah kamu tiba – tiba datang bersama aku?”

Irwan mengangkat alisnya mendengar pertanyaan Naila “aku disana kerja bukan bahas masalah fans dan aku nggak peduli, kamu bisa tanya sama Leo dan Endi bagaimana aku saat sudah berada di tempat kerja.”

Naila hanya diam saat Irwan mengatakan hal itu “apa yang bisa aku bantu?” mencoba mengalihkan pembicaraan yang membuat hubungan mereka menjadi aneh nantinya.

“Aku ingin memasakkan kalian terutama kamu.”

Sekali lagi Naila hanya diam mengamati apa yang Irwan lakukan saat ini, dapat terlihat bagaimana terampilnya Irwan saat berada di dapur. Tidak ada dalam benak Naila mendapatkan suami macam Irwan yang memiliki profesi sebagai chef, selama ini pria yang hadir dalam kehidupan Naila bermacam-macam profesi tapi tidak dengan chef.

Menatap Irwan yang tampak sibuk dengan segala peralatannya yang digunakan serta bahan-bahan yang ada di meja, Naila mendatangi Irwan dan menatap apa yang dilakukan pria itu dalam diam. Melihat bumbu apa saja yang dimasukkan dan Naila ingin rasanya menghentikan penggunaan bumbu yang Irwan masukkan, terbiasa dengan hidup sehat dan sekarang harus kembali pada hal yang sudah sangat lama dihindari. Naila bukan tidak memakan makanan luar hanya saja membatasi, kalaupun bisa lebih baik dirinya memasak sendiri atau makanan rumah yang pastinya sudah sesuai standard yang dia lakukan.

TING TONG 

“Tolong bukakan sepertinya mereka berdua.” Irwan mengatakannya tanpa menatap Naila.

Memilih membuka pintu dan pemandangan pertama yang Naila adalah dua pria tampan, membuat Naila menatap tanpa berkedip sama sekali. Suara dehaman membuat Naila tersadar dan langsung membuka pintu lebar, seketika menepuk keningnya langsung menyuruh orang masuk kedalam rumah.

“Endi dan itu tadi Leo.” Endi mengulurkan tangan membuat Naila menatapnya dan membalas uluran tangan “Selamat buat pernikahan kalian, Irwan pasti di dapur bukan?” Naila mengangguk “Ayo kita masuk bersama.”

Naila melangkah bersama Endi disampingnya dan mendapati Leo duduk santai di meja makan sambil menatap Irwan memasak, Naila bingung duduk dimana tapi Endi meminta Naila duduk bersama dengan mereka. Mengikuti langkah Endi dengan duduk berhadapan, tidak tahu harus bersikap seperti apa karena bertemu Leo yang tidak lain adalah CEO di hotel tempatnya bekerja nantinya.

“Nggak usah takut karena aku juga pegawai meskipun posisi lebih tinggi dan lebih diuntungkan karena anak pemilik, tapi percaya tanggung jawab lebih berat dan menyiksa dibandingkan kalian. Kalau nggak percaya tanya sama dia.” Leo menatap Naila lembut dengan menunjuk Endi “Kita belum berkenalan Leo sahabat Irwan, jika hanya kita kamu bisa memanggil Leo tapi tidak di hotel atau kantor H&D Group karena kalau sampai ketahuan yang digantung bukan kamu tapi aku.”

“Walaupun dia pimpinan hotel tapi selalu mencari makanan gratisan disini, jadi nantinya kamu jangan terkejut kalau tiba-tiba mereka datang kesini sesuka hati.” Irwan meletakkan hasil masakannya diatas meja.

Naila menatap apa yang Irwan masak, secara penampilan memang menggiurkan hanya saja belum tentu cocok dengan lidah Naila. Setelah Irwan menyuruh makan baru mereka memulainya dan ternyata tidak berlangsung lama Naila memuntahkan makanan Irwan membuat semua menatap bingung.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Badmilove 2   Badmi 49

    Melahirkan adalah hal yang membuat Naila merasakan perasaan tidak tenang selama beberapa hari mendekati waktunya, semua hilang dengan hadirmya keluarga baik dari pihak Naila sendiri dan juga Irwan. Memilih berada dirumah kedua orang tuanya dibandingkan hotel, membuat kebutuhan Naila tercukupi.Irwan sudah menjual rumahnya dengan mengganti membeli rumah tidak terlalu jauh dari hotel, lebih tepatnya rumah tersebut tidak jauh dari rumah kedua orang tua mereka. Langkah ini Irwan ambil agar memudahkan mereka menjaga Naila jika memang dibutuhkan, meskipun pada akhirnya Naila lebih banyak tinggal di rumah kedua orang tuanya.“Ma, kayaknya sudah waktunya ini.” Naila mengatakannya saat merasakan perutnya sakit.“Masih kuat jalan?” tanya Indira yang diangguki Naila.Berjalan perlahan dengan bantuan Indira menuju ke mobil, memasukinya dengan perlahan berkat bantuan sopir dan juga Indira. Mengatur nafas agar bisa melahirkan dengan tenang, meng

  • Badmilove 2   Badmi 48

    Tatapan Evan membuat Naila hanya diam, tidak bisa bergerak sama sekali. Keputusan menemui Evan sudah dipertimbangkan dari lama, meminta bantuan Bagas untuk bertemu dengan Evan tanpa sepengetahuan Irwan.“Selamat buat kehamilan kamu, agak tidak menyangka kehamilan kamu bisa sebesar ini.” Evan membuka suara membuat Naila hanya diam tidak tahu harus menanggapi seperti apa atas perkataan Evan “Aku tahu kamu merasa terbebani, beberapa minggu atau lebih tepatnya setelah aku tahu kamu hamil banyak hal yang aku pikirkan.” Naila menelan saliva kasar mendengar kata-kata Evan.“Aku nggak tahu harus menanggapi apa, Mas.” Naila membuka suara.Evan tertawa membuat Naila menatap bingung “Kayaknya kamu nggak harus menanggapi apapun, semua bermula dari aku yang nggak bisa membuat semuanya menjadi mudah. Aku seharusnya sadar kalau kita nggak mungkin bersama, tapi aku memaksa kamu sampai berbuat hal gila.”“Tempat

  • Badmilove 2   Badmi 47

    Suasana dalam kamar terasa panas, Naila melanggar perkataan Irwan dengan turun ke dapur hotel. Naila pikir Irwan akan keluar lama tapi nyatanya hanya beberapa menit, bertepatan dengan Naila sedang memeriksa kelayakan dari makanan yang akan dikeluarkan. Kehamilan diri sudah berjalan melewati trimester, tepatnya bulan kelima dan sangat diluar prediksi dimana Naila hamil kembar yang semakin membuat Irwan protektif dengannya.Hembusan nafas kasar terdengar membuat Naila memejamkan matanya “Berapa kali aku bilang kalau kamu jangan kesana, Nay.” Naila semakin menundukkan kepalanya “Aku khawatir sama kamu.” Irwan menghembuskan nafas kasar “Kalau kamu nggak mikirin aku nggak papa tapi setidaknya kamu mikirin anak yang ada dalam perut kamu itu.”Irwan keluar dari kamar dengan membanting pintu, Naila hanya diam dengan menundukkan kepalanya. Perbuatan Naila memang salah dan sangat salah, Irwan memang tidak suka jika dirinya turun ke dapur hotel

  • Badmilove 2   Badmi 46

    Pendekatan dengan mertua, Naila merasa anak yang tidak berguna sama sekali. Menikah dengan Irwan tidak pernah mencoba dekat dengan keluarganya, bukan hanya mertua tapi juga saudara Irwan yang lain kecuali Frida dan Awang tentunya. Naila tahu jika keluarga Irwan tidak jauh berbeda dengan keluarga lain, hanya saja pernikahan mendadak membuat Naila tidak tahu bagaimana harus bersikap pada mereka.“Nay, makanan udah siap.” Naila menatap Wati yang membuka pintu kamar mereka “Irwan bilang kalau kamu masih harus dalam kamar, dikira orang hamil itu penyakitan apa.”Naila tersenyum mendengarnya “Ibu sendiri udah makan?”“Udah tadi sama ayah, mau dibantu nggak berdiri dari ranjang dan melangkah ke dapur?” Naila menggelengkan kepala dan tahu jika ibu mertuanya sedang menggoda.“Mas Irwan itu terlalu takut aku kenapa-kenapa, Bu.” Naila menggelengkan kepala dan berjalan kearah Wati “Ibu kasih tahu supay

  • Badmilove 2   Badmi 45

    “Rumah ini mau aku jual.” Irwan membuka suara saat mereka sudah berada didalam kamar “Aku minta bantuan ke papa dan ayah.”Naila mengerutkan keningnya “Kenapa dijual?” Irwan terdiam “Dekat sama rumah Dona?” tembak Naila langsung “Mas masih nggak bisa melupakan Dona?”“Bukan masalah melupakan, tapi aku mau menghargai perasaanmu. Aku nggak enak aja punya rumah dekat sama dia.” Irwan menjelaskan “Lagian kita nggak selamanya tinggal di apartemen atau hotel, kita perlu rumah buat masa depan kita bersama anak-anak.” Irwan berkata dengan membelai perut Naila perlahan.“Aku nggak masalah sama rumah ini, ya...meskipun dekat sama Dona tapi bukan suatu hal yang perlu membuat kita harus pindah. Alasan Mas Irwan nggak masuk akal, suatu saat hubungan kalian pasti baik-baik saja, Dona wanita yang cerdas mungkin saat ini belum bisa menerimanya tapi aku yakin perlahan dia pasti bisa menerim

  • Badmilove 2   Badmi 44

    Naila menatap tidak percaya dengan kehadiran keluarga mereka berdua di rumah, Irwan membawa Naila pulang ke rumah yang sudah lama tidak mereka datangi. Kedatangan mereka membuat Naila mendapatkan pelukan hangat dari mereka semua, tidak tersenyum menerima pelukan dari mereka semua.Mrndengarkan para orang tua yang memberikan banyak nasehat tentang kehamilan, membuat Naila hanya bisa diam dan mengangguk. Bukan hanya Naila tapi Irwan juga mendapatkan banyak nasehat, tidak bisa menggambarkan dengan kata-kata perasaannya saat ini.“Makannya tetap yang sehat berarti?” tanya Wati yang diangguki Naila pelan “Bisa kamu buat, Mas?” menatap tajam pada Irwan yang hanya mengangguk “Jangan berbuat aneh-aneh lagi.”“Mas Irwan udah jago buatnya, Bu.” Naila mengatakan sebenarnya membuat Wati menggelengkan kepalanya mendengar pembelaan Naila.“Ibu lebih senang kamu yang sama Irwan.” Wati membelai wajah Naila pelan

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status