Share

Badmi 4

Perkataan Irwan yang tiba – tiba membuat Naila memandang kearahnya dimana banyak hal yang ada dalam isi kepala Naila saat ini, Irwan sendiri tersenyum melihat reaksi dari Naila saat ini yang baginya sangat menggemaskan.

“Maksudnya partner?” Irwan mengangguk “jadi Irwan yang dibilang sama Mbak Lila itu kamu?” sekali lagi mengangguk membuat Naila menutup wajahnya “aku kan nggak boleh suka sama tapi kenapa sekarang jadi istrinya,” ucap Naila dengan suara kecilnya tapi masih dapat di dengar Irwan.

“Kamu bisa tidur seranjang denganku atau memilih kamar lain, tapi kalau kamu memutuskan berada dalam satu ranjang yang berarti sudah siap melayani kebutuhan alami yang aku inginkan, jadi putuskan sendiri karena aku nggak mau memaksa kamu dan cukup sudah memaksakan pernikahan ini sama kamu.”

Irwan melangkah ke arah lemari es membuat Naila mengikuti apa yang dilakukannya, menatap isi lemari es yang tampak penuh dengan berbagai macam bahan masakan membuat Naila membelalakkan matanya.

“Kamu punya caviar mahal ini?” Irwan mengangguk sekilas “gaji chef di H&D Group besar juga ternyata.”

Irwan menghentikan langkahnya menatap Naila penuh selidik “memang kamu nggak tahu berapa gaji kamu?”

Naila mengangguk ragu “nggak keseluruhan karena memang nggak ada pembicaraan mengenai gaji, bagi aku ada tempat untuk mempelajari hal baru kenapa nggak.”

Irwan menggelengkan kepala mendengar perkataan Naila, menatap dalam diam apa yang dilakukan Irwan saat ini dimana mengambil ponselnya dan menghubungi seseorang. Naila sendiri tidak tahu siapa yang saat ini dihubungi oleh Irwan karena memilih melakukan hal lain yaitu menatap isi lemari es milik Irwan.

“Awas aja kalau gajinya lo buat kecil karena gue butuh banget ini.”

Naila mendengar sekilas mengenai isi pembicaraan Irwan hanya saja mencoba untuk tidak peduli sama sekali, perkataan Irwan mengenai dirinya membutuhkan sesuatu membuat Naila bertanya – tanya apa yang dibutuhkan oleh pria itu. 

“Memang kamu membutuhkan uang untuk apa?”

Irwan menghentikan gerakannya saat memotong daging dengan menatap Naila bingung “kamu mendengar pembicaraanku?”

Mengangguk dengan sedikit takut atas reaksi dari Irwan “suara kamu keras jadi pastinya aku dengar.”

Irwan tersenyum “itu tadi aku hubungi Leo yang tidak lain adalah pemimpin hotel dan restoran dari H&D Group.”

“Kalian dekat?” Irwan mengangguk “berarti anak Pak Wijaya dan istrinya?” sekali lagi mengangguk “lihat Pak Wijaya nggak seperti kebanyakan pengusaha lain apalagi istrinya yang tampak polos dengan penampilannya.”

Irwan mengangguk “kamu akan lebih terkejut lagi melihat anak – anaknya macam Leo.”

Naila memandang apa yang saat ini dibuat oleh Irwan “kamu mau buat spagheti?” Irwan mengangguk “apa nggak kebanyakan buat segitu?”

“Leo akan datang kesini bersama dengan Endi memberikan hadiah pernikahan kita,” jawab Irwan “apa kamu ingin menikah di hotel, kalau memang mau aku akan minta potongan harga ke Leo.”

“Memang bisa?” Irwan mengangguk “hotel mahal begitu paling potongannya dikit.”

“Kamu belum mengenal mereka, sayang.”

Wajah Naila seketika memanas mendengar kata yang keluar dari bibir Irwan, panggilan yang dilakukannya sejak mereka resmi semakin lama semakin membuat jantungnya berdetak kencang.

“Kamu ada acara besok?” pertanyaan Irwan membuat Naila tersadar dari lamunannya.

Menggelengkan kepala “aku masih cuti paling lusa baru masuk itupun ke rumah sakit dan nggak lama.”

“Mau ikut ke hotel?”

Tawaran Irwan memang menggiurkan siapa saja tapi Naila memikirkan banyak hal termasuk mengenai hubungan mereka, Naila sedikit takut orang lain tahu siapa yang dinikahi Irwan yang tidak lain adalah chef di hotel tersebut ditambah memiliki hubungan persahabatan dengan sang pemilik.

“Memang fans kamu nggak masalah kamu tiba – tiba datang bersama aku?”

Irwan mengangkat alisnya mendengar pertanyaan Naila “aku disana kerja bukan bahas masalah fans dan aku nggak peduli, kamu bisa tanya sama Leo dan Endi bagaimana aku saat sudah berada di tempat kerja.”

Naila hanya diam saat Irwan mengatakan hal itu “apa yang bisa aku bantu?” mencoba mengalihkan pembicaraan yang membuat hubungan mereka menjadi aneh nantinya.

“Aku ingin memasakkan kalian terutama kamu.”

Sekali lagi Naila hanya diam mengamati apa yang Irwan lakukan saat ini, dapat terlihat bagaimana terampilnya Irwan saat berada di dapur. Tidak ada dalam benak Naila mendapatkan suami macam Irwan yang memiliki profesi sebagai chef, selama ini pria yang hadir dalam kehidupan Naila bermacam-macam profesi tapi tidak dengan chef.

Menatap Irwan yang tampak sibuk dengan segala peralatannya yang digunakan serta bahan-bahan yang ada di meja, Naila mendatangi Irwan dan menatap apa yang dilakukan pria itu dalam diam. Melihat bumbu apa saja yang dimasukkan dan Naila ingin rasanya menghentikan penggunaan bumbu yang Irwan masukkan, terbiasa dengan hidup sehat dan sekarang harus kembali pada hal yang sudah sangat lama dihindari. Naila bukan tidak memakan makanan luar hanya saja membatasi, kalaupun bisa lebih baik dirinya memasak sendiri atau makanan rumah yang pastinya sudah sesuai standard yang dia lakukan.

TING TONG 

“Tolong bukakan sepertinya mereka berdua.” Irwan mengatakannya tanpa menatap Naila.

Memilih membuka pintu dan pemandangan pertama yang Naila adalah dua pria tampan, membuat Naila menatap tanpa berkedip sama sekali. Suara dehaman membuat Naila tersadar dan langsung membuka pintu lebar, seketika menepuk keningnya langsung menyuruh orang masuk kedalam rumah.

“Endi dan itu tadi Leo.” Endi mengulurkan tangan membuat Naila menatapnya dan membalas uluran tangan “Selamat buat pernikahan kalian, Irwan pasti di dapur bukan?” Naila mengangguk “Ayo kita masuk bersama.”

Naila melangkah bersama Endi disampingnya dan mendapati Leo duduk santai di meja makan sambil menatap Irwan memasak, Naila bingung duduk dimana tapi Endi meminta Naila duduk bersama dengan mereka. Mengikuti langkah Endi dengan duduk berhadapan, tidak tahu harus bersikap seperti apa karena bertemu Leo yang tidak lain adalah CEO di hotel tempatnya bekerja nantinya.

“Nggak usah takut karena aku juga pegawai meskipun posisi lebih tinggi dan lebih diuntungkan karena anak pemilik, tapi percaya tanggung jawab lebih berat dan menyiksa dibandingkan kalian. Kalau nggak percaya tanya sama dia.” Leo menatap Naila lembut dengan menunjuk Endi “Kita belum berkenalan Leo sahabat Irwan, jika hanya kita kamu bisa memanggil Leo tapi tidak di hotel atau kantor H&D Group karena kalau sampai ketahuan yang digantung bukan kamu tapi aku.”

“Walaupun dia pimpinan hotel tapi selalu mencari makanan gratisan disini, jadi nantinya kamu jangan terkejut kalau tiba-tiba mereka datang kesini sesuka hati.” Irwan meletakkan hasil masakannya diatas meja.

Naila menatap apa yang Irwan masak, secara penampilan memang menggiurkan hanya saja belum tentu cocok dengan lidah Naila. Setelah Irwan menyuruh makan baru mereka memulainya dan ternyata tidak berlangsung lama Naila memuntahkan makanan Irwan membuat semua menatap bingung.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status