Share

Badmi 7

Author: nura0484
last update Last Updated: 2022-01-24 12:00:00

Tidak pernah ada dalam bayangan Naila akan berada satu tempat dengan orang yang menjadi pasangan hidupnya, selama ini Benny sendiri memiliki profesi berbeda begitu juga dengan Rafa. Lain halnya dengan Evan yang memang dalam satu tempat hanya saja mereka tidak berada dalam satu departemen atau divisi yang sama, Naila sebenarnya tahu kalau Irwan adalah seorang chef hanya saja tidak menyangka memiliki jabatan yang tinggi. Posisi Irwan dengan Naila sebenarnya sama di H&D Group tapi tidak di hotel atau restoran, Naila berada dibawah Irwan sebagai asistennya dalam menghasilkan menu-menu baru.

“Ganti pakaian kamu sekarang dan ikut setelah ini.” Irwan menatap datar pada Naila yang hanya bisa mengangguk “Kamu tahu dimana pakaian dan juga ruang ganti?” Naila menggelengkan kepala.

Naila menatap Irwan yang berdiri membuka salah satu lemari, melangkah kembali kearahnya dan memberikan bungkusan transparan berisi pakaian. Naila menatap bingung pada Irwan yang tidak bicara sama sekali, kode yang diberikan Irwan seketika membuat Naila tersadar dan langsung masuk ke tempat dimana yang Irwan tunjuk.

Saat Naila keluar tampak Irwan sibuk dengan kertas-kertas yang ada diatas meja, Naila melihat ruangan yang mereka tempati saat ini. Dalam pikiran Naila seorang chef utama berada di tempat yang bagus tapi nyatanya jarak ruangan tidak jauh dari dapur, berjalan dengan duduk dihadapan Irwan yang masih belum menyadari keberadaan Naila dihadapannya.

“Sudah selesai ternyata.” Irwan menatap Naila sekilas “Ayo ikut.”

Naila memegang lengan Irwan yang membuat mereka saling menatap “Kamu akan bilang hubungan kita?”

“Belum waktunya.”

“Kenapa?”

“Kamu mau mereka berpikir kalau kamu masuk sini gara-gara aku?” Naila langsung menggelengkan kepalanya, mendekatkan kepalanya membuat Naila mundur hanya saja pinggang Naila langsung dipegang membuat wajah Irwan semakin mendekat dan mau tidak mau Naila memejamkan matanya sampai merasakan benda kenyal di keningnya “Maaf tadi galak sama kamu.” Irwan membelai pipi Naila pelan “Ayo kita keluar.”

Naila membeku dengan apa yang Irwan lakukan barusan, jantungnya berdetak kencang dan pernikahan mereka yang tidak main-main ini mampu membuat Naila tidak berkutik sama sekali. Tersadar dari lamunannya saat kembali merasakan benda kenyal di bibirnya yang membuat Naila membelalakkan matanya, Irwan tersenyum kecil melihat reaksi Naila sambil merapikan penampilan Naila dengan mengikat rambutnya menjadi tapi.

“Nanti saat di area dapur gunakan pelindung yang baik, jangan sampai rambut kamu jatuh di makanan.” Irwan membelai lembut kembali pipi Naila “Melamunnya nanti kalau dirumah dan kamu bisa bertanya apapun.”

Menatap punggung Irwan yang membuka pintu membuat Naila melakukan hal yang sama, berjalan berdampingan dengan Irwan yang disampingnya menjelaskan ruangan apa saja yang ada disekitar dapur dan tidak tertinggal memperkenalkan mereka satu sama lain. Naila satu per satu mengenal mereka dengan sangat baik, selepas berkenal dengan mereka Irwan menjelaskan lengkap mengenai latar belakang mereka.

“Ini area dapurnya untuk yang tidak perlu melihat pekerjaan kita.” Irwan menunjukkan dapur yang menurutnya dapur kotor “Kita ke dapur yang kalau masak bisa dilihat oleh pengunjung.”

Mereka melangkah keluar dari dapur menuju salah satu ruangan yang tertutup, sebelum membuka pintu Irwan memberikan penutup kepala dan juga mulut. Naila yang melihat itu langsung paham dan mengikuti apa yang Irwan lakukan, masuk kedalam yang sudah mulai ramai membuat Naila menatap sekitar.

“Sudah sampai mana?” tanya Irwan membuat Naila mengalihkan pandangan.

Tatapan Naila tidak lepas dari Irwan yang tampak serius mendengarkan penjelasan orang dihadapannya, Irwan memberi kode pada Naila untuk mengikutinya dan pastinya dilakukan dengan yakin pasalnya bagaimanapun Irwan adalah pimpinan tertinggi di area dapur.

“Waktunya 2 menit.” Irwan mengatakan dengan keras membuat semua menghentikan gerakan dengan menatap Irwan “Sebelah saya ini adalah Naila yang bertugas sebagai asisten saya, Naila bukan hanya asisten saya saja jika nanti saya berhalangan atau ada menu baru dari dia maka dia yang akan berdiri disini, paham?” 

“Ya, Chef.” Teriak mereka bersamaan.

“Bagus, jadi hormati Chef Naila sama seperti saya. Sekarang kembali ke posisi sebelumnya dan akan dilanjutkan oleh Chef Derry.” Irwan menatap Derry yang hanya mengangguk.

Naila menatap mereka yang langsung kembali pada posisinya setelah Irwan menutup pembicaraan, mengalihkan pandangan pada Irwan yang berbicara dengan Derry membuat Naila hanya diam mendengarkan. Pembicaraan mereka mengenai hal-hal berkaitan dengan dapur dan juga bahan-bahan persediaan, Naila sendiri tidak tahu bergabung dalam pembicaraan mereka.

“Nanti kita bicarakan kembali.” Irwan berkata dengan santai yang diangguki Derry “Ayo kita lanjut tempat lain.” Naila mengangguk singkat dan memberikan senyum kecil pada Derry setelahnya mengikuti langkah Irwan dari belakang “Nggak usah tebar pesona.”

Memilih tidak membalas perkataan Irwan, tidak lupa mereka melepaskan perlengkapan yang digunakan. Naila memilih menyimpannya dimana Irwan melakukan hal yang sama, langkah mereka sekarang menuju bagian hotel yang menjadi tempat banyak orang lewat. Naila bisa melihat betapa besarnya hotel yang ditempatinya saat ini, dirinya tidak tahu banyak mengenai hotel tempat kerjanya sama sekali. Papanya bilang kalau H&D Group adalah perusahaan besar dan tidak main-main dimana semua orang berlomba untuk bisa sama dengan perusahaan itu, kehidupan anak-anaknya yang berbeda dengan anak-anak kaya pada umumnya.

Terlalu asyik melihat sekitar membuat Naila tidak sadar berada dimana saat ini, menatap sekitar yang tampak bagus membuat Naila memegang ujung baju Irwan. Langkah mereka terhenti dengan saling menatap satu sama lain, dimana tatapan Naila meminta penjelasan dimana mereka saat ini.

“Kita ke ruangan GM yang tidak lain adalah Leo, selanjutnya ke ruangan aku dan kamu sebenarnya.” Irwan menjelaskan membuat Naila mengangguk “Nanti aku minta voucher menginap disini sama Leo buat bulan madu kita.”

“Nggak gitu juga kali, Mas.”

“Ya udah ayo kita ke ruangan Leo.”

Irwan menggenggam tangan Naila yang membuatnya terkejut, memilih diam dan mengikuti langkah Irwan. Langkah Irwan bahkan tidak dihentikan sama sekali oleh seseorang, membuat Naila menatap sekitar mencari keberadaan seseorang.

“Asistennya pasti sedang sibuk, sebenarnya ada lagi hanya saja kalau tidak ada yang penting nggak pernah datang kesini.” Irwan menjelaskan membuat Naila hanya mengangguk.

“Sudah datang Naila?” Leo berdiri menyalami Naila “Rumah sakit dulu?”

“Ya, sudah terlanjur membuat janji dan juga lihat perkembangannya.” Naila menjawab dengan lembut membuat Leo mengangguk.

“Kalian benar nggak mau bulan madu gitu?” tanya Leo menatap Irwan dan Naila bergantian.

“Maunya kasih free buat nikah disini.” Irwan menjawab santai.

“Kaya nggak ada duit aja.” Leo menanggapinya dengan santai “Tadi sudah lihat-lihat?” Naila mengangguk pelan “Sudah lihat kamar khusus buat Irwan?”

“Memang ada?” tanya Naila penasaran menatap Irwan dan Leo berulang kali.

“Pesanan khusus sebelum berangkat ke Surabaya untuk menikah dan minta langsung sama papi.”

nura0484

Bab 5 ada Typo nama ya? Itu Evan ya bukan Endi

| Like
Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Badmilove 2   Badmi 49

    Melahirkan adalah hal yang membuat Naila merasakan perasaan tidak tenang selama beberapa hari mendekati waktunya, semua hilang dengan hadirmya keluarga baik dari pihak Naila sendiri dan juga Irwan. Memilih berada dirumah kedua orang tuanya dibandingkan hotel, membuat kebutuhan Naila tercukupi.Irwan sudah menjual rumahnya dengan mengganti membeli rumah tidak terlalu jauh dari hotel, lebih tepatnya rumah tersebut tidak jauh dari rumah kedua orang tua mereka. Langkah ini Irwan ambil agar memudahkan mereka menjaga Naila jika memang dibutuhkan, meskipun pada akhirnya Naila lebih banyak tinggal di rumah kedua orang tuanya.“Ma, kayaknya sudah waktunya ini.” Naila mengatakannya saat merasakan perutnya sakit.“Masih kuat jalan?” tanya Indira yang diangguki Naila.Berjalan perlahan dengan bantuan Indira menuju ke mobil, memasukinya dengan perlahan berkat bantuan sopir dan juga Indira. Mengatur nafas agar bisa melahirkan dengan tenang, meng

  • Badmilove 2   Badmi 48

    Tatapan Evan membuat Naila hanya diam, tidak bisa bergerak sama sekali. Keputusan menemui Evan sudah dipertimbangkan dari lama, meminta bantuan Bagas untuk bertemu dengan Evan tanpa sepengetahuan Irwan.“Selamat buat kehamilan kamu, agak tidak menyangka kehamilan kamu bisa sebesar ini.” Evan membuka suara membuat Naila hanya diam tidak tahu harus menanggapi seperti apa atas perkataan Evan “Aku tahu kamu merasa terbebani, beberapa minggu atau lebih tepatnya setelah aku tahu kamu hamil banyak hal yang aku pikirkan.” Naila menelan saliva kasar mendengar kata-kata Evan.“Aku nggak tahu harus menanggapi apa, Mas.” Naila membuka suara.Evan tertawa membuat Naila menatap bingung “Kayaknya kamu nggak harus menanggapi apapun, semua bermula dari aku yang nggak bisa membuat semuanya menjadi mudah. Aku seharusnya sadar kalau kita nggak mungkin bersama, tapi aku memaksa kamu sampai berbuat hal gila.”“Tempat

  • Badmilove 2   Badmi 47

    Suasana dalam kamar terasa panas, Naila melanggar perkataan Irwan dengan turun ke dapur hotel. Naila pikir Irwan akan keluar lama tapi nyatanya hanya beberapa menit, bertepatan dengan Naila sedang memeriksa kelayakan dari makanan yang akan dikeluarkan. Kehamilan diri sudah berjalan melewati trimester, tepatnya bulan kelima dan sangat diluar prediksi dimana Naila hamil kembar yang semakin membuat Irwan protektif dengannya.Hembusan nafas kasar terdengar membuat Naila memejamkan matanya “Berapa kali aku bilang kalau kamu jangan kesana, Nay.” Naila semakin menundukkan kepalanya “Aku khawatir sama kamu.” Irwan menghembuskan nafas kasar “Kalau kamu nggak mikirin aku nggak papa tapi setidaknya kamu mikirin anak yang ada dalam perut kamu itu.”Irwan keluar dari kamar dengan membanting pintu, Naila hanya diam dengan menundukkan kepalanya. Perbuatan Naila memang salah dan sangat salah, Irwan memang tidak suka jika dirinya turun ke dapur hotel

  • Badmilove 2   Badmi 46

    Pendekatan dengan mertua, Naila merasa anak yang tidak berguna sama sekali. Menikah dengan Irwan tidak pernah mencoba dekat dengan keluarganya, bukan hanya mertua tapi juga saudara Irwan yang lain kecuali Frida dan Awang tentunya. Naila tahu jika keluarga Irwan tidak jauh berbeda dengan keluarga lain, hanya saja pernikahan mendadak membuat Naila tidak tahu bagaimana harus bersikap pada mereka.“Nay, makanan udah siap.” Naila menatap Wati yang membuka pintu kamar mereka “Irwan bilang kalau kamu masih harus dalam kamar, dikira orang hamil itu penyakitan apa.”Naila tersenyum mendengarnya “Ibu sendiri udah makan?”“Udah tadi sama ayah, mau dibantu nggak berdiri dari ranjang dan melangkah ke dapur?” Naila menggelengkan kepala dan tahu jika ibu mertuanya sedang menggoda.“Mas Irwan itu terlalu takut aku kenapa-kenapa, Bu.” Naila menggelengkan kepala dan berjalan kearah Wati “Ibu kasih tahu supay

  • Badmilove 2   Badmi 45

    “Rumah ini mau aku jual.” Irwan membuka suara saat mereka sudah berada didalam kamar “Aku minta bantuan ke papa dan ayah.”Naila mengerutkan keningnya “Kenapa dijual?” Irwan terdiam “Dekat sama rumah Dona?” tembak Naila langsung “Mas masih nggak bisa melupakan Dona?”“Bukan masalah melupakan, tapi aku mau menghargai perasaanmu. Aku nggak enak aja punya rumah dekat sama dia.” Irwan menjelaskan “Lagian kita nggak selamanya tinggal di apartemen atau hotel, kita perlu rumah buat masa depan kita bersama anak-anak.” Irwan berkata dengan membelai perut Naila perlahan.“Aku nggak masalah sama rumah ini, ya...meskipun dekat sama Dona tapi bukan suatu hal yang perlu membuat kita harus pindah. Alasan Mas Irwan nggak masuk akal, suatu saat hubungan kalian pasti baik-baik saja, Dona wanita yang cerdas mungkin saat ini belum bisa menerimanya tapi aku yakin perlahan dia pasti bisa menerim

  • Badmilove 2   Badmi 44

    Naila menatap tidak percaya dengan kehadiran keluarga mereka berdua di rumah, Irwan membawa Naila pulang ke rumah yang sudah lama tidak mereka datangi. Kedatangan mereka membuat Naila mendapatkan pelukan hangat dari mereka semua, tidak tersenyum menerima pelukan dari mereka semua.Mrndengarkan para orang tua yang memberikan banyak nasehat tentang kehamilan, membuat Naila hanya bisa diam dan mengangguk. Bukan hanya Naila tapi Irwan juga mendapatkan banyak nasehat, tidak bisa menggambarkan dengan kata-kata perasaannya saat ini.“Makannya tetap yang sehat berarti?” tanya Wati yang diangguki Naila pelan “Bisa kamu buat, Mas?” menatap tajam pada Irwan yang hanya mengangguk “Jangan berbuat aneh-aneh lagi.”“Mas Irwan udah jago buatnya, Bu.” Naila mengatakan sebenarnya membuat Wati menggelengkan kepalanya mendengar pembelaan Naila.“Ibu lebih senang kamu yang sama Irwan.” Wati membelai wajah Naila pelan

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status