Davin's pov
Aku terhelak ketika wanita di depanku menanyakan hal ini. Aku mulai merasa bingung bagaimana menjawabnya.. aku pun mulai mendekat padanya. Namun, ia mundur dan menjauhiku, bahkan ia menampakkan wajahnya yang marah dan bingung pada bersamaan.
"Kau siapa diriku!!" Teriaknya dengan keras dan nyaring.
"Aku suami sahmu! Kau hilang ingatan, jadi aku harus memberimu waktu agar dapat mengingatnya.. aku tidak ingin kau shock kembali," jawabku dengan ketar ketir dan menatapnya dengan cemas.
"Hilang ingatan?" Tanyanya dengan bingung dan mulai terduduk di lantai.
"Apa saja yang hilang selama ini?.." lanjutnya lagi dan mulai menengadahkan kepalanya ke atas.
"Pernikahan kita dan.. janin di tubuhmu."
Ia mulai menyentuh perutnya yang hampa dan datar dengan sedih..
"Sepertinya.. ugh!"
Ucapannya terpotong oleh keluhan dari bibirnya
Halo readers... ini part selanjutnya sudah di publish. Selamat membaca dan salam sehat untuk semuanya.... mohon maaf bila masih terdapat kesalahan dalam bab ini.Violetta's povAku mulai terbangun dan merasakan bahwa aku terbaring di sebuah kasur empuk. Aku pun duduk menghadap dinding kamar dan melihat kamar ini. Walaupun belum yakin akan kembalinya ingatan yang menghilang, aku tetap berusaha menekan perasaan tersebut jauh ke bawah.Tap, tap, tap...Aku mulai membersihkan diri dan merapikan berbagai kain yang berantakan. Kulihat almari yang menampilkan sebuah dress kasual berwarna biru laut yang sudah berada di sini ketika aku mampir dari rumah Rio saat itu.. dengan segera, kugenakan dress biru laut tersebut.Aku pun dengan segera berjalan pelan keluar dari kamar. Setelah itu aku menuruni tangga dan bersiap memasakkan sebuah makanan untuk Davin. Ternyata masih jam 4.30Set
Salam sehat para readers... hari ini thorbaru saja memperbarui tampilan latar pada Bahtera Pernikahan. Semoga kalian menyukainya, hehehe... Sekian, selamat membaca dan menikmati hasil karya saya ya, makasih...Violetta's pov Dengan segera, ia mulai menarik lengan bajuku dan ketika di dekat meja, ia melemparkan sebuah buku investasi ke depan pandanganku. Aku pun mulai mengambil berkas tersebut dan membacanya secara teliti. Ketika aku membaca file tersebut, aku mulai mengerti. Sepertinya ia akan membatalkan keikutsertaannya dalam menginvestasikan uang untuk proyek penggalian emas di daerah Sumatera. dengan segera aku melihat laki laki itu yang menungguku dengan malas. "Apakah kau ingin batal berinvestasi?" Tanyaku to the point dan tak bertele tele lagi. Kulihat ia yang memandangku dengan tegas dan mengangguk. "Proyek ini kurang menguntungkan bagi investo
Malam readers... mon maap atas keterlambatan updatenya. Tadi pagi penyakit alergi kambuh plus pas udah sembuh harus mengerjakan pr yang berjibun. Selamat membaca dan salam sehat semuanyaaa...Violetta's pov Seketika , aku mulai menoleh ke belakang dan mengangguk dengan ragu. Kulihat Davin yang mulai tersenyum dan mengacak rambutku saat mendekat. Ia pun mulai berjalan ke depan dan tertawa kecil. "Aku hanya bercanda. Jangan terlalu dianggap serius," timpalnya dan membuatku mulai langsung merasa gregetan. Aku pun mulai menghadangnya dan mengatakan sesuatu secara gamblang dimana perkataan yang telah dikeluarkan itu akan membuatku menyesal di kemudian saat. "Baik, kita sekamar!" Ia yang awalnya tertawa tiba tiba merubah wajahnya menjadi serius dan memandangku dengan bingung. Ia pun mulai menyentuh dahiku dan membuatku semakin kesal....
Violetta's pov Aku mulai menerima lumatan dari Davin perlahan dan membalasnya. Entah kenapa, aku merasa bahwa tubuhku terasa panas dan bergairah. Setelah agak lama berciuman, ia mulai melepaskannya dan membuatku menghirup udara sebanyak banyaknya. Namun, masih tak sampai disana, ia mulai mencium leherku dan menurun hingga ke dadaku. Ia mulai membuka satu persatu kancing bajuku dan menatapku sebentar meminta persetujuan. Aku pun mulai mengarahkan tangannya memasuki bajuku sebagai tanda persetujuan. Setelah lama bergerumul dengannya, kukeluarkan desahku tanpa sengaja dan dengan segera, aku mulai diam dan menekukkan wajahku . Kami berdua memiliki jarak yang sangat dekat sekarang dan bahkan tidak ada sehelai benang pun yang membatasi kita berdua. "Jangan tekukkan wajahmu. Pandangi aku," ujarnya dengan lembut dan suaranya yang cukup rendah memas
Selamat siang readers... mon maap lama updatenya. Sebelumnya lagi ngurus kontrak karya. Makanya agak lama. sekian, selamat membaca dan salam sehat bagi semuanya.....Violetta's pov "Namun, saya memiliki persyaratan untuk investasi ini," ungkapnya dan mulai mengeluarkan selembar kertas yang telah berisi tulisan dan materai. Aku pun mulai memperhatikan dengan saksama kertas itu dan setelah selesai, aku langsung menandatangani kertas itu. Persyaratan itu cukup mudah untuk kutangani sehingga aku berani mengambil risiko. Setelah selesai, aku mulai disuguhi resep oleh pelayan dan mulai memesan crepes suzette yang dari banyak jenis crepes . Ia juga memesan waffle Batavia sebagai pendampingnya lalu mulai menatapku setelah pelayan yang menulis pesanan pergi. "Aku cukup terkesan denganmu. Siapa namamu?" Tanyanya dengan senyum tipis. &
Violetta's pov " kamu kenapa malam malam kesini?" Tanyaku padanya dengan bingung. "Aku udah mau ke Bali besok siang, mau pamitan dulu. Abang mana?" Tanyanya dan kubalas dengan gelengan. "Ia masih di kantor," balasku. "Baik, kak sampaikan salamku padanya ya." "Siapp," balasku dengan tertawa kecil. Aku dengan segera dipeluk olehnya dan mulai membalas pelukannya serta menampakkan senyum. "Hati hati ya," timpalku dan dibalas dengan anggukan darinya. Kami pun bercipika cipiki sebagai perpisahan dalam waktu yang terbilang singkat dan setelah selesai, ia mulai meninggalkan ku . Aku dengan sigap menutup pintu rumah lalu masuk ke dalam. Setelah itu, aku kembali menunggu kedatangan Davin
Violetta's pov Tampak sesosok laki laki yang berdiri di dekat jendela membelakangiku terlihat seolah olah sedang menungguku, aku menjauhkan gagasan yang menjulang dan berputar di ingatanku . mulai kulangkahkan kakiku pada arahnya berdiri. Ketika aku mendekatinya, ia berbalik dan wajahnya tidak sesuai dengan ekspetasiku. "Han, Davin mana?" "Itu tidaklah penting," balasnya padaku dengan datar. "Ini sangat penting bagiku. Tolong katakan Han.. dimana Davin!" Tanyaku dengan tercekat padanya. "Dia..." ucapannya yang lama dan menggantung membuatku semakin cemas dan mulai mendekat padanya. Dengan segera aku mengangkat kedua lenganku dan mengarahkannya ke lengan Rio. Lalu aku menahannya dengan erat. "Seriusan Han! Jangan lama lama!" Hardikku dengan panik dan masih menarik lengan bajunya. "Maafkan aku. Aku tak bisa memberitahumu," balasnya dan dengan segera melangkah ke tempat duduk Davin lalu mengerjakan file. Melihat tindak tanduknya yang tak biasa se
Davin's povKupandangi wajahnya yang bergeser mengalihkan pandangannya melihat ruang ICU lalu melihatku kembali. Ia pun meletakkan tangannya ke bahuku dan tersenyum kecil."Tidak perlu, aku akan mengurus perusahaanmu dan milikku saja.""Kau saja yang menemaninya. Orang sepertiku tidak pantas bersamanya," ujarnya sembari berbalik dan menjalankan kakinya menuju ke luar. Aku pun memandangnya yang mulai menjauh lalu duduk kembali.Aku mulai memutuskan bahwa aku akan menceritakan kejadian itu padanya setelah ia bangkit. Aku pun duduk dan mencerna perkataan yang akan kuucapkan padanya, tanpa kusadari bahwa aku tertidur hingga seorang dokter menyadarkanku."Tuan.."Tuan..."Dengan segera, aku menatapnya dan langsung berdiri. Aku menajamkan pandanganku dan memandangnya dengan tatapan bertanya."Bagaimana keadaannya?" Tanyaku.