LOGINMatahari telah berada tepat di atas kepala dan bersinar sangat terik, membuat orang-orang enggan keluar. Tetapi, butik Relax tetap ramai oleh pengunjung, entah untuk berbelanja atau sekedar melihat-lihat. Kendaraan roda dua dan empat terlihat memenuhi area parkiran di halaman depan hingga ke area parkir di bahu jalan raya. Aldryn pun memarkirkan kendaraannya pada bahu jalan. Ia berjalan menuju butik dengan memakai kaca mata hitamnya untuk menangkis cahaya matahari yang menyilaukan. Ia pun tersenyum, saat melewati parkiran kendaraan di depan butik, karena itu menandakan keramaian pengunjung di dalam butik Relax. Tanpa menunggu lama, ia memasuki butik Relax dan sesaat itu, udara panas berganti dengan kesejukan dan wangi harum aroma lavender, yang merupakan aroma kesukaan Alexa. Aldryn berdiri di tengah ruangan dengan matanya yang mencari sang manajer butik, tetapi tiba-tiba bahunya ditepuk dari belakang dan terdengarlah suara wanita yang akrab di telinganya. "Mas, ngapain? Kok tumb
Dengan wajah pilu, Karel memandangi Alexa yang masih enggan bangun dari tidurnya. Ia menggenggam erat tangan istri yang sangat ia rindukan dengan mata berkaca-kaca. Kerinduan untuk bercanda dan bergurau, saling melemparkan banyolan ringan dan konyol, semakin membuncah. Tetapi, tidak ada yang dapat ia lakukan selain menunggu dan berdo'a. Karel mendekatkan bibirnya ke wajah Alexa, ia pun mencium lembut pipi dan keningnya, lalu ia berucap lirih, "Al, my love, my lovely soulmate, why don't you open your eyes? Don't you miss me? Don't you miss our kids?""Are you happy in your dream? Is there me in your dream?""Open your eyes, my love. Open it, you'll find me waiting for you."Sayangnya, Alexa masih belum merespon apapun dari semua usaha Karel untuk membangunkannya. Rasa yang nyaris putus asa pun menghampiri Karel, terlebih keluarga dari Alexa semakin hari semakin memperlihatkan ketidaksukaannya kepada Karel. Ini semua dipicu oleh peristiwa demi peristiwa yang merugikan Alexa, yang diaw
Kedatangan Donny di ruang perawatan tempat Alexa dirawat, mengejutkan sang bunda dan Nisa, yang juga masih berada di ruangan dan Nisa yang sama sekali tidak pernah mendengar nama Donny sebelumnya pun merasa perlu untuk tetap berada di ruangan."Maaf Bu, beberapa hari yang lalu saya ke butiknya Al, dari sanalah saya tahu kalau Al mengalami kecelakaan dan dirawat disini," tutur Donny."Maaf Pak, tapi Anda siapa, ya?" tanya Nisa yang tidak mendapatkan informasi apapun akan Donny.Kalau aku jujur, aku akan mengundang masalah baru, tapi aku juga lelah menjadi pria bayangannya Al, tapi aku belum gila, batin Donny.Tetapi, demi menjaga perasaan semua pihak, akhirnya Donny hanya dapat menjawab dengan jawaban teraman."Saya cuma teman lamanya Al. Saya juga datang ke resepsi pernikahan Al dan Karel," jawab Donny sambil memperlihatkan foto-foto kebersamaannya bersama Karel dan Alexa saat berada di resortnya."Maaf, saya baru tahu kalau Al terkena musibah. Makanya begitu saya tahu, saya langsung
Sepekan telah berlalu dan tanda-tanda akan kesadaran Alexa belum juga terlihat. Semuanya masih terlihat sama seperti pada hari pertama, hal ini pada akhirnya membuat Karel gelisah. Ia pun berulang kali menanyakannya kepada dokter yang bertanggung jawab menangani Alexa, walaupun ia hanya mendapatkan jawaban yang sama setiap kali ia menanyakannya. "Semua ikhtiar telah kami coba, Pak. Untuk saat ini, kita hanya dapat menunggu kapan ibu Alexa akan sadar. Maaf, hanya itu yang kami dapat lakukan. Mungkin dengan memperbanyak istighfar dan do'a, semuanya akan dimudahkan oleh Allah. Kita tunggu saja, apa rencana Allah dibalik ini semua." Rekaman murottal tiga puluh juz pun bergantian diputar dengan tilawah Al-Qur'an yang dilantunkan Karel atau anggota keluarga lainnya, dengan harapan kesadaran Alexa akan segera terjadi. Bayangan akan kehilangan Alexa untuk selamanya, mulai menghantui Karel dan membuatnya terlihat sangat kusut dan menjadi perhatian dari ibu dan kedua adiknya. "Bang, istirahat
Adzan Isya berkumandang, kondisi Alexa masih belum menampakkan perubahan. Dirinya masih dalam status penurunan kesadaran dan masih dalam perawatan intensif. Keenam putra dan putrinya telah berkumpul untuk melihat kondisi sang bunda, dengan ditemani oleh orang tua Alexa. "Boleh masuk, tapi nggak boleh langsung semuanya. Dua-dua dulu, ya," ucap Mario yang masih berjaga. Putra dan putrinya pun bergantian memasuki ruang perawatan ICU, dimulai dari Rangga dan Kimi. Keduanya melangkah perlahan mendekati Alexa yang tergeletak tak sadarkan diri. Karel yang duduk di samping Alexa, memaksakan dirinya untuk tersenyum ketika Rangga dan Kimi memasuki ruang. Ia pun melambaikan tangannya, meminta keduanya untuk mendekat. "Bi, gimana keadaan ibu?" tanya Rangga, sementara Kimi hanya terdiam memandang sang bunda. "Ya seperti yang kamu lihat, ibu belum sadar. Ibu masih di dunia mimpinya," jawab Karel sambil memandangi Alexa dengan penuh cinta dan sesekali mengelus pipinya. Tetapi, pandangannya bera
"Karl, sepertinya Alexa harus kita MRI, karena...""Do what you have to do, as long as she survive," potong Karel. Tanpa menunggu lebih lama lagi, Mario segera melaksanakan MRI otak pada Alexa dan hasilnya sesuai dengan dugaannya. Terdapat trauma pada kepala bagian belakang akibat benturan keras, tetapi ada satu hal yang diluar dugaan Mario, yaitu trauma tersebut melukai dinding otak. "Dok, ada luka di dinding otaknya," ucap dokter radiologi kepada Mario yang berada di ruang operator. "Iya, I can see that. Hmm selain itu ada luka atau perdarahan yang lain, nggak?" tanya Mario. Setelah mencari dengan memutar-mutar imagenya, operator MRI pun menjawab, "Sepertinya tidak ada lagi, Dok. Hanya dinding otaknya saja yang luka.""Dok, kalau dinding otaknya luka berarti ada kemungkinan amnesia, kan?" tanya Mario untuk memastikan diagnosanya. "Iya, Dok. Tapi kalau dilihat dari tingkat traumanya, ini masih gegar otak ringan. Jadi kesempatan sembuhnya jauh lebih cepat. Biasanya sih, nggak lam






![Malam Itu, Bos! [Hasrat Yang Tak Terpadamkan]](https://acfs1.goodnovel.com/dist/src/assets/images/book/43949cad-default_cover.png)
