Share

73. Akbar: Salah

"Fine!" Kututup mata, berusaha fokus memikirkan ke mana kira-kira Naila akan pergi. Namun, yang muncul malah gambaran es krim cokelat yang sedang meleleh kepanasan. Mungkin aku terlalu lelah.

Lampu kabin telah diredupkan dari tadi, penumpang lain mungkin sudah tidur. Kuatur bangku hingga menjadi tempat tidur. Untuk ukuran badanku, The Room terasa terlalu kecil. Terpaksa berbaring diagonal dengan sedikit menekuk kaki. Tidak terlalu nyaman sebenarnya,  tapi ini yang terbaik karena bangku First Class sudah penuh kemarin.

"Kamu ngga mau es krimnya?" tanyanya ketika aku hendak menarik selimut ke muka.

Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status