Share

72. Akbar: Imajinasi

Kutahan gemetar di bibir. Kuabaikan entakan jantung dalam rongga dada. Kukepalkan tangan agar tak ada getar yang menjalar. Ternyata, begini rasanya mengaku dosa.

Di hadapanku, Alisha tak mengeluarkan sepatah kata pun. Dia hanya memandang tanpa berkedip hingga ponsel di saku kemejaku bergetar. Mulanya kukira jantungku berdebar terlalu keras sampai beresonansi dengan ponsel. Ternyata panggilan video dari GM Baltimore. 

Dia sedang berada di kamar Naila, menunjukkan suasananya melalui kamera. Kuajak Alisha untuk ikut melihat apa yang ada di layar. Kamar Presidential Suite itu tampak sangat rapi seolah memang tak pernah ditinggali. Tak ada barang bertebaran di ruang tamu, pintu kaca ke ruang tidur utama pun tertutup rapat. Saat aku di sana, ruang tidur utama adalah ruang prib

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status