Pertemuan dibubarkan. Para Prajurit kembali ke titik tugas masing-masing, dan ada pula yang kembali ke camp karena belum waktunya bertugas. Sepanjang perjalanan, bahkan sampai di lokasi berjaga, mereka terus membicarakan tentang kemarahan Kaisar.Menurut mereka, Kaisar hari ini sedang sensitif. Menurut mereka pula, Kaisar tidak mungkin sampai mengambil keputusan sejauh ini kalau masalahnya tidak kecil."Gaji kita setiap bulan hanya satu tael perak, jika itu dikoinkan setara dengan dua puluh atau dua puluh lima koin. Bagaimana nanti, kalau gaji kita benar-benar dipotong?" Pikir salah seorang Prajurit, diikuti bisik membisik Prajurit lain.Drap drap drapDerap kuda memecah. Mereka seketika menutup mulut, mereka seketika berpura-pura melihat ke arah lain dan ketika penunggang kuda itu melintas, mereka menundukan kepala tanda menghormati senior.Senior itu tak lain pastilah Jenderal Song Wei. Dengan sepasang mata tajam bagai elang nya, Jenderal dapat menemukan ekspresi mereka yang berbeda
Hari ke-30, musim gugur. Jamuan makan ala Kekaisaran telah dilangsungkan. Para tamu berdatangan, memasuki aula utama lalu mereka dibimbing duduk pada tempat-tempat yang telah disediakan. Para pejabat rata-rata mendapat barisan kedua, sedang pada barisan pertama diisi Pangeran, Tuan Putri, Keponakan Kaisar, Jenderal, Komandan, Menteri senior.Setelah seluruh kursi terisi penuh. Kaisar dan Ratu HongYe memasuki aula melalui pintu samping dikawal Kasim Li.Sebelum Kaisar dan Ratu HongYe duduk pada singgasananya, seluruh hadirin berdiri, membungkuk memberi hormat terkecuali Zhuge Yue."Kami memberi salam pada Paduka, kami memberi salam pada Yang Mulia Ratu. Semoga Paduka panjang umur, semoga Yang Mulia Ratu panjang umur. Semoga Paduka bahagia, semoga Yang Mulia Ratu bahagia."Kaisar duduk, disusul Ratu HongYe. Arah pandang mereka lantas tertuju pada Zhuge Yue yang tenang dan santai.Kaisar tidak marah, berbeda dengan Ratu HongYe yang merasa terluka harga dirinya, karena Zhuge Yue tidak m
Pertanyaan Perdana Menteri Keadilan tidak Zhuge Yue hiraukan. Pria itu dengan tenangnya meneguk arak lalu mencicip tumis kacang panjang buatan juru masak istana.Menurut Zhuge Yue rasa masakan kacang panjang itu hambar. Ia menyingkirkannya, dan mengambil makanan lain seperti daging ayam cincang juga daging daging ayam potong dadu campur potongan wortel dan brokoli.Perdana Menteri sangat memahami karakter Zhuge Yue. Toh, pria itu salah satu yang mendukungnya membalaskan dendam meski ia tidak ikut andil dalam perihal apapun, terkecuali Pasukan besar yang mungkin suatu saat akan diserahkan pada Zhuge Yue."Pangeran."Selain Perdana Menteri Keadilan, istrinya pula ikut menyapa Zhuge Yue. Kali ini, barulah Zhuge Yue menoleh sekaligus tersenyum hangat, mengingat istri dari Perdana Menteri Keadilan merupakan satu-satunya wanita yang sudi menolong Zhuge Yue kala ia kelaparan di usia tujuh atau delapan tahun. "Bibi." Zhuge Yue menyebutnya Bibi.Nyonya Menteri Keadilan mengeluarkan sesuatu da
Sekarang wanita angkuh berstatus Ratu itu berjalan mondar-mandir. Otaknya selalu dipenuhi kelicikan, tetapi kali ini sepertinya ia kehilangan akal sehat, sehingga untuk bernafas saja sulit, bagaimana mungkin ia bisa memiliki ide bagus.Sialan, wanita angkuh itu mengumpat dalam hati.Tidaklah lama, mungkin sekitar satu atau dua dupa kemudian, penjaga kediamannya melaporkan kalau Jenderal Song Wei datang setelah mendengar kabar mayat menggantung itu.Wanita angkuh itu semakin kalang kabut. Bibir bawahannya digigit kuat-kuat sampai meninggalkan setitik darah segar, yang terasa asin juga sedikit manis."Ya ampun, baru kali ini aku hampir gila." Wanita angkuh itu bicara sendiri. Pelayan yang biasa mendampinginya, kini ada di luar, menyambut kedatangan Jenderal Song Wei.Jenderal Song Wei melirik pintu kamar Ratu HongYe sekilas. Meski pria itu selalu bersikap baik padanya, tetapi tak menutup kemungkinan kalau ia sebenarnya tidak terlalu suka pada Ratu angkuh itu."Apa Yang Mulia Ratu ada di
Jenderal Song baru saja keluar dari barak setelah setengah shichen lalu berhasil mendiskusikan masalah penemuan mayat di kediaman Ratu HongYe, juga permasalahan pemotongan gaji bulanan para Prajurit yang malam itu berjaga di aula pribadi; bersama Kaisar. Dari diskusi itu, Kaisar meminta Jenderal Song menyerahkan tanggung jawab penyelidikan mayat pada pihak lain. Tentunya masih dibawah posisi Jenderal Song, sehingga Jenderal Song masih bisa ikut andil tapi tidak secara langsung. Jenderal Song tidak punya wewenang membantah. Pria itu hanya bisa setuju meski sebenarnya ia sangat ingin mengungkap dalang yang selalu melibatkan Ratu HongYe dalam masalah.Satu lagi, Jenderal Song diberi tahu Kaisar, bahwa ia telah kehilangan barang paling berharganya, tetapi ketika Jenderal Song bertanya barang berharga apa yang hilang, Kaisar enggan menjawab.Semua membingungkan.Jenderal Song tidak mau terlihat ikut campur. Pikirnya, mungkin yang hilang adalah barang pribadi Kaisar, jadi Jenderal Song mel
"Cobalah ini."Mulut kecil Ming Yuan masih mengatup rapat, tetapi Nyonya Menteri Keadilan tampaknya sangat tidak sabar menyuapi gadis kecil itu. Ia dengan bersemangat menyodorkan kue kacang hijau buatannya ke mulut Ming Yuan, sehingga Ming Yuan membuka mulutnya sedikit terpaksa.HupppKue kacang hijau itu berhasil masuk. Dengan pupil membesar, Ming Yuan mengunyah kue kacang hijau tersebut."Bagaimana rasanya? Enak? Ini buatan Bibi. Ah, Pangeran memanggilku Bibi, dan karena kau Istri Pangeran, kau juga memanggil aku Bibi."Ming Yuan belum sempat menelan kue kacang hijau itu. Wanita tua di hadapannya sudah memberondong beberapa pertanyaan, sekaligus meminta sesuatu yang sebenarnya tidak penting untuk dijelaskan, karena Ming Yuan secara otomatis akan memanggil wanita itu Bibi, bukan Ibu apalagi Mama.Sebelumnya gadis kecil itu sudah diwanti-wanti Zhuge Yue untuk bersikap anggun, sopan dan sebisa mungkin memperlihatkan kelembutan seorang perempuan.Sekarang gadis kecil itu benar-benar men
"Berapa harganya? Akan aku bayar." Ming Yuan terlalu percaya diri. Ia juga enggan diremehkan. Ia yakin bisa membayar gaun yang diinginkannya itu. Pikirnya paling-paling sekitar 30 atau 50 tael perak. Dan saat ini ia memiliki dua tael emas. Satu tael emas senilai 50 tael perak, jadi kalau gaun itu seharga 30 tael perak, Ming Yuan akan dapat kembalian 20 tael perak atau mungkin dalam bentuk koin tembaga tapi kalau harga gaunnya 50 tael perak, ia cukup memberikan satu tael emasnya tanpa kembalian.Sekarang Pelayan toko hendak menjawab meski kelihatannya ragu. "Gaun ini seharga 150 tael perak, Nona."Ming Yuan terperangah. Rasa-rasanya ia sangat tidak percaya pada harga gaun yang ia sukai itu. Dan rasanya, gara-gara mendengar harga gaun itu, telinga Ming Yuan jadi sakit, jantungnya jadi berdebar bertalu-talu."Apa? 150 tael perak?" Suara Ming Yuan lirih. Hampir tidak terdengar. Atau mungkin hanya didengar ia sendiri. Sungguh malu kalau sampai ia tidak jadi beli karena uangnya kurang."Bag
"Suamiku, apa kau tidak bisa sabar sebentar? Aku baru pergi sekitar dua dupa tapi kau langsung turun tangan dengan wajah khawatir seperti ini." Tanya Ming Yuan.SUAMIKU???Hampir semua gadis mengulang panggilan Ming Yuan pada Pangeran, dalam hati masing-masing. Dan hampir semua gadis nyaris membuang mata serta jantungnya sendiri lalu mereka kemungkinan besar lemas tak sadarkan diri. Reaksi kepala toko pun tak jauh berbeda dari mereka semua. Iris matanya menggelap. Ia nyaris limpung karena otaknya mendadak melemah, tak bisa bekerja secara baik. Akan tetapi, kepala toko secara cepat menguasai diri. Wanita setengah baya itu berdehem. Lantas, begitu hati-hatinya, ia menanyakan apa yang barusan ia dan semua orang dengar."Pangeran … ini …" Pertanyaan yang jelas dan terpikirkan sudah ingin sekali kepala toko keluarkan, tetapi entah apa masalahnya, lidahnya menjadi kelu sehingga ia kesulitan bicara. Zhuge Yue bukannya menanggapi kepala toko. Pria itu malah memandang heran pada Ming Yuan. "