Share

2. Trik Baru

“Gunakan dasimu dengan benar, Alexander.” Kimbeerly berujar setelah memperhatikan penampilan suaminya dari ranjang luas yang ia baringi. Sedangkan Alexander berada di depan kaca seluruh badan sembari memasang jam tangan.

“Aku sibuk memasang jam tangan,” ujarnya yang lantas membuat Kimbeerly menyingkap selimutnya dan mendekat.

“Katakan saja kau malas membenarkannya dan butuh bantuan.”

Alexander hanya menanggapi dengan senyuman tipis lalu membiarkan Kimbeerly sibuk dengan dasi yang ia kenakan. Sorot mata itu terus menatap wajah cantik Kimbeerly. Alexander tersenyum dalam hati. Ia merasa sedikit bersalah dengan apa yang ia lakukan saat ini tetapi egonya memutus semua perasaan yang hadir. Alexander mengalihkan pandangan setelahnya.

“Selesai.”

Alexander melihat pantulan dirinya di depan cermin lalu tersenyum simpul. Ini hari pertama ia masuk dalam perusahaan. Kimbeerly sudah menyiapkan segala keperluannya dengan baik serta wanita itu yang terus menampakkan senyumnya. Harusnya Alexander ikut senang dengan hal itu tetapi sekali lagi, ia membatasi diri agar tidak berlebihan.

“Terimakasih,” ucapnya yang lantas mencium kening Kimbeerly sebelum keluar dari kamar mereka.

Alexander berjalan menuruni setiap anak tangga. Rumah mewah dengan segala perselisihannya. Alexander tertawa sinis dalam hati. Sorot matanya mengedar, meneliti setiap bagian dengan begitu rinci dan menyimpannya dalam memori ingatannya dengan baik.

‘Tidak lama lagi,’ pikirnya.

Alexander menampakkan senyum saat matanya menemukan sosok yang begitu ia kagumi dan benci dalam satu waktu. Itu … ayah mertuanya yang kini sedang menyambut kedatangannya dengan penampilan baru.

“Kau cocok mengenakan apapun,” ujar Jeremy begitu Alexander berada di hadapannya.

Alexander tersenyum sembari mengangguk pelan. “Terimakasih atas pujian anda, Tuan Libason.”

“Baiklah. Kita harus segera pergi ke kantor untuk menyambut Presdir baru kita.”

Alexander kembali mengangguk dengan menampakkan senyumnya. Setelahnya, mereka berdua masuk ke dalam mobil dengan satu sopir yang akan menyetir. Jeremy dan Alexander duduk di bagian belakang sembari berbincang-bincang mengenai sebuah pengalaman.

Alexander mencermati bagaimana Jeremy bicara dan bertindak. Ia sesekali menyunggingkan senyum tipis dan mengangguk. Ya, hari ini pertama kali Alexander bekerja di perusahan milik Jeremy dengan status presdir. Status tinggi yang tentu saja ia dapatkan dengan trik yang ia mainkan dan sesuai dengan rencana yang ia susun sekian lama. Ternyata begitu mudah Alexander mendapatkan apa yang ia mau dengan usahanya yang tidak berhenti. Setiap usaha tidak akan menghianati hasil, begitulah kira-kira yang ia pikirkan.

Alexander mengingat betul percakapan antara dirinya dan Jeremy sebelumnya. Dimana pria baya itu mengatakan sendiri agar Alexander menggantikan dirinya sebagai pemimpin di perusahaan Libason setelah Alexander mengungkapkan pengalamannya bekerja di perusahaan. Untuk kali ini, Alexander memang memiliki pengalamannya sendiri tentang perusahaan.

Mulanya, Alexander hanya mengungkapkan ingin membangun sebuah perusahaan sendiri dan meminta pendapat Jeremy, tetapi pria itu tampak berpikir dan akhirnya memberikan sebuah lembaran surat tentang kepemimpinan perusahaan. Peralihan jabatan dari Jeremy ke Alexander yang begitu mengesankan bagi Alexander karena bisa mendapatkan apa yang ia inginkan lebih mudah dari bayangannya.

“Kau tidak ingin masuk?”

Alexander menyadarkan dirinya dan menoleh. Menyadari bahwa mobil telah berhenti tepat di depan sebuah perusahaan besar dan pintu mobil yang telah terbuka untuk mereka keluar. Alexander menampakkan senyuman tipis dan mulai turun dari mobil bersama dengan Jeremy.

“Mari!” ajak alexander sembari mempersilahkan Jeremy berjalan lebih dulu sebelum ia mengikuti. Bagaimanapun sopan santun adalah hal utama yang harus diperlihatkan pada semua orang, meski itu orang terdekat sekalipun.

Jeremy dan Alexander berjalan masuk dengan beberapa karyawan yang lalu-lalang dan menyapa mereka. Ekspresi penasaran tentang apa yang terjadi sebenarnya begitu terlihat jelas dari wajah karyawan yang telah melihat kehadiran Alexander di perusahaan ini. Namun, Alexander tidak peduli. Ia mengabaikan semua pandangan dan ekspresi mereka yang tidak berguna baginya. Alexander hanya akan membuang-buang waktu jika memikirkan hal seperti itu.

Mereka memasuki lift untuk sampai di ruangan yang telah dipersiapkan. Sesekali Jeremy melihat Alexander dan pria itu yang terlihat tenang.

“Kau tidak terlihat gugup sedikitpun. Apa memang kau sudah terbiasa?”

Alexander menanggapi dengan senyuman. “Kau hanya tidak melihatnya, Tuan Libason. Aku sebenarnya sangat gugup apalagi dengan jabatan yang akan aku terima. Aku tidak bisa berpikir dengan baik sekarang.”

Jeremy terkekeh dengan jawaban polos Alexander. Ia menepuk pundak Alexander pelan sekedar untuk menenangkan menantunya itu, dan Alexander yang membungkukkan badan hormatnya kepada Jeremy. Setelahnya, mereka masuk ke dalam ruangan rapat. Dimana banyak orang-orang penting di dalamnya dengan sebuah meja bundar panjang di tengah-tengah. Jeremy mengajak Alexander duduk bersebalahan dengan orang yang menyambut dengan senyuman.

“Maaf karena telah membuat kalian menunggu.” Jeremy berujar tak lama setelah mendudukkan diri.

“Langsung saja. Seperti apa yang telah diberitahukan kepada kalian bahwa hari ini aku membawa seseorang yang akan khusus kuperkenalkan kepada kalian sebagai penggantiku. Memimpin kalian dan perusahaan ini yang semoga saja akan maju lebih banyak dari ini. Dia … Alexander Lemos. Menantuku sekaligus penggantiku.”

Tepuk tangan meriah memenuhi ruangan dengan beberapa orang penting yang sengaja dikumpulkan. Alexander telah diperkenalkan sebelumnya oleh Jeremy sebagai presdir baru dan disambut banyak orang penting dan hari inilah adalah perkenalan secara resmi dengan mempertemukan mereka dalam satu ruangan. Saling melihat dan berpendapat sendiri dengan apa yang baru saja mereka lihat.

“Kalian bekerjalah dengan baik dan bantu menantuku jika dia mengalami masalah karena sejatinya kekompakan itu akan membuahkan hasil yang lebih memuaskan,” ujar Jeremy yang disambut tepuk tangan lagi oleh mereka.

Alexander tersenyum. Menampakkan wajah ragu juga bahagianya di depan semua orang tanpa dicurigai sedikitpun. Pria itu tak sengaja melihat salah satu orang yang terlihat tidak suka dengan keberadaannya. Ia tersenyum maklum. Bagaimanapun banyak orang yang mengincar jabatan tinggi dalam suatu perusahaan, apalagi jika mereka memang bekerja dengan teliti dan hati-hati. Alexander sedikit kasihan tetapi ia masih lebih tidak peduli apa pendapat orang. Ia juga memiliki usaha sampai bisa di sini.

Alexander berdiri. “Tolong bantu aku dan kita bisa mencapai keberhasilan nantinya,” ujar Alexander lantas membungkukkan badannya dan disambut dengan tepuk tangan lagi oleh mereka yang ada di sana.

Semua orang mulai berhamburan keluar setelah Jeremy memberikan intruksi untuk bubar setelah perkenalan resmi ini kecuali satu orang. Itu pria yang terlihat tidak menyukai Alexander dan masih senantiasa berdiri di samping Jeremy di sebelah kiri.

“Ku harap kau juga membantu menantuku menjalankan perusahaan ini, Ed.”

Pria itu mengalihkan pandangan dari Alexander lalu kepada Jeremy. Ia menampakkan senyuman tipis dan anggukan dengan Alexander yang lantas mengalihkan pandangan. Juga tidak begitu menyukai pria ini yang sebenarnya adalah adik kandung dari Jeremy.

‘Manusia memang penuh dengan kemunafikan,’ batinnya.

“Tentu saja aku harus bekerja sama dengannya, Tuan Jeremy. Bagaimanapun dia juga keponakanku.”

Jeremy menepuk punggung Edward pelan dan mengangguk diiringi dengan senyuman. Sedangkan Alexander ikut tersenyum tipis.

“Baiklah. Edward akan mengantarkanmu ke ruanganmu, Alexander. Semoga saja kau betah bekerja di sini dan aku harap dengan adanya dirimu perusahaan kita menjadi lebih baik lagi.”

“Aku tidak boleh mengecewakan mertuaku, kan?”

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status