Share

Bab 3

Author: Farchahcha
last update Last Updated: 2025-09-08 17:36:23

“Maaf,” ucap pria itu setelah bertemu tatap dengan Tiara. 

“Huh?” Tiara yang mulai sadar bahwa dia sedang menangis. Cepat-cepat dia menunduk menyembunyikan wajahnya. Cepat-cepat dia mengusap jejak air mata di pipi yang bawah mata sebelum berdiri. 

“Maaf, saya akan datang lagi nanti.” Pria itu hampir berbalik. 

Tapi, Tiara menghentikannya. “Ada urusan apa ya?” tanya wanita itu dengan suara yang tercekat. 

“Saya Rafka dokter jaga. Ini jadwal saya memeriksa pasien.” Pria yang bernama Rafka itu melihat ke arah Naren. 

“Ah, jadi anda dokter. Silahkan dok,” Tiara membuka jalan untuk Rafka. 

Rafka dengan menangguk sesaat setelah itu berjalan mendekat ke ranjang Naren. Pria itu melakukan tugasnya sebagai dokter, yaitu memeriksa pasien. 

Namun sesekali Tiara memergoki Rafka mencuri pandang padanya. Membuat dia tidak nyaman, dan memilih sedikit menjauh dari Dokter muda itu. 

Melihat Tiara yang menggeser posisinya, Rafka menjadi paham kalau Tiara tidak nyaman, apalagi di ruang perawatan VIP itu hanya ada mereka berdua dan Naren yang masih dalam keadaan koma. 

“Anda tenang saja, pasien akan segera sembuh dan sadar. Jadi, anda tidak usah khawatir,” ucap Rafka mencoba menghibur Tiara. 

Tiara sedikit tersentak mendengar kalimat penghiburan dari dokter itu. Sepertinya dia berpikir kalau Tiara menangis karena Naren yang terbaring koma. 

Entah kenapa Tiara merasa lega karena dokter itu mungkin berpikir dia menangis karena khawatir dengan keadaan Naren. Alhasil, Tiara tersenyum tipis membalas kata-kata penghiburan yang diberikan dokter itu. 

Padahal alasan sebenarnya adalah lebih buruk. Tiara menangis karena menemukan bukti perselingkuhan suaminya di dalam koper. “Terima kasih, dok. Lalu, bagaimana keadaannya?” tanya Tiara mencoba mengalihkan topik. 

Suara wanita itu sudah lebih baik dan tenang. 

“Keadaan pasien sudah stabil. Tidak ada kondisi yang mengkhawatirkan sejauh ini,” ujar Dokter Rafka. 

Setelah itu percakapan singkat itu Dokter Rafka meninggalkan Tiara, dan melanjutkan tugas lainnya sebagai dokter. 

Sepeninggal Dokter Rafka, Tiara memandangi wajah Naren yang masih terpejam. Wajahnya begitu damai, tidak ada sedikitpun aura dingin dari wajah itu. 

Namun, entah kenapa melihatnya seperti ini dan mengingat apa yang ditemukan di dalam koper suaminya membuat hatinya perih. 

Tatapan mata Tiara sendu. Jejak sembab akibat air mata sebelumnya masih membekas. 

“Aku akan mencari tahu kebenarannya. Apa kamu memang berhubungan dengan Shalsa atau tidak, Kak.” 

Tiara bertekad mencari kebenaran yang terjadi antara suaminya dan Shalsa. Meski dia tahu, kalau ini mungkin saja menyakitinya lebih dalam. 

Dengan langkah mantab, Tiara keluar dari ruang perawatan Naren menuju ruangan Shalsa. 

Tepat di ruangan tempat Shalsa terbaring, langkah Tiara terhenti. Shalsa dirawat di ruang rawat kelas 1. Tidak semewah Naren, tapi tetap saja wanita itu mendapat kamarnya sendiri.

Tangan Tiara meraih gagang pintu dengan ragu-ragu. Dia menarik nafas panjang sebelum membukanya. 

Satu, dua, tiga detik kemudian Tiara mantap membuka pintu itu. Dan, matanya terbuka lebar saat melihat Lucy dan mertuanya ada di dalam ruangan itu. 

Di tengah mereka seorang wanita berpakaian pasien rumah sakit sedang duduk di atas ranjang. Dia adalah Shalsa. Jadi, wanita itu sudah sadar dari koma? Secepat ini?

Mata mereka memicing menatap ke arah Tiara seolah tak suka dengan kehadirannya.

“Mau apa kau kemari?” ucap Rosa sinis.

Ditanya langsung seperti itu membuat Tiara ciut, seolah dia sedang mengganggu kesenangan mereka. “Mmm, itu ma…” suara Tiara tercekat di tenggorokan, tak sanggup melanjutkan kata-katanya. 

“Cih, nggak jelas! Udah sana! Urusin Kak Naren aja, tugasmu itu cuma merawat kak Naren, kenapa malah jalan-jalan sih,” timpal Lucy dengan nada merendahkan. 

Padahal tujuan Tiara kesini adalah melihat langsung wanita yang ada di foto yang dia temukan di koper Naren, suaminya. Tapi, sepertinya waktunya tidak tepat. 

Tiara menunduk, dan melangkah pergi dari ruang perawatan Shalsa. Entah kenapa rasanya sakit sekali saat diusir oleh mertua dan adik iparnya sendiri. Seolah dia tidak dihargai dan hanya seorang pembantu yang merawat Naren. 

Tanpa Tiara ketahui, saat dia melangkah pergi seulas senyum tipis muncul di wajah Shalsa. 

***

Tiara tidak tahu apa salahnya sehingga mertua dan iparnya bisa sangat membencinya. Padahal selama menikah dengan Naren, Tiara selalu memperlakukan mereka dengan baik. 

Dengan kepala yang masih menunduk, Tiara berjalan melewati lorong rumah sakit menuju kamar perawatan suaminya. 

Namun, saat di jalan tak sengaja dia berpapasan dengan Rafka. Sayangnya, hanya Rafka yang melihat Tiara berjalan dengan langkah berat dan bahu yang turun. 

“Anda tidak apa-apa?” tanya Rafka sambil mencondongkan badannya agar sejajar dengan Tiara. 

Tiara yang merasa diajak bicara langsung mendongak. Wajah mereka saling berdekatan, begitu terkejutnya Tiara sampai dia memundurkan tubuhnya dan hampir oleng. 

“Oh,” pekik Tiara yang sudah hampir jatuh ke belakang.

Dengan sigap, Rafka menangkapnya. Beruntung, Tiara tidak jadi terjatuh, tapi posisi mereka sungguh ambigu sekarang. 

Keduanya membeku beberapa detik, sampai akhirnya Tiara mendorong tubuh Rafka.

“Maaf, saya hanya…” ujar Rafka ingin menjelaskan tapi langsung dipotong dengan gelengan kepala Tiara. 

“Saya yang tidak memperhatikan jalan. Ada apa dok?” ujar Tiara. 

Rafka malah terkekeh geli dengan situasi ini. “Tidak, tadi saya cuma tanya apa anda baik-baik saja? Soalnya tadi saya melihat anda begitu suram.” 

Ah, bahkan orang lain pun bisa membaca suasana hatinya. Tiara jadi malu sendiri. “Tidak apa-apa dok. Saya hanya banyak memikirkan sesuatu,” ujar Tiara. 

Rafka mengangguk paham, lalu dia terpikirkan sesuatu. “Rumah sakit ini ada taman rooftop dengan pemandangan yang indah lho… Cocok sekali untuk mendapatkan angin segar.” 

Tiara menaikkan alisnya. “Rooftop?” tanyanya. 

Rafka mengangguk sambil tersenyum ramah. “Oh iya, Caramel Macchiato di kafetaria kami juga enak kok. Menikmati kopi sambil duduk di taman mungkin bisa membantu menyegarkan pikiran anda.” 

Tiara tidak menjawab, dia hanya tersenyum tipis lalu mengucapkan terima kasih pada Rafka. 

Setelah itu mereka berpisah. Entah kenapa setiap kali Rafka melihat Tiara dia merasa ingin menghibur wanita itu. 

Wajahnya terlihat sangat sedih dan murung. “Kenapa dia sedih sekali ya, padahal kan istri pasien itu yang harusnya sedih. Dia kecelakaan dan keguguran saat pergi bersama suaminya.” 

Rafka menuju ruangan Shalsa, dan mulai memeriksa keadaan wanita itu.

“Apa anda merasa pusing atau mual?” tanya Rafka pada Shalsa. 

“Tidak dok, hanya perut saya sedikit sakit dan perih,” ucap Shalsa sambil memegangi perutnya. 

“Mmm, merasa perih di perut ya…” kata Rafka sambil membalik beberapa catatan di tangannya lalu berkata, “Itu wajar bu untuk wanita yang baru keguguran. Rasa perih dan mual terkadang masih muncul, tapi akan segera membaik”

Rosa dan Lucy yang juga berada di sana langsung memeluk Shalsa menenangkan. Rafka ikut tersenyum karena berpikir mereka adalah keluarga. 

Tapi, siapa sangka kenyataan tidak seperti itu. 

Di luar ruangan Tiara tak sengaja mendengar kalau Shalsa hamil. Matanya membelalak kaget. Anak siapa? Mungkinkah itu anak Kak Naren? Tiara bertanya-tanya dalam hatinya. 

Melihat respon Rosa dan Lucy yang seperti itu membuat berpikiran jauh. Wanita itu berdiri di luar ruangan Shalsa, awalnya dia ingin kembali dan bertanya soal Naren. Tapi malah mendapat informasi mengejutkan. 

“Apa mungkin itu anak Kak Naren?” gumam Tiara lirih. 

***

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Balas Dendam Istri yang Tersakiti   Bab 8

    Sudah hampir satu minggu Naren sadar dari koma. Selama itu juga Naren tidak melihat Tiara sama sekali. Dia merasa ada yang aneh, karena Tiara tidak pernah datang menjenguknya sama sekali. Hal yang tidak mungkin terjadi. Mengingat wanita itu yang sangat mencintainya. Tapi kenapa? Kenapa dia tak mendengar kabar wanita itu sama sekali. Apa wajar seorang istri tak pernah mengunjungi suaminya yang sedang di rumah sakit. Naren semakin tidak habis pikir. Padahal selama ini Tiara sangat berisik kalau menyangkut soal dirinya. Hari ini pun sama, Shalsa, Lucy dan mamanya saja yang datang tanpa Tiara. “Ma…” panggil Naren. Mamanya yang sedang memindahkan vas bunga menoleh ke arahnya. “Hmm. Apa kamu perlu sesuatu?” Rosa berbalik mendekat ke arah Naren, anaknya. “Tiara dimana, Ma? Kenapa dia tidak menjengukku?” tanya Naren dengan suara beratnya. Rosa tersentak, tidak mengira Naren akan bertanya soal Tiara. Tidak mungkin dia mengatakan yang sebenarnya pada Naren. Kalau dia yang mengusi

  • Balas Dendam Istri yang Tersakiti   Bab 7

    Padahal Tiara sangat berharap pada Naren saat itu. Harapan ingin dicintai sebagai seorang wanita. Tapi, ternyata cinta saja tidak cukup dalam mempertahankan suatu pernikahan. Tiara memilih mundur, karena tidak ingin jadi istri yang tersakiti lebih dalam. Dia mendesah pelan ketika memasukkan baju terakhirnya ke dalam koper. Ya, dia berada di kamarnya sekarang. Setelah menandatangani form gugatan cerai yang diberikan mertuanya, Tiara langsung pulang ke rumah dan berkemas. Sebelum nantinya dia yang akan diusir, Tiara memilih pergi lebih dulu.“Haahhh, hmmm,” Tiara menghela nafas panjang. Matanya menyapu setiap sudut ruangan kamarnya. “Tiga tahun lalu aku kemari berharap di kamar ini dia melihatku sebagai wanita. Tapi ternyata aku harus pergi dari sini. Ha... ha... ha... lucu sekali,” Tiara tertawa getir. Selama tiga tahun perjuangannya agar dicintai Naren ternyata sia-sia. Tiara mengambil ponselnya dan menelpon seseorang. “Halo kak, ini aku Tiara. Kakak bisa jemput aku?” Entah siap

  • Balas Dendam Istri yang Tersakiti   Bab 6

    Angin malam berhembus menerpa wajah Tiara. Wanita itu sedang duduk di kursi taman rooftop gedung. Pikirannya melayang entah kemana. Saat ini Tiara hanya ingin lari dari kenyataan.Tangan Tiara meremas ponsel Naren. Ponsel yang menampar dirinya, seolah memaksanya sadar akan sesuatu. Pernikahan yang selama ini berusaha dia lindungi, ternyata hanyalah ilusi. Semuanya terlihat jelas, Tiara mendesah. Apa ini memang sudah waktunya dia mundur dari posisi sebagai istri yang tidak dianggap?“Pa… Ma… Apa aku harus menyerah sekarang?” bisik Tiara sambil mendongak ke langit malam. Tanpa sadar dia meneteskan air matanya. Langit malam itu penuh bintang dan sangat cerah, berbanding terbalik dengan suasana hati Tiara saat ini. “Ehem!” sebuah deheman seseorang muncul tiba-tiba. Spontan Tiara menoleh. Alis matanya terangkat sempurna melihat Rafka yang sudah berdiri di belakangnya. Tiara langsung menyapanya dengan mengangguk. “Apa kata saya, angin malam di sini segar, kan?” ujar pria itu basa-basi

  • Balas Dendam Istri yang Tersakiti   Bab 5

    Pipi Tiara masih terasa panas dan perih. Saat ia menoleh ke arah kaca toilet, ternyata ada bekas membiru di sisi wajahnya. Tamparan mertuanya sangat keras hingga meninggalkan bekas. Apalagi penampilannya yang sangat berantakan akibat siraman kopi. Tiara seolah tak memiliki harga dirinya lagi sebagai manusia. “Kenapa aku mendapatkan perlakuan buruk sampai seperti ini?” gumamnya sambil melihat dirinya sendiri di pantulan kaca. “Apa salahku?” tanya dengan tatapan kosong. Tiara terdiam lama di depan kaca sambil melihat dirinya yang berantakan. Ini bukan pernikahan yang dibayangkannya. Mungkin dia bisa bertahan dengan sikap dingin Naren selama ini, tapi… kalau pria itu sudah berselingkuh. Bukankah artinya tidak ada harapan lagi untuk Tiara bertahan.Sebesar apapun rasa cinta Tiara pada Naren. Tapi, kalau hati pria itu untuk wanita lain, apa gunanya. Dan, perlakuan yang diterima Tiara dari mertua dan keluarga Naren lainnya juga sangat keterlaluan. Tiara menggigit bibir bawahnya menaha

  • Balas Dendam Istri yang Tersakiti   Bab 4

    Tiara masih membeku di depan ruangan Shalsa. Masih tidak percaya dengan apa yang dia dengar. Hamil? Shalsa sempat hamil dan keguguran. Rasanya benar-benar runtuh seketika dunia impian Tiara. Dia masih memegang ponsel Naren yang ditemukannya di koper. Wanita itu terduduk di lobi rumah sakit. Menikah dengan Naren adalah impiannya, menjadi istri dan membangun keluarga kecil adalah sesuatu yang selalu diimpikan Tiara. Tapi kenapa, kenapa nasibnya selalu seperti ini. Kesepian dan ditinggalkan. Tiara tidak tahu sudah berapa lama dia duduk sendirian di sana. Sampai sebuah minuman muncul di dekat wajahnya. Tiara mendongak. Dokter Rafka sudah tersenyum padanya sambil memberikan segelas minuman pada Tiara. “Caramel Macchiato. Saya rasa minuman manis lebih baik dari kata-kata semangat. Silahkan..” katanya menyodorkan minuman. Tiara tidak langsung menerimanya. “Tidak usah dokter,” katanya sungkan. Tapi Dokter Rafka memaksa dan akhirnya Tiara menerimanya. “Apa anda masih sedih?” Tiara men

  • Balas Dendam Istri yang Tersakiti   Bab 3

    “Maaf,” ucap pria itu setelah bertemu tatap dengan Tiara. “Huh?” Tiara yang mulai sadar bahwa dia sedang menangis. Cepat-cepat dia menunduk menyembunyikan wajahnya. Cepat-cepat dia mengusap jejak air mata di pipi yang bawah mata sebelum berdiri. “Maaf, saya akan datang lagi nanti.” Pria itu hampir berbalik. Tapi, Tiara menghentikannya. “Ada urusan apa ya?” tanya wanita itu dengan suara yang tercekat. “Saya Rafka dokter jaga. Ini jadwal saya memeriksa pasien.” Pria yang bernama Rafka itu melihat ke arah Naren. “Ah, jadi anda dokter. Silahkan dok,” Tiara membuka jalan untuk Rafka. Rafka dengan menangguk sesaat setelah itu berjalan mendekat ke ranjang Naren. Pria itu melakukan tugasnya sebagai dokter, yaitu memeriksa pasien. Namun sesekali Tiara memergoki Rafka mencuri pandang padanya. Membuat dia tidak nyaman, dan memilih sedikit menjauh dari Dokter muda itu. Melihat Tiara yang menggeser posisinya, Rafka menjadi paham kalau Tiara tidak nyaman, apalagi di ruang perawatan VIP itu

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status