Share

Bab 2

Author: Farchahcha
last update Last Updated: 2025-09-08 17:30:12

Tiara masih mematung melihat isi dalam koper itu. Kenapa ada baju wanita di dalam koper Naren. 

Dia meraih satu ponsel yang asing di dalam koper itu. “Apa ini milik Kak Naren?” gumam Tiara. Dia tidak yakin, tapi beberapa stel baju itu benar milik Naren, lalu laptop, dan kamera sekali pakai. Apa mungkin Kak Naren menggunakan semua ini untuk perjalanan bisnis?

Semua yang ada di dalam koper itu lebih mirip perlengkapan liburan daripada sebuah pekerjaan resmi perusahaan. 

Akhirnya, Tiara memberanikan dirinya untuk membongkar semua isi koper Naren. Dadanya berdenyut ketika menemukan beberapa foto polaroid di dalam koper itu. 

Tubuh wanita itu membeku di tempat dan nafasnya seolah tercekat di tenggorokan. Mata Tiara membelalak ketika melihat foto Naren dan Shalsa yang berada di pinggiran pantai. 

Tidak hanya satu foto, ada beberapa lainnya yang jelas memperlihatkan betapa dekatnya hubungan mereka. Tiara menutup mulutnya, ketika ada satu foto yang tampak sangat mesra. 

Foto itu memperlihatkan suaminya yang mencium mesra kening Shalsa. Dan, ada sebuah foto yang memperlihatkan suaminya berlutut memasangkan cincin di jari wanita itu. 

“Apa maksudnya semua ini?” ucap Tiara dengan suara lirih. Matanya bergetar tak percaya dengan apa yang sudah dilihatnya. 

Sebenarnya apa hubungan Naren dengan Shalsa? Bukankah mereka hanyalah sepupu jauh. Tapi, kenapa? Kenapa? Kenapa mereka…

Deg!

Jantung Tiara seolah berhenti berdetak saking kagetnya. Apa mungkin sikap dingin Naren padanya adalah karena Shalsa?

***

“Kak Naren, menikahlah denganku.” Tiara dengan putus asa mengajak Naren menikah dengannya, di depan kantor JTech. 

Saat itu Tiara adalah seorang penyiar berita yang mendapat tugas wawancara dengan CEO JTech. Tiara senang sekali karena dia akan bertemu dengan Narendra Pratama, kakak tingkatnya saat kuliah dulu. 

Sejak dulu Tiara sudah menyukai Naren. Karena itu, saat mendapat tawaran wawancara dengan CEO JTech Tiara tidak menolaknya. 

Namun, sebelum hari H wawancara, orang tua Tiara mengalami kecelakaan dan dinyatakan meninggal. Sebagai pewaris saham utama perusahaan Santika, semua orang memburunya berusaha menjatuhkan Tiara dan merebut saham miliknya. 

Tiara yang saat itu tidak mempunyai kemampuan mengelola perusahaan hampir kehilangan perusahaannya di rapat dewan direksi. Karena keluarga pamannya hendak merebut semua milik Tiara. Di rapat dewan Tiara harus menyerahkan semua sahamnya untuk mereka karena dirasa tidak sanggup memimpin. 

Itulah yang membuat Tiara dengan putus asa meminta Naren menikahinya. Awalnya Naren menolak, tapi JTech mengalami kerugian besar akibat ada pengkhianat yang menjiplak produk mereka dan merilisnya lebih dulu. 

Saat itulah, kredibilitas JTech dipertanyakan. Tiara datang di waktu yang tepat dan mulai memanfaatkan hal itu untuk meminta Naren menikahinya. 

“Aku akan membantu Kak Naren dengan memberikan sahamku. Asal Kak Naren mau menikahiku dan menggantikanku mengurus Santika Group.” 

Tawaran itu tentu sangat menarik, tapi Naren bimbang karena dia sudah memiliki kekasih yaitu Shalsa. 

Tapi, menyelamatkan JTech adalah tanggung jawabnya, banyak nasib karyawan yang harus diselamatkan. Makanya pria itu mengiyakan. 

Tiara masih tidak menyangka bisa menikah dengan pria idamannya. Narendra Pratama akhirnya menjadi suaminya dan dia juga yang mewakili Tiara dalam memimpin Santika Group. 

Selama menjadi istri Naren, Tiara memutuskan berhenti menjadi penyiar berita. Dia memilih menjadi ibu rumah tangga dan mengurus suaminya. Berharap Naren akan membalas cintanya.

Namun, sepertinya pernikahan ini hanya sebatas perjanjian untuk Naren. Karena sikapnya dingin pada Tiara. Meski pria itu tidak pernah kasar, tapi mereka lebih mirip orang asing yang tinggal dalam satu rumah. 

Naren jarang sekali mengajak bicara Tiara. Tidak ada komunikasi apapun, hanya hal penting-penting saja.

Meski begitu, Tiara selalu bersikap layaknya istri yang baik. Dia selalu menyiapkan makan malam, pakaian dan semua keperluan Naren.

Naren sering melarangnya melakukan itu. “Jangan sembarangan menyentuh barangku!” katanya tajam setiap kali Tiara mencoba membantunya. 

“Berhentilah bersikap baik, kau tidak perlu melakukannya! Pernikahan ini hanya kontrak pekerjaan. Aku tidak menikahimu karena aku mencintaimu, jadi bersikaplah sewajarnya!” ujar Naren saat Tiara ingin memasangkan dasi di kemeja pria itu. 

Alhasil, Tiara mundur. Kontrak pernikahan ya? Padahal Tiara selalu menganggap pernikahan ini sebuah ikatan suci dan sakral. Ternyata tidak bagi Naren. 

Meski selalu diperlakukan dingin oleh Naren, Tiara tetap saja mencintai suaminya itu. “Mau kontrak atau tidak, yang pasti aku adalah seorang istri. Istri Narendra Pratama, jadi aku harus melakukan tugasku sebagai istrinya,” gumamnya menghibur diri sendiri.

Tiara berharap suatu hari Naren akan bisa membuka hati untuknya. Mungkin jika Tiara lebih bersikap baik pada pria itu, tembok pembatas itu akan runtuh juga.

Namun, sekarang Tiara tahu alasan kenapa Naren tidak pernah melihatnya. Itu karena Shalsa, wanita yang selama ini tinggal di hati suaminya. 

Wanita itu masih terduduk lemas di samping koper suaminya. Meremas kuat lembar foto polaroid di tangannya, rasa pedih di hatinya semakin menjalar. Seolah dia sedang menggenggam bara api yang panas. 

Di dalam koper itu Tiara menemukan ponsel Naren, ponsel kedua suaminya. Dia tahu betul, ini bukan ponsel yang setiap hari dipakainya. Karena saat kecelakaan, petugas rumah sakit memberikan ponsel dan dompet pria itu padanya. 

Dengan tangan gemetar dia mengambil ponsel itu. Terkunci. Hanya bisa dibuka dengan sidik jari. 

Tiara menoleh ke ranjang tempat suaminya terbaring koma. Hatinya terombang-ambil antara mencari tahu apa yang terjadi atau tetap membiarkannya seperti ini. 

Ada rasa takut yang muncul di dalam hatinya. Takut kalau semua ini adalah kenyataan. Takut kalau Naren memang ada hubungan dengan Shalsa. 

Apa Tiara sudah siap menerima kenyataan pahit?

Dia menunduk menatap kosong lantai marmer di bawahnya. Sejenak memejamkan matanya. 

“Tiara… Apa kau bodoh?!” umpatnya dalam hati. 

Seolah ingin menyadarkan dirinya sendiri untuk stop bersikap bodoh. Meski sikap pria itu dingin, tapi besar harapannya bahwa Naren bukan pria brengsek yang berselingkuh. 

Tapi jika benar pria itu berselingkuh, apa yang akan dilakukan Tiara? Apa dia harus marah? Atau bercerai? 

Tiara tidak mau bercerai. 

Tapi kenapa rasanya ada lubang menganga di hatinya sekarang. Rasanya dia ingin marah, namun merasa tidak pantas untuk marah begitu mengetahui posisinya di sisi Naren. 

Wanita itu menunduk, bahunya bergetar hebat. Air mata sudah mengalir deras, membasahi wajah putih pucat itu. 

Tiara menangis sendirian sambil meremas ponsel dan foto yang dia temukan di koper Naren. “Kalau kamu berselingkuh dengan wanita itu. Lalu, bagaimana denganku, Kak?” gumam Tiara lirih dan terisak. 

Cintanya begitu dalam untuk Naren. Tapi, apa dia sanggup bertahan jika mengetahui hal seperti ini. Perselingkuhan... tidak pernah terbayangkan di benaknya. 

Saat wanita itu tenggelam dalam kesedihan. Pintu ruang rawat terbuka, Tiara yang masih bersimpuh di lantai mendongak, melihat siapa yang membuka pintu. 

Seorang pria, dengan jas putih tampak seperti dokter, ia terkejut melihat Tiara yang duduk di lantai. Matanya bertemu dengan mata Tiara yang sudah penuh genangan air.

Hening. 

***

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Balas Dendam Istri yang Tersakiti   Bab 21

    “Awh,” Tiara meringis ngilu melihat Rafka membuka perban di kakinya.“Apa rasanya masih sakit?” tanya Rafka mendongak melihat Tiara yang duduk di atas bed hospital. Dia khawatir membuat Tiara kesakitan karena tidak hati-hati saat membuka perban kaki wanita itu. Tiara menggeleng, bibirnya terlihat bergetar tipis. “Sedikit, dok. Rasanya agak ngilu, ya,” candanya menanggapi pertanyaan Rafka. Lalu setelah itu Tiara tertawa kecil. Rafka juga ikut tersenyum jelas senyuman yang disertai rasa bersalah. Pria itu melanjutkan membuka perban di kaki Tiara, kali ini lebih hati-hati.Suhu ruangan itu berubah menjadi dingin, hening, dan hanya suara napas mereka yang terdengar. Begitu perban terakhir terlepas, Rafka menatap luka itu dengan dahi berkerut. “Masih sedikit bengkak,” dahi Rafka berkerut menatap luka di kaki Tiara. “Apa kamu benar-benar beristirahat beberapa hari ini?” tanyanya serius. Tiara menyunggingkan senyum tak bersalah. Dia memang tidak beristirahat dengan baik. Beberapa hari

  • Balas Dendam Istri yang Tersakiti   Bab 20

    “Sebenarnya apa yang mama lakukan di apartemen Tiara?” tanya Naren di dalam mobil pada Rosa yang sudah duduk di sampingnya. “Harusnya mama yang tanya itu padamu! Apa yang kamu lakukan Naren? Jangan bilang kamu mau menemui Tiara. Ren, kalian sudah akan bercerai!” tukas Rosa dengan suara meninggi. Naren mengetatkan rahangnya. “Kalau aku tidak mau bercerai dengan Tiara bagaimana? Ma! Sudah kukatakan aku tidak akan melepaskan Tiara.”Suasana menjadi tegang seketika. Rosa tidak habis pikir dengan Naren. Bisa-bisanya dia berbicara dengan nada tinggi pada ibunya sendiri. “Kau mulai berani dengan mama Ren? Lihat, ini semua adalah pengaruh buruk dari wanita itu. Tiara tidak baik buatmu,” Rosa mencoba meraih tangan anaknya dan berusaha mengambil hati Naren lagi. “Kuharap mama tidak ikut campur dengan rumah tanggaku lagi.” Suara Naren terdengar dingin, pria itu menoleh ke Rosa dengan tatapan tajamnya. “Kalau sampai aku nggak bisa membuat Tiara kembali karena mama. Aku bersumpah, tidak akan

  • Balas Dendam Istri yang Tersakiti   Bab 19

    Siapapun yang disakiti terus menerus pasti akan mulai melawan, begitupun Tiara yang sudah disakiti oleh pernikahannya. Bayangan kebahagiaan setelah menikah dengan Naren ternyata tidak pernah Tiara dapatkan. ***Tiara terbangun dalam tidurnya, matanya langsung menatap ke arah jendela kamar. Cahaya matahari pagi terlihat mencuri masuk dari sela-sela gorden. Tiara mulai merenggangkan ototnya setelah bangun tidur. “Akh!” rintih nya.Kakinya yang masih diperban masih terasa nyeri. Hari ini dia tidak ke kantor dan cuti sampai kakinya sembuh. Pelan-pelan dia menggerakkan kakinya untuk turun dari ranjang. Perlahan Tiara keluar dari kamarnya menuju dapur. Dia menyambar ponselnya yang ada di meja ruang tamu. Mengecek beberapa pesan, Tiara terdiam sesaat melihat layar ponselnya. “Kenapa dia menelpon sebanyak ini?” gumamnya. Di dalam layar ada begitu banyak panggilan tak terjawab dari Naren. Itulah yang membuat Tiara mengernyit heran. Untuk apa pria itu menelponnya, padahal dulu dia jara

  • Balas Dendam Istri yang Tersakiti   Bab 18

    Naren duduk di sisi ranjang dengan mata yang melihat ke foto pernikahannya dengan Tiara, foto itu tergantung di dinding. Dia menghela nafas sambil melihat senyuman Tiara. Wanita itu terlihat bahagia sekali menikah dengannya tiga tahun lalu. Tapi kenapa Tiara berubah menjadi dingin dan sinis. Setelah kecelakaan yang membuat Naren koma, semua tentang Tiara berubah bagi Naren. Bahkan beberapa jam lalu wanita itu mengusirnya. Padahal dia sudah mengatakan kalau dia tidak mau bercerai. “Katamu kau mencintaiku dulu,” gumam Naren sambil melihat ke arah foto Tiara. Pria itu berdiri dan mengelus frame foto itu. Rasanya hampa sekali tidak ada Tiara di sampingnya. Apalagi saat melihat ada Andreas di sekitar Tiara. Entah kenapa Naren ingin sekali menarik Tiara agar menjauh dari pria itu. “Kamu tidak bisa ninggalin aku gitu aja, Ra!” gumam Naren sambil mengepalkan tangannya di sisi tubuh. Dia bertekad akan membawa kembali Tiara ke kehidupannya. ***Dengan bantuan Andreas, Tiara sudah sampa

  • Balas Dendam Istri yang Tersakiti   Bab 17

    Naren berjalan dengan tergesa-gesa sepanjang lorong rumah sakit. Langkahnya nyaris berlari, napasnya masih terengah-engah ketika sampai di depan ruang IGD. Matanya mulai liar mencari Tiara dari deretan pasien dan petugas medis berseragam putih. Setelah dia tahu kalau Tiara mengalami kecelakaan, pria itu langsung bergegas ke rumah sakit. Naren masih di depan ruang IGD, tak lama seorang perawat berjalan melewatinya. Dengan cepat dia menahan si perawat itu. “Maaf Sus! Apa ada pasien bernama Tiara Santika?” tanyanya. Perawat itu melihat catatannya sekilas, lalu mendongak ke arah Naren. “Tiara Santika, korban kecelakaan mobil?” tanyanya. “Iya bener.”“Pasien sudah dipindahkan ke ruang observasi. Anda bisa langsung ke tempat tidur nomor empat,” ucapnya sambil menunjuk ke arah kanan. “Terima kasih, sus.” Tanpa menunggu lagi, Naren langsung berjalan ke tempat yang dimaksud. Dan, saat dia sampai, Naren melihat sosok Tiara yang sedang duduk bersandar di ranjang. Kepalanya diperban putih,

  • Balas Dendam Istri yang Tersakiti   Bab 16

    Saat mencoba membuka mata, Tiara merasa kepalanya seperti dihantam palu godam, sakit sekali. “Awh!” rintihnya sambil terus memegang kepalanya. “Oh, kamu sudah sadar?” seseorang langsung menyambut kesadaran Tiara. Tiara belum tahu siapa orangnya karena penglihatannya masih kabur. Dia mengerjapkan matanya sampai akhirnya pandangannya bisa fokus. “Oh,” pekiknya saat mengetahui siapa orang itu. “Dokter Rafka?” gumamnya dengan suara serak yang disertai rintihan karena kepalanya yang berdenyut. “Awh!”“Mana yang sakit?” Rafka langsung sigap membantu Tiara yang berusaha bangun. Tiara menggeleng dan menolak halus bantuan Rafka. Dia mulai melihat ke sekeliling dan baru sadar kalau dia berada di rumah sakit. “Ini… Rumah sakit?” tanyanya heran. “Iya, kamu ada di rumah sakit sekarang.” Tiara langsung melihat lurus ke arah Rafka. “Apa yang terjadi? Kenapa aku bisa di sini?” “Kamu tidak ingat? Kamu mengalami kecelakaan tadi. Taksi yang kamu tumpangi menabrak pembatas jalan, untung saja aku l

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status