Charles terpaksa pulang dengan tangan kosong lagi, geram dengan kelakuan istrinya yang terlalu mengedepankan egonya. Charles hanya merasa dirinya tidak sepenuhnya bersalah dalam hal ini, karena Amber terlalu sibuk menurutnya. Lelaki itu tidak tau, jika hati wanita sudah tersakiti, maka tidak akan ada kata maaf untuk kedua kalinya.
"Harusnya, kamu lebih mengerti mauku, Amber!" pekiknya dari dalam mobil.
Meski kesal, Charles tidak tega dengan istrinya. Dia kemudian memesan makanan untuk istrinya dalam jumlah yang banyak. Bukan hanya makanan saja, tapi juga kebutuhan Amber lainnya. Tanpa perlu istrinya itu meminta padanya. Charles harus bisa mengambil hati istrinya lagi, dia tidak menginginkan perpisahan.
[Hallo, Tuan. Nona Citra sudah sadar dari koma panjangnya, apakah tuan akan menjenguknya?]
Baru saja mobil melaju, Charles mendapatkan telepon dari asistennya. Mengabarkan kondisi terkini Citra. Ada rasa bersalah juga dalam hatinya pada wanita yang menjadi pemuas hasratnya, tapi amarah lebih mendominasi. Charles tahu, jika Citra menggunakan cara licik untuk mendekatinya, dan ingin menyaingi Amber dalam dunia usaha dan modeling.
[Tidak! Awasi saja mereka, jangan sampai berbuat sesuatu diluar batas!]
Tegasnya dan laki-laki itu langsung mengakhiri panggilan telepon. Ada senyum di sudut bibirnya, membayangkan jika dirinya akan menghancurkan Citra demi bisa mendapatkan maaf istrinya kembali.
Di Rumah sakit tempat Citra dirawat, wanita yang kesadarannya baru pulih dua hari itu langsung histeris saat melihat cermin yang diberikan oleh asistennya. Dia tidak menyangka, jika wajahnya akan rusak karena perbuatan Amber.
"Brengsek kamu, Amber!" pekiknya dan kaca yang dalam gengamannya dia lempar hingga membentur dinding dan hancur.
Citra terus mengumpat dan mencaci Amber, dan tentu membuat asistennya tersenyum miring. Zera yang setia menemani Citra, merasa sangat bahagia dan dia terus memberi doktrin pada Citra untuk membalas perbuatan Amber, dan Citra pun terbakar dengan semua perkataan asistennya.
"Kamu harus pulihkan dirimu dulu, lalu kita susun rencana sebaik mungkin agar keberhasilannya bisa sempurna!" ujar zera berapi-api.
"Benar, aku harus mengembalikan kecantikanku yang dirusak wanita sialan itu!" Dengan sangat yakin, Citra mengatakannya.
"Aku akan mencari dokter operasi plastik terbaik, agar wajahmu bisa kembali seperti sedia kala!" Zera langsung beraksi dan mengubungi temannya yang pernah melakukan operasi dan keberhasilannya 98%.
Citra sudah menyusun rencana, untuk menjatuhkan Amber sejatuh-jatuhnya dan membuat rivalnya itu menjadi gelandangan. Gadis itu ingin, Amber merasakan apa yang dulu dia rasakan sebelumnya. Padahal, Amberlah yang memungut Citra dari jalanan dan menjadikan gadis itu seorang bintang yang setara dengan dirinya sendiri. Namun, Citra selalu merasa Amber hanya menjadikannya sebagai lelucon. Tidak merangkulnya sebagai saudara, atau seorang yang berharga di sisi Amber.
"Dia harus membayar apa yang sudah dilakukannya padaku, agar bisa melihat betapa buruk dirinya!" geram Citra dengan mengepalkan kedua tangannya, "Bahkan aku akan membuatnya lebih buruk dari diriku yang dulu!"
Gadis itu sudah mendendam pada Amber sejak dirinya diambil dari jalanan, jika orang lain, maka apa yang dilakukan oleh Amber adalah perbuatan yang baik dengan membantu orang yang tidak mampu menuju kesuksesan. Entah apa yang ada dipikiran Citra, sehingga dia sangat membenci Amber yang sudah menolongnya dan membuat kehidupannya jauh lebih baik, dari pada dia tinggal di kolong jembatan. Mungkin rasa iri, atau merasa dirinya lebih baik dari Amber dan mempunyai kemampuan yang lebih baik, tapi nasib seolah hanya berpihak pada Amber saja. Sungguh, pikiran picik seorang Citra.
"Aku akan pastikan, dia membayar semuanya dan akan aku ambil bayaran yang setimpal! Amber akan sangat terpuruk dengan keadaanya esok!" Zera yang sudah selesai dengan pekerjaannya, langsung menghampiri Citra dan menjawab ucapan gadis itu.
"Aku mendukungmu, Nona!" Zera menyulut api, agar semakin membesar, "Nona Amber tidak begitu cantik, dia hanya memiliki keberuntungan dan koneksi yang banyak!"
Citra menatap Zera dengan pandangan sayu, kemudian dia menganguk dengan ekspresi senang. Zera memang paling bisa membuatnya bahagia dengan kata-katanya yang manipulatif, tapi dia membenarkan semua ucapan asistennya itu.
"Aku ingin secepatnya Amber merasakan hal itu, dan aku akan menggatikan dia menjadi nyonya Charles selanjutnya!" Senyum Citra mengembang, meski tidak terlalu nampak karena hampir seluruh wajahnya tertutup perban.
"Aku tidak akan membiarkan hal itu!" gumam Zera, dengan menggigit bibirnya dengan sangat kuat dan langsung mendapatkan tatapan membunuh dari Citra.
Meskipun menggumam, ternyata Citra mendengar ucapan Zera dengan sangat jelas. Kecurigaan mulai muncul dalam benak Citra, takut Zera berkhianat darinya.
"Apa maksudmu!" Sentak Citra.
"Kenapa?" tanya Amber yang mendengar ada keraguan pada pernyataan Olive."Ehtahlah, aku meragukan dia!"Amber menatap olive yang diam dan beberapa kali menghela napas panjang, Amber yakin ada sesuatu yang dia ketahui, tapi belum pasti kebenarannya. Amber tahu betul karakter Olive. Gadis itu akan melindungi dirinya dengan segala apa yang dia ketahui, hanya saja terkadang Amber mengabaikan peringatan itu."Kenapa begitu?" selidik Asmber."Sudah kubilng, entahlah. Ada sesuatu yang dia sembunyikan!" Olive menjawab dengan nada rendah, seakan dia pun ragu dengan apa yang dia ucapkan.Melihat Olive yang kembali menghela napas, Amber tertawa terbahak-bahak, sampai melupakan rasa sakit bekas jahitan yang masih belum kering. Sedangkan Olive, diam mematung mendengar suara tawa Amber yang menggelegar di dalam ruangan. Gadis itu masih belum bisa membaca kepribadian atasannya itu, ada kalanya Amber bersikap lembut dan bersahaja, Ada kalanya dia seperti monster yang berbahaya., pun ada kalanya wanit
Olive memandangi wajah Amber yang masih terlelap akibat bius, wanita itu tersenyum, lalu mengusap wajah ayu atasannya. Setitik air mata jatuh, tidak menyangka, jika wanita yang dia dampingi sejak bertahun-tahun lalu, bisa kalah hanya karena persoalan lelaki, maka pemikirannya untuk tidak meikah sudah tepat."Kenapa kamu membiarkan dia menanggung semuanya sendiri?" tanya Olive pada lelaki kekar di sampingnya."Belum saatnya dia mengetahui semuanya, jika aku sudah menemukan siapa dibalik semua kekacauan yang terjadi pada keluargaku, maka aku akan memluknya dengan sangat erat dan menjaganya tanpa ada keraguan!" jawab lelaki ityu dengan senyum mengembang, sayangnya sudut matanya sudah menggenang cairan bening. "Baiklah, aku harus pergi!""Dia membutuhkanmu!" Tekan Olive.Namun, lelaki itu berlalu begitu saja dengan menggengam lukanya sendiri. Dia yakin, wanita yang sedang terbaring itu tidaklah lemah. Kekuatan hatinya lebih dari yang dilihat orang lain, begitulah yang dia saksiakn selama
Beberapa wanita berseragam, dengan wajah tegas dan sorot mata tajam, menatap ke sekitar. Mimik wajah mereka sangat kentara menyimpan kekesalan. Namun, karena tugas, mereka harus bisa mengendalikan perasaan. Baru saja, salah satu wanita berseragam itu hendak berbicara, beberapa napi sudah mendahuluinya."Biarkan saja wanita itu mendapatkan balasan yang setimpal dengan apa yang sudah dia perbuat!" teriak napi di sel depan."Iya, setidaknya dia akan berpikir lagi untuk melakukan hal buruk dikemudian hari!" timpal yang lain."Ah, paling juga uang yang akan berbicara!" celetuk seseorang yang sudah paham dengan hukum yang ada di negara ini."Amplop coklatnya pasti berukuran tebal!" imbuh yang lain dan disambut tawa banyak napi.Semakin lama, semakin banyak celetukkan yang membuat wanita-wanita berseragam itu menghela napas panjang. Salah satu dari mereka menampakan kekesalannya hampir memuncak, meskipun itu adalah fakta yang terjadi di lapangan dan sudah menjadi rahasia umun, tapi masih saj
Citra diseret keluar ruangan, hal itu tentu menarik perhatian para pengunjung dan juga para pekerja yang bekerja di rumah sakit."Berulang kali mereka mempermalukan aku! Apa kurangnya aku?" gumam Citra, wanita itu belum juga menyadari kesalahan yang di buatnya Sungguh ironis.Wanita itu menundukkan pandangannya, apalagi saat mendengar bisik-bisik yang dilontarkan untuknya. Bukan hanya bisikan, bahkan ada yang berteriak padanya.Sedangkan di ruangan, Charles mengalami luka serius dan Amber harus mendapatkan perawatan akibat luka yang dia derita. Kejadian yang hampir sama terulang, tetapi berbeda keadaannya."Lukamu terlalu dalam dan banyak!" keluh Olive pada Amber yang tersenyum, saat akan dibawa ke ruang IGD."Tenanglah, sakit ini belum seberapa. Jejak kedua orang tuaku hilang, tentu membuat luka yang dalam di sini!" Amber menunjuk dadanya, pandangannya kosong menatap langit-langit lorong rumah sakit.Olive hanya bisa menghela napas panjang dan segera menghubungi Defi, untuk membantuny
"Lepaskan!" Citra kembali memberontak."Diamlah!" bentak salah satu bodyguard.Dengan santai, dua orang itu melepaskan tangan Citra dan duduk di sisi ranjang. Mereka belum beranjak dari kamar Citra, menunggu instruksi selanjutnya.Amber menuju ke kamar rawat di mana Charles sedang terbaring lemas, Olive memastikan lagi, apakah Amber benar-benar akan bermesraan dengan lelaki bejat itu, meski status mereka masih suami istri. Setelah mendengar jawaban Amber, Olive menyingkir, mempersiapkan semua yang sudah dijelaskan Amber sebelumnya.Pintu dibuka, Charles yang termenung langsung menoleh. Melihat istrinya datang dengan gaun hitam sexy yang menggoda, membuat lelaki buaya itu tersenyum merekah. Dia berpikir, ada untungnya kecelakaan yang dia alami. Lelaki dengan senyum tipis itu langsung merentangkan tangannya, menyambut Amber masuk ke dalam pelukannya. Tanpa kata, Amber langsung menyambut pelukan suaminya. Tentunya dengan sedikit sentuhan menggoda."Aku merindukanmu," bisik Amber.Charles
"Tidak, anakku tidak akan mati hanya karena hal seperti ini!" pekik Citra.Amber yang tadinya mau mencari dokumen miliknya, malah mendapati pemandangan yang di luar perkiraannya. Citra sedang terduduk menahan kesakitan dan ada darah segar di lantai. Amber sungguh tidak peduli, dia masuk dan mengabaikan keadaan Citra. Meski hatinya ingin sekali menolong anak yang ada dikandungannya, dia berpikir anak yang belum lahir itu tidaklah bersalah. Perbuatan bejat ibunyalah yang membuat dia ikut bersalah. Namun,tubuhnya menolak keinginanya."Apa kamu enggak kasihan melihat istrimu?" ejek Amber. "Jangan sampai kamu kehilangan bayi yang kamu idam-idamkan!"imbuhnya.Amber langsung menuju meja, dan menarik laci, mengambil berkas yang dia cari. Kontrak dengan perusahaan Dirjaya. Charles hanya melirik, kemudian memeluk Amber di depan Citra yang sedang menahan kesakitannya. "Mas! Aku pendarahan!" pekik Citra dengan menahan sakit dan rasa kesal yang luar biasa.Wanita itu tidak habis pikir, bagaimana b