Zera gelagapan mendengar suara sentakan dari Citra, dirinya kelepasan. Dengan cepat memasang wajah sendu dan mata berbinar, memandang sayu ke arah bosnya itu.
"Maksudku, aku tidak akan membiarkan mereka hidup tenang, karena sudah menyebabkan keadaan dirimu seperti ini!" Zera berkilah dan beruntungnya, Citra mempercayainya. "tentu saja aku tidak akan membiarkan mereka mengalahkanmu!"
"Membuatku jantungan saja!" keluh Citra, dengan memegang dadanya.
Zera menampilkan deretan giginya yang putih meski tidak tersusun rapih, lalu duduk di samping Citra. Wanita muda itu kemudian menyarankan beberapa opsi untuk mempercepat rencana mereka membalas dendam pada Amber.
Tiga opsi yang diajukan oleh Zera, hanya satu yang membuat Citra tertarik. Operasi plastik, ya, hanya operasi plastik yang bisa mengembalikan keadaan wajahnya yang cantik sempurna, untuk saat ini. Terlihat sangat antusias dan keyakinan wanita yang wajahnya diperban itu semakin bertambah, dirinya akan mengalahkan Amber di semua bidang. Tawa sumbangnya menggema di ruangan yang berukuran cukup luas, karena saat ini mereka berada di ruangan VVIP. Fasilitas itu mereka dapatkan dari Charles, sebagai tuntutan dari perbuatan Amber.
"Baiklah, aku akan menjadwalkan semuanya dengan segera dan kamu harus menyiapkan mentalmu dengan baik," ujar Zera, yang langsung bangkit dari duduknya. "Jangan lupa hubungi Charles untuk deposit dana di rumah sakit," Zera membalikkan badannya, sebelum menghilang dari balik pintu.
"Pasti!" sahut Citra dengan mengarahkan jempolnya pada Zera dan mendapatkan balasan senyum menawan dari sang asisten.
Setelah Zera pergi, Citra memperhatikan kedua tangannya secara bergantian dan berdecak kesal. Berguman tidak jelas, lalu memaki Amber dengan berbagai umpatan kasar. Kemudian beralih pada dua kakinya, yang mulus terawat. Berkali-kali, Citra meghela napas panjang. Tidak menyangka, mendapatkan tindakan bar-bar yang diluar kendali dari istri kekasihnya dan juga wanita yang telah mengubah kehidupannya.
"Bukankah aku tidak salah, jika merayu Charles?" ujarnya dengan berdesis, seraya memperhatikan sekitar ruanganya yang terasa sangat sunyi. "Dia sangat tergila-gila dengan tubuh dan juga permainan ranjangku, berarti dia sangat menikmati semuanya dan lebih mencintaiku dari pada si Amber sialan itu, kan?" ocehnya lagi.
Kemudian dia terkikik geli, saat mengingat percintaan panasnya dengan Charles yang dilihat oleh Amber, tidak pernah dia bayangkan akan sepuas ini rasanya, meski dirinya harus mendapatkan balasan yang setimpal dari perbuatannya. Lama-lama, terdengar tawa Citra yang menggema hingga terdengar keluar ruangan rawatnya. Menarik perhatian para suster yang sedang berjaga, tidak menyangka wanita yang mereka rawat sangat berbeda prilakunya dengan apa yang mereka lihat di televisi.
"Apa mungkin dia gila, ya?" tanya salah satu suster yang mengintip di balik pintu, dan suster yang lainnya hanya memberi tanda untuk diam, dengan meletakan jari telunjuknya di depan bibir.
"Orang kaya, bebas melakukan apa saja," bisik yang lainnya, lalu mereka meninggalkan tempat mereka mengintip Citra.
Mereka tidak ada yang berani masuk sembarangan ke dalam ruang rawat Citra, meskipun itu adalah tugas mereka. Terkecuali jam-jam pemeriksaan dan juga saat mereka bersama dokter yang menangani sang model. Jika dipaksa masuk, maka Citra akan mengamuk dan mengumpat. Bahkan tidak segan-segan menendang, karena hanya kakinya saja yang bisa leluasa bergerak. Wanita bar-bar yang sesungguhnya, dibandingkan dengan Amber.
Tidak lama setelah kepergian para suster jaga, seseorang datang dan langsung masuk ke dalam kamar Citra, tentu saja wanita itu mengembangkan senyumnya sangat lebar. Tidak menyangka orang yang ditunggunya akan datang secepat ini.
"Aku akan operasi plastik, untuk mengembalikan wajahku yang terluka parah," ujarnya manja.
"Aku tidak peduli, lakukan apa yang ingin kamu lakukan dan enyah dari hidupku setelah itu!" ketus seseorang yang sangat dirindui oleh Citra, membuat senyum merekah wanita itu pudar seketika.
"Tega!" decak Citra, tapi tangannya mulai menjelajah bebas di dada bidang yang selama ini menghangatkan malamnya.
"Kenapa?" tanya Amber yang mendengar ada keraguan pada pernyataan Olive."Ehtahlah, aku meragukan dia!"Amber menatap olive yang diam dan beberapa kali menghela napas panjang, Amber yakin ada sesuatu yang dia ketahui, tapi belum pasti kebenarannya. Amber tahu betul karakter Olive. Gadis itu akan melindungi dirinya dengan segala apa yang dia ketahui, hanya saja terkadang Amber mengabaikan peringatan itu."Kenapa begitu?" selidik Amber."Sudah kubilang, entahlah. Ada sesuatu yang dia sembunyikan!" Olive menjawab dengan nada rendah, seakan dia pun ragu dengan apa yang dia ucapkan.Melihat Olive yang kembali menghela napas, Amber tertawa terbahak-bahak, sampai melupakan rasa sakit bekas jahitan yang masih belum kering. Sedangkan Olive, diam mematung mendengar suara tawa Amber yang menggelegar di dalam ruangan. Gadis itu masih belum bisa membaca kepribadian atasannya itu, ada kalanya Amber bersikap lembut dan bersahaja, Ada kalanya dia seperti monster yang berbahaya pun ada kalanya wanita i
Olive memandangi wajah Amber yang masih terlelap akibat bius, wanita itu tersenyum, lalu mengusap wajah ayu atasannya. Setitik air mata jatuh, tidak menyangka, jika wanita yang dia dampingi sejak bertahun-tahun lalu, bisa kalah hanya karena persoalan lelaki, maka pemikirannya untuk tidak meikah sudah tepat."Kenapa kamu membiarkan dia menanggung semuanya sendiri?" tanya Olive pada lelaki kekar di sampingnya."Belum saatnya dia mengetahui semuanya, jika aku sudah menemukan siapa dibalik semua kekacauan yang terjadi pada keluargaku, maka aku akan memluknya dengan sangat erat dan menjaganya tanpa ada keraguan!" jawab lelaki ityu dengan senyum mengembang, sayangnya sudut matanya sudah menggenang cairan bening. "Baiklah, aku harus pergi!""Dia membutuhkanmu!" Tekan Olive.Namun, lelaki itu berlalu begitu saja dengan menggengam lukanya sendiri. Dia yakin, wanita yang sedang terbaring itu tidaklah lemah. Kekuatan hatinya lebih dari yang dilihat orang lain, begitulah yang dia saksiakn selama
Beberapa wanita berseragam, dengan wajah tegas dan sorot mata tajam, menatap ke sekitar. Mimik wajah mereka sangat kentara menyimpan kekesalan. Namun, karena tugas, mereka harus bisa mengendalikan perasaan. Baru saja, salah satu wanita berseragam itu hendak berbicara, beberapa napi sudah mendahuluinya."Biarkan saja wanita itu mendapatkan balasan yang setimpal dengan apa yang sudah dia perbuat!" teriak napi di sel depan."Iya, setidaknya dia akan berpikir lagi untuk melakukan hal buruk dikemudian hari!" timpal yang lain."Ah, paling juga uang yang akan berbicara!" celetuk seseorang yang sudah paham dengan hukum yang ada di negara ini."Amplop coklatnya pasti berukuran tebal!" imbuh yang lain dan disambut tawa banyak napi.Semakin lama, semakin banyak celetukkan yang membuat wanita-wanita berseragam itu menghela napas panjang. Salah satu dari mereka menampakan kekesalannya hampir memuncak, meskipun itu adalah fakta yang terjadi di lapangan dan sudah menjadi rahasia umun, tapi masih saj
Citra diseret keluar ruangan, hal itu tentu menarik perhatian para pengunjung dan juga para pekerja yang bekerja di rumah sakit."Berulang kali mereka mempermalukan aku! Apa kurangnya aku?" gumam Citra, wanita itu belum juga menyadari kesalahan yang di buatnya Sungguh ironis.Wanita itu menundukkan pandangannya, apalagi saat mendengar bisik-bisik yang dilontarkan untuknya. Bukan hanya bisikan, bahkan ada yang berteriak padanya.Sedangkan di ruangan, Charles mengalami luka serius dan Amber harus mendapatkan perawatan akibat luka yang dia derita. Kejadian yang hampir sama terulang, tetapi berbeda keadaannya."Lukamu terlalu dalam dan banyak!" keluh Olive pada Amber yang tersenyum, saat akan dibawa ke ruang IGD."Tenanglah, sakit ini belum seberapa. Jejak kedua orang tuaku hilang, tentu membuat luka yang dalam di sini!" Amber menunjuk dadanya, pandangannya kosong menatap langit-langit lorong rumah sakit.Olive hanya bisa menghela napas panjang dan segera menghubungi Defi, untuk membantuny
"Lepaskan!" Citra kembali memberontak."Diamlah!" bentak salah satu bodyguard.Dengan santai, dua orang itu melepaskan tangan Citra dan duduk di sisi ranjang. Mereka belum beranjak dari kamar Citra, menunggu instruksi selanjutnya.Amber menuju ke kamar rawat di mana Charles sedang terbaring lemas, Olive memastikan lagi, apakah Amber benar-benar akan bermesraan dengan lelaki bejat itu, meski status mereka masih suami istri. Setelah mendengar jawaban Amber, Olive menyingkir, mempersiapkan semua yang sudah dijelaskan Amber sebelumnya.Pintu dibuka, Charles yang termenung langsung menoleh. Melihat istrinya datang dengan gaun hitam sexy yang menggoda, membuat lelaki buaya itu tersenyum merekah. Dia berpikir, ada untungnya kecelakaan yang dia alami. Lelaki dengan senyum tipis itu langsung merentangkan tangannya, menyambut Amber masuk ke dalam pelukannya. Tanpa kata, Amber langsung menyambut pelukan suaminya. Tentunya dengan sedikit sentuhan menggoda."Aku merindukanmu," bisik Amber.Charles
"Tidak, anakku tidak akan mati hanya karena hal seperti ini!" pekik Citra.Amber yang tadinya mau mencari dokumen miliknya, malah mendapati pemandangan yang di luar perkiraannya. Citra sedang terduduk menahan kesakitan dan ada darah segar di lantai. Amber sungguh tidak peduli, dia masuk dan mengabaikan keadaan Citra. Meski hatinya ingin sekali menolong anak yang ada dikandungannya, dia berpikir anak yang belum lahir itu tidaklah bersalah. Perbuatan bejat ibunyalah yang membuat dia ikut bersalah. Namun,tubuhnya menolak keinginanya."Apa kamu enggak kasihan melihat istrimu?" ejek Amber. "Jangan sampai kamu kehilangan bayi yang kamu idam-idamkan!"imbuhnya.Amber langsung menuju meja, dan menarik laci, mengambil berkas yang dia cari. Kontrak dengan perusahaan Dirjaya. Charles hanya melirik, kemudian memeluk Amber di depan Citra yang sedang menahan kesakitannya. "Mas! Aku pendarahan!" pekik Citra dengan menahan sakit dan rasa kesal yang luar biasa.Wanita itu tidak habis pikir, bagaimana b