Share

BDSJM 2 Bertemu Orang Baik

2 orang lelaki menggunakan masker dan topi tiba-tiba turun dari motor. Rieta pun merasa ketakutan. Ia hanya bisa berdoa dan juga memegang erat tas yang sedang ia bawa tersebut karena didalamnya terdapat uang sebanyak 5 juta pemberian dari Bima.

"Si-siapa kalian berdua?" tanya Rieta memberanikan diri.

"Serahkan tas yang kau pegang itu!" ucap salah seorang dari mereka sambil mengeluarkan pisau lipat dari balik jaket yang ia gunakan.

"Tidak, tolong jangan ganggu aku," ucap Rieta berusaha melindungi diri dan juga mempertahankan tas yang ia bawa.

"Banyak bicara kau," ucap salah seorang dari lelaki tersebut merampas secara paksa tas yang dibawa oleh Rieta kemudian kedua lelaki tersebut pergi meninggalkan Rieta begitu saja.

"Tolong, tolong ada perampok!" teriak Rieta mencari pertolongan.

Sayangnya jalanan yang dilalui Rieta sangatlah sepi malam ini, tidak ada satupun orang yang lewat. Sehingga tidak ada orang yang dapat menolong dirinya untuk mengejar perampok tersebut.

"Hiks hiks hiks, tasku," tangis Rieta.

Rieta hanya bisa menangis di tengah jalan meratapi tasnya yang diambil. Uang satu-satunya yang ia miliki dirampas oleh dua orang perampok. Sekarang ia tidak tahu harus mencari tempat tinggal gratis dimana lagi.

Rieta hanya memiliki salah seorang kenalan di kota tersebut. Tapi sayangnya tempat tinggal kenalannya tersebut sangat jauh.

"Nona, ini tas yang anda inginkan," ucap kedua orang yang tadi merampas tas milik Rieta berhenti didepan sebuah rumah.

"Kerja bagus. Ini bayaran untuk kalian berdua," ucap Saras menyerahkan amplop putih berisikan uang bayaran untuk kedua orang yang sudah berhasil mengerjakan pekerjaan mereka.

"Wah, terima kasih. Senang berbisnis dengan anda nona," ucap kedua orang tersebut segera pergi setelah menerima bayaran dari Saras.

Saras tersenyum licik. Lumayan ia bisa mendapatkan uang sebanyak 5 juta. Ia tidak akan membiarkan Rieta membawa atau menerima barang-barang berharga dari sang adik. Meskipun uang itu adalah sebuah uang kompensasi perceraian.

Air hujan mulai turun, Rieta pun berlari mencari tempat untuk berteduh karena ia tidak ingin sampai koper yang di bawanya itu basah.

Untung saja ada sebuah cafe kecil yang masih buka dan memiliki teras yang cukup luas, sehingga Rieta bisa berteduh di cafe tersebut. Hujan semakin deras, Rieta pun bingung harus berteduh dimana lagi karena malam ini hujan turun disertai oleh angin.

"Permisi Bu, mungkin Ibu bisa berteduh di dalam cafe saya saja. Kebetulan cafe saya sudah sepi oleh pengunjung dan sebentar lagi akan tutup," ucap seorang lelaki menghampiri Rieta yang mulai menggigil kedinginan.

"Terima kasih banyak. Saya cukup berteduh di teras cafe ini saja, tidak apa kok," jawab Rieta.

"Tetapi hujan malam ini sangat deras, anginnya juga sangat kencang. Ibu bisa basah kuyup jika hanya berteduh di teras cafe ini. Mari silahkan masuk saja Bu, tidak perlu membeli sesuatu di cafe ini kalau Ibu mau berteduh," ucap lelaki tersebut.

Sejujurnya Rieta takut menerima tawaran dari lelaki yang menawarkan bantuan. Tetapi jika dirinya tidak masuk ke dalam cafe, ia pasti akan basah kuyup malam ini.

Dengan terpaksa Rieta akhirnya masuk ke dalam cafe tersebut. Kemudian lelaki itu membuatkan secangkir teh hangat untuk Rieta secara gratis. Awalnya Rieta takut meminum teh tersebut, ia khawatir di dalam teh tersebut sudah dicampuri racun atau obat-obatan berbahaya.

"Jangan khawatir Bu, teh ini aman untuk Ibu minum. Saya yakin Ibu pasti kedinginan karena terkena hujan dan juga angin barusan. Saya permisi beres-beres dulu," ucap lelaki tersebut kemudian membalikkan tulisan tutup pada pintu cafe.

"Terima kasih," jawab Rieta.

Rieta segera meneguk habis teh yang diberikan oleh lelaki tersebut tanpa sisa. Teh yang diberikan secara gratis itu benar-benar menyegarkan. Tenggorokan yang tadinya terasa kering sekarang sudah menjadi basah kembali.

Setelah menunggu kurang lebih 30 menit, akhirnya hujan sudah mulai reda dan Rieta pun bisa melanjutkan perjalanannya yang entah akan pergi kemana.

"Sekali lagi terima kasih banyak Tuan. Maaf karena saya sudah merepotkan Tuan malam-malam begini. Saya juga mengucapkan terima kasih karena sudah diberikan teh gratis. Maaf, saya tidak bisa membayar teh tersebut karena tas yang saya bawa dirampas oleh dua orang perampok di jalan," ucap Rieta.

"Tidak apa Bu. Oh iya tunggu sebentar," ucap lelaki tersebut mengambil dan menyerahkan uang berwarna merah sebanyak lima lembar kepada Rieta.

"Ini uang untuk Ibu gunakan. Maaf, saya hanya bisa membantu memberikan uang dengan jumlah sedikit. Semoga saja Ibu bisa terbantu dengan uang yang saya berikan ini."

"Ehh tidak perlu Tuan. Saya bukan peminta-minta. Terima kasih banyak sudah mau peduli terhadap saya. Tetapi saya tidak butuh bantuan uang dari Tuan," tolak Rieta.

"Tidak apa Bu. Uang ini tidak banyak kok, tapi ngomong-ngomong Ibu mau pergi kemana ya malam-malam begini membawa koper besar dan juga tas?" tanya lelaki tersebut penasaran.

"Sebenarnya saya ini juga tidak tahu ingin pergi kemana setelah ini. Saya baru saja diusir dari rumah suami saya dan kebetulan tas yang dirampok tadi ada uangnya yang dapat saya gunakan untuk mencari tempat tinggal sementara waktu," jawab Rieta tertunduk sedih.

"Astaga, kasihan sekali. Kalau begitu ibu tinggal saja di cafe ini dulu untuk malam ini. Daripada ibu tidur di jalanan. Itu akan sangat beresiko dan berbahaya."

"Memangnya boleh ya tuan?" tanya Rieta tersenyum bahagia mendengar perkataan lelaki tersebut.

"Tentu saja boleh bu. Saya kan pemilik cafe ini. Jadi saya mengizinkan ibu tinggal di cafe ini kalau ibu mau."

"Tuan yakin memperbolehkan orang asing tidur di cafe ini?"

"Iya bu, tidak apa kok. Cafe ini kan juga ada CCTV nya, tidak ada barang-barang mahal juga. Jadi semuanya aman."

"Hiks hiks hiks. Terima kasih banyak tuan, saya tidak tahu lagi bagaimana caranya berterima kasih kepada tuan. Semoga saja usaha cafe tuan ini selalu laris manis. Dan jika suatu saat saya sudah memiliki uang, saya akan membayar semua kebaikan yang sudah tuan lakukan terhadap saya."

"Amin. Terima kasih atas doanya bu. Kalau begitu ini kunci cafe ini. Ibu bisa langsung mengunci cafe ini setelah saya pergi. Kalau ibu mau minum atau makan, di dalam lemari kulkas ada bahan-bahan yang bisa ibu kelola sendiri."

"Iya tuan, terima kasih banyak."

Rieta segera mengunci pintu cafe saat lelaki yang mengaku sebagai pemilik cafe tersebut pergi. Ia kemudian membuka lemari kulkas untuk mencari bahan makanan. Perutnya memang terasa lapar sekali karena sejak siang dirinya belum makan sama sekali.

Rieta segera menggoreng satu butir telur dan juga mengambil dua potong roti tawar. Setidaknya malam ini perutnya masih bisa diganjal oleh makanan dan minuman gratis. Rieta hanya bisa berharap bahwa lelaki yang menolongnya tersebut tidak berniat jahat terhadap dirinya.

"Sepertinya tubuh gemukku ini sedikit menguntungkan. Aku dikira ibu-ibu yang memiliki hidup yang susah. Hahaha," ucap Rieta menertawakan dirinya sendiri sambil memakan roti dan juga telur yang sudah ia goreng.

Setelah merasa kenyang, Rieta segera tidur di sebuah sofa yang terdapat di dalam cafe tersebut. Ternyata sofa yang menjadi tempat tidurnya itu sangatlah empuk, bahkan jauh lebih empuk daripada kasur miliknya di rumah Bima.

Kukuruyuk

Suara ayam berkokok membangunkan tidur Rieta. Ia pun segera bangun, membasuh muka dan menggosok gigi. Setelah itu Rieta segera mencari sapu dan juga alat-alat pembersih lainnya. Pagi ini ia berniat ingin membersihkan cafe tersebut sebagai tanda terima kasih terhadap orang yang sudah mau menolongnya memberikan tempat tinggal sementara. Karena jika tanpa bantuan lelaki pemilik cafe tersebut entah bagaimana nasib Rieta kemarin malam. Mungkin ia akan tidur di pinggir jalan dengan keadaan kedinginan.

Plukk

"Awas."

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status