Plakkk"Bodoh kamu Jen. Kenapa juga kamu harus mengakui semua kesalahanmu dan mau meminta maaf kepada Rieta? Bikin malu saja. Kalau sudah niat ingin menghancurkan seharusnya kamu tidak perlu berbuat seperti ini.""Awww, sakit bodoh. Kenapa kamu harus menamparku segala. Lagi pula kalau aku tidak minta maaf dan mengakui semua kesalahan yang ada masa depanku akan hancur San," ucap Jenika memegang pipinya yang terasa perih."Argh, kenapa juga si Rieta itu punya kekasih seperti Arlo yang memiliki kekuasaan yang kuat. Sial.""Kalau kamu ingin marah ya sana marah saja. Aku sudah tidak mau berurusan dengan Rieta lagi. Sudah cukup aku dibuat malu olehnya. Dan aku sudah cukup puas bisa membuatnya terpuruk seperti saat ini. Yang penting semua orang sudah tahu kalau Rieta itu janda mandul.""Payah kamu Jen, baru segini saja kamu sudah merasa puas.""Terserah kamu saja. Aku sudah tidak mau ikut campur masalah ini. Yang penting aku tidak menyebutkan namamu jadi kamu aman. Kalau kamu ingin melanjutka
"Arlo, kenapa kamu mengajakku ke butik?" tanya Rieta merasa bingung."Aku ingin kau memilih gaun untuk pernikahan kita.""Gaun? Tapi aku belum menerima lamaranmu Sayang.""Aku tidak peduli. Aku hanya ingin mempersiapkan semua persiapan pernikahan kita yang entah kapan akan dilaksanakan. Aku sangat mencintaimu Rieta, aku ingin membina rumah tangga denganmu.""Sayang, jangan memasang wajah bersedih seperti itu. Aku merasa sangat bersalah. Kalau kamu mau kita menikah ayo kita lakukan. Aku rasa saat ini aku sudah siap.""Serius sayang?""Iya Arlo, aku serius. Ayo kita menikah," ucap Rieta merangkul leher Arlo dan tersenyum dengan tulus."Wait. Aku belum melamarmu secara romantis sayang, jadi katakan kembali nanti saat aku sudah melamarmu.""Dengan senang hati sayang."Krekkk"Ehh, ada Tuan Arlo. Selamat siang Tuan.""Siang."Rieta segera melepaskan pelukannya dan tersenyum kepada karyawan butik yang baru saja keluar."Apakah Tuan Arlo ingin mampir ke butik kami hari ini?""Rencananya begi
Selama dua hari Viona benar-benar merawat Rieta dengan baik dan penuh perhatian. Rieta merasa bersyukur bisa mengenal dan memiliki sahabat seperti Viona."Ta, gawat. Ayo cepat cuci muka.""Ada apa Vi, kenapa kamu panik begitu?""Tuan Arlo datang. Dia membawa sebuah kotak besar juga.""Ehh. Arlo datang? Kok dia tidak menelponku dulu. Untung saja aku sudah sembuh hanya tinggal memulihkan energiku saja. Tolong temui Arlo dulu ya Vi, aku mau bersiap sebentar," ucap Rieta yang bergegas cuci muka dan berganti pakaian."Selamat siang Tuan Arlo.""Hmm, di mana Rieta. Dia tidak pergi kan hari ini?""Kenapa Tuan Arlo datang kemari tidak mengabari terlebih dahulu? Untung saja Rieta tidak pergi. Dia sedang berada di kamar mandi. Mari silakan masuk dan duduk dulu Tuan.""Terserah aku mau menemui calon istriku itu kapan saja, kenapa jadi kau yang cerewet.""Ohh bukan saya yang cerewet Tuan, tapi Rieta. Dia tadi sempat kaget dan mau marah saat melihat Tuan Arlo dari jendela.""Kau serius?""Buat apa
"Ayo kita pergi saja Vi, jangan hiraukan keberadaan Bima.""Rieta, tunggu sebentar," ucap Bima menahan tangan Rieta."Cukup Bim, jangan ganggu aku lagi. Aku bisa teriak dan security di mall ini akan menangkapmu.""Rieta, aku ingin kita berteman. Please, tolong kabulkan keinginanku ini. Aku janji tidak akan membuatmu sedih seperti dulu."Rieta hanya terdiam. Ia memang orang yang tidak tegaan. Apalagi Bima. ini pernah menjadi bagian dalam hidupnya."Aku yakin si Bima ini mau berteman dengan Rieta karena ada maunya," batin Viona merasa kesal."Beri aku waktu untuk memutuskan Bim. Aku tidak bisa secara mendadak seperti ini.""Baiklah. Nomer teleponku tidak berubah jika kamu ingin menghubungiku Ta.""Hmm. Aku pulang dulu Bim, maaf tidak bisa berlama-lama karena Arlo sudah menungguku.""Hati-hati Ta."Senang rasanya saat Rieta masih mau memberikan kesempatan kepada Bima. Ia yakin jika dirinya sudah berteman dengan Rieta nanti maka keberuntungan akan kembali berpihak kepadanya."Ta, kenapa k
Desahan panjang terdengar dari sebuah kamar. Bima, lelaki yang akhirnya mendapatkan kepuasan segera meninggalkan sang istri yang tengah menangis sedih. Pagi ini Bima mengatakan akan menceraikan wanita yang berstatus sebagai istri selama tiga tahun itu yang ternyata mandul dan tidak dapat memberikannya keturunan. “Percuma saja kamu menangis, Bima tidak akan pernah kembali lagi kepadamu. Perasaan suka dan cintanya terhadapmu sudah hilang karena kamu itu hanyalah wanita mandul yang tidak dapat memberikannya anak!" ucap Saras."Ya, untuk apa Kak Bima tetap mempertahankan pernikahannya dengan wanita mandul sepertimu. Apalagi kamu itu juga sudah tidak cantik lagi, harta saja juga sudah tidak punya. Keputusan Kak Bima untuk menceraikanmu memang sudah yang paling tepat," ucap Sarla.Saras dan Sarla memang adalah orang-orang yang sejak awal tidak menyetujui pernikahan antara Bima dan Rieta. Itulah sebabnya saat mereka berdua mendengar kabar tentang perceraian Bima dan Rieta, mereka berdua mer
2 orang lelaki menggunakan masker dan topi tiba-tiba turun dari motor. Rieta pun merasa ketakutan. Ia hanya bisa berdoa dan juga memegang erat tas yang sedang ia bawa tersebut karena didalamnya terdapat uang sebanyak 5 juta pemberian dari Bima. "Si-siapa kalian berdua?" tanya Rieta memberanikan diri. "Serahkan tas yang kau pegang itu!" ucap salah seorang dari mereka sambil mengeluarkan pisau lipat dari balik jaket yang ia gunakan. "Tidak, tolong jangan ganggu aku," ucap Rieta berusaha melindungi diri dan juga mempertahankan tas yang ia bawa."Banyak bicara kau," ucap salah seorang dari lelaki tersebut merampas secara paksa tas yang dibawa oleh Rieta kemudian kedua lelaki tersebut pergi meninggalkan Rieta begitu saja. "Tolong, tolong ada perampok!" teriak Rieta mencari pertolongan. Sayangnya jalanan yang dilalui Rieta sangatlah sepi malam ini, tidak ada satupun orang yang lewat. Sehingga tidak ada orang yang dapat menolong dirinya untuk mengejar perampok tersebut. "Hiks hiks hiks,
Ternyata yang berteriak adalah lelaki pemilik cafe tersebut. Rieta hampir saja kejatuhan kotoran burung yang sedang berada diatas atap cafe."Selamat pagi. Maaf sudah mengagetkanmu.""Selamat pagi tuan, saya kira siapa tadi yang berteriak. Tapi terima kasih karena tuan saya jadi tidak kena kotoran burung.""Hahaha it's oke. Hmmm, saya mencium aroma kopi yang begitu nikmat. Apa ibu sedang membuat kopi?""Maaf jika saya sudah mengacak-acak dapur di cafe ini tuan. Kebetulan saya membuat secangkir kopi dan juga roti bakar untuk tuan sebagai ucapan terima kasih saya kepada tuan. Tetapi maaf karena semua bahannya berasal dari cafe milik tuan sendiri." "Ya ampun Bu, kenapa pakai repot-repot segala membuatkan saya kopi. Saya kan jadi tidak enak. Tapi terima kasih banyak. Saya juga penasaran dengan kopi buatan ibu karena dari aromanya saja sudah sangat menggoda." "Hehehe, silahkan dicoba tuan." Lelaki tersebut segera meminum kopi buatan Rieta. Dan ternyata rasanya sesuai dengan aroma yang te
"Astaga Vi, ada apa?" jawab Rieta berlari menghampiri Viona dengan tergesa-gesa karena saat itu dirinya tengah sibuk mengangkat pakaian kering. Ia sangat khawatir jika terjadi sesuatu terhadap Viona yang berteriak begitu keras. "Ya ampun Rieta, kamu itu benar-benar hebat," ucap Viona yang langsung memeluk tubuh Rieta dengan sangat erat. "Uhuk uhuk. Vi, lepaskan pelukanmu," ucap Rieta memukul lengan Vioan dan berusaha melepaskan pelukan Viona yang begitu erat. "Upss, sorry Ta. Aku terlalu bahagia." "Memangnya ada apa Vi sampai kamu sebahagia ini?" tanya Rieta penasaran. "Lirik lagu yang kamu buat itu langsung laku dan akan dibeli oleh produser Jason. Nanti malam aku mau bertemu dengan dia, kamu mau ikut tidak? Produser Jason ingin sekali bertemu denganku. Tapi kalau sendiri aku sedikit takut karena ini pertama kalinya bagiku datang menemui produser Jason. Biasanya aku kan mengirimkan karya kepada produser Ali." "Boleh Vi kalau kamu mau mengajakku untuk menemanimu. Aku malah merasa