Share

Balas Dendam Tuan Muda Sampah: Menjadi Dokter Ilahi
Balas Dendam Tuan Muda Sampah: Menjadi Dokter Ilahi
Author: Rianoir

Bab 1 - Pengorbanan dan Penyesalan

Author: Rianoir
last update Last Updated: 2025-09-03 17:22:32

Gudang terpencil di pinggiran kota Millbrook. Aroma besi karat memenuhi udara dingin. Di tengah ruangan, Ryan Wayne terikat di kursi kayu tua, pergelangan tangannya berdarah karena tali tambang yang kasar.

"Lepaskan aku!" Ryan meronta garang, mata cokelat gelapnya masih memancarkan arogansi. "Kalian tahu siapa aku? Aku Ryan Wayne! Keluarga Wayne akan menghancurkan kalian!"

Langkah kaki bergema dari kegelapan. Seorang pria tinggi besar muncul, topeng perak menutupi seluruh wajahnya, berkilau jahat di bawah cahaya lampu.

"Ryan Wayne..." Pria bertopeng itu tertawa, suara seperti logam bergesekan. "Masih berlagak seperti tuan muda kaya? Sungguh menyedihkan."

"Apa maksudmu?!" Ryan membentak. "Lepaskan aku sekarang juga, atau keluargaku akan—"

"Keluarga Wayne yang sudah hancur itu?" Pria itu memotong dengan tawa keras.

Ryan terdiam sejenak, kebingungan mulai menggantikan arogansi di wajahnya. "Apa maksudmu hancur? Wayne Pharmaceutical Group masih—"

“Masih apa?” Sang pria topeng tertawa lantang. “Ayahmu saja dipenjara dan ibumu mati kecelakaan, bagaimana mungkin mereka bisa menghancurkan kami?"

Wajah Ryan memucat. "Apa …?" Dia tidak pernah mendengar soal ini!

"Dan lagi … itu semua adalah hasil kerja kami." Pria itu tertawa puas.

Ryan terduduk lemas di kursi, semua arogansinya lenyap seketika. "Kenapa... kenapa kalian melakukan ini? Apa salah keluarga Wayne?!"

"Salah keluarga Wayne?" Mata di balik topeng perak itu berkilat penuh kebencian. "Keluarga Wayne sudah terlalu lama berkuasa, terlalu lama memonopoli industri farmasi di Dragonpolis. Saatnya untuk jatuh."

Pria itu mengangkat tangan, memberi aba-aba. "Bawa wanita itu ke sini!"

Seorang anak buah menyeret wanita berpakaian gaun biru muda yang robek. Rambutnya berantakan, wajah cantiknya penuh memar.

Ryan terperanjat. “Eleanor?!”

Wanita itu menatapnya dengan mata berkaca-kaca. “Ryan ….”

Eleanor Bennett Wayne. Istri sah Ryan selama tiga tahun terakhir—wanita yang paling ia benci. Pernikahan mereka bukan karena cinta, melainkan keputusan keluarga yang memaksa Ryan meninggalkan ibu kota dan hidup terasing di kota kecil.

Sejak hari pertama, Ryan mencari cara untuk menghancurkan pernikahan itu. Ia berselingkuh dengan banyak wanita lain, pulang mabuk setiap malam, bahkan berlaku kasar hingga Eleanor menangis. 

Semua dilakukan dengan satu tujuan: membuat Eleanor menyerah dan menceraikannya, sehingga Ryan bisa kembali ke ibu kota dan tinggal bersama orang tuanya.

Namun, semua usahanya sia-sia. Eleanor tidak pernah melawan, tidak pernah pergi. Ia hanya diam, menerima perlakuan buruk itu dengan kesabaran yang bagi Ryan terasa seperti penghinaan, sesuatu yang membuatnya semakin membenci wanita itu.

Hanya saja kini, melihat Eleanor dalam keadaan babak belur di hadapannya, Ryan merasakan sesuatu yang aneh menyelinap di dadanya—campuran marah, bingung, dan perasaan yang tak bisa ia sebut.

"Kenapa kau bawa wanita itu kemari?!" seru Ryan.

Eleanor diikat di tiang di seberang Ryan. Air mata mengalir di pipinya, tapi dia tidak bersuara.

"Eleanor Wayne," pria bertopeng berdiri di antara mereka. "Aku beri kau pilihan. Pertama, bunuh suamimu dengan tanganmu sendiri, lalu kami bebaskan kau. Kedua, kau melayani nafsu semua anak buahku, sebagai gantinya kami bebaskan suamimu."

Keheningan mencekam. Ryan menatap Eleanor dengan mata melebar.

Mengingat segala yang pernah Ryan lakukan kepada wanita itu, bukankah jelas istrinya tersebut akan—

"Aku... aku pilih yang kedua," Eleanor berkata lirih tapi tegas.

Sontak, mata Ryan membola. “Apa!?” 

Pria itu tidak percaya. Selama tiga tahun Ryan merendahkannya, menghinanya, bahkan berbuat kasar padanya, tapi Eleanor memilih untuk menyelamatkannya!?

Ryan mengepalkan tangan kuat dan berseru lantang, "Wanita bodoh! Kenapa kau pilih yang kedua!? Kenapa tidak selamatkan dirimu sendiri!? Apa kau kira itu akan membuatku berubah mencintaimu, hah!?”

Eleanor mengangkat pandangan dan menatap Ryan dengan senyuman tipis. "Karena kau suamiku, Ryan. Jika pengorbananku bisa menyelamatkanmu, aku rela melakukannya."

Tiba-tiba suara tepuk tangan bergema dari pintu masuk gudang. Seorang pria muda berpakaian jas mahal melangkah masuk dengan senyum meremehkan.

"Drama yang menyentuh," kata pria itu dengan nada mengejek. Rambut pirangnya tersisir rapi, mata birunya memancarkan arogansi tinggi. "Tapi membosankan."

"William Langdon!" Ryan mengenali wajah itu dengan mata melotot. "Kau... kau yang ada di balik ini semua?"

"Sayangnya, Ryan, bukan aku dalang yang merancang kehancuran keluargamu. Aku hanya meminta untuk... ikut menikmati pertunjukan akhir ini. Lagi pula…" 

Mata William beralih ke Eleanor yang terikat. Tatapannya penuh nafsu. 

"Wanita cantik seperti Eleanor tidak boleh disia-siakan hanya untuk kelima orang itu. Aku ingin bagian juga."

"JANGAN SENTUH ISTRIKU!" Ryan mengamuk, berusaha melepaskan ikatan hingga pergelangan berdarah. 

Namun, William malah tertawa. “Istrimu? Kau bahkan tidak pernah memperlakukannya sebagai istri.” Dia berjongkok di hadapan Eleanor, yang tampak begitu takut. “Tidak perlu khawatir, Eleanor. Aku yang akan menunjukkan padamu bagaimana seharusnya seorang istri diperlakukan!”

SRAAK!

Suara pakaian dirobek terdengar, dan kulit putih mulus Eleanor pun menjadi tontonan semua orang.

“Ahhh!”

“TIDAK!! ELEANOR!!” Ryan berteriak, berharap William akan berhenti. 

Namun, sia-sia.

Teriakan nyaring Eleanor bergema di gudang tersebut seiring dirinya dilecehkan dan digilir dengan tidak manusiawi oleh William dan lima pria lainnya.

Ryan yang dipaksa menyaksikan penderitaan Eleanor nyaris menggila. Dia berteriak dan meronta, bahkan kursi yang dia tempati sampai terbalik, membuat kepalanya membentur lantai dan berdarah.

Tapi orang-orang itu terus melanjutkan aksi biadab mereka.

Air mata Ryan mengalir deras. Penyesalan dan kemarahan mendalam menyelimuti hatinya. Dia baru menyadari betapa mulia hati Eleanor, betapa tulus cintanya.

Tapi … terlambat.

Saat semuanya selesai, Ryan hanya bisa menatap istrinya yang terkulai lemah. Tubuh malang Eleanor penuh memar, napasnya tersengal dan terputus-putus.

“Eleanor…” Ryan berbisik serak.

Mata Eleanor yang basah oleh air mata menatap Ryan sesaat, lalu berpaling pada pria bertopeng. “Bebaskan… suamiku…”

Pria bertopeng tertawa rendah. “Bebas? Aku tidak ingat pernah berjanji membebaskan siapa pun.”

“Kau—” Eleanor tersedak, darah segar mengalir dari mulutnya akibat luka dalam yang tak tertahankan. Tubuhnya bergetar lemah.

“Eleanor!” Ryan berteriak putus asa.

Dengan sisa tenaga, Eleanor menoleh padanya, senyum samar terukir di bibir yang berlumuran darah. “Maafkan aku… aku tidak bisa menyelamatkanmu…”

“Tidak, jangan katakan itu! Bertahanlah, Eleanor!” Ryan menjerit, namun tubuh istrinya sudah kehilangan tenaga. Kelopak matanya menutup perlahan, napasnya terhenti.

“ELEANOR!” Jeritan Ryan terdengar seperti binatang terluka. “JANGAN TINGGALKAN AKU!”

Tapi tak ada jawaban. Hanya kesunyian yang menegaskan kepergiannya.

Amarah menelan Ryan. Ia menatap pria bertopeng dan William dengan tatapan penuh kebencian. “AKAN KUBUNUH KALIAN SEMUA!” Ryan meronta dengan gila di kursinya. Darah mengalir dari luka-luka baru yang mulai terbentuk.

Pria bertopeng hanya tersenyum remeh sambil memainkan pisaunya, melangkah mendekat pada Ryan yang masih terikat. “Dirimu sendiri saja tidak bisa kau selamatkan, masih berani membual?” Ia mengedikkan bahu. “Yah, karena istrimu sudah mati, sekarang giliranmu.”

Tanpa basa-basi, pisau itu menghujam dada Ryan tepat di jantung. “Selamat tinggal, Tuan Muda Sampah Wayne.”

"Kalau mau menyalahkan seseorang atas kematianmu dan istrimu ini, salahkan nasibmu karena telah menyinggung Tuan Muda. Dia yang menginginkanmu mati."

Saat pisaunya dicabut, darah muncrat deras, tubuh Ryan bergetar hebat. Kesadarannya meredup, pandangannya hanya tertuju pada wajah Eleanor yang kini tak bernyawa.

“Maafkan aku, Eleanor… Jika ada kesempatan kedua, aku akan menjadi suami yang layak bagimu…”

Lalu, kegelapan menyelimuti segalanya.

**

“Kuhuk… kuhuk!” 

Batuk keras mengguncang tubuh pria berjubah emas, disusul semburan darah segar. 

Tangan pria itu mencengkeram dada, tubuhnya bergetar hebat, dan senyum pahit terukir di wajahnya.

“Eleanor… bahkan hingga akhir, aku tidak bisa melupakanmu…”

Dialah Ryan Wayne—bukan lagi tuan muda sampah, melainkan Kaisar Langit yang menaklukkan galaksi setelah seratus ribu tahun kultivasi. 

Sejak kematiannya yang tragis di kehidupan lalu, Ryan bersumpah tidak akan lagi menjadi pria lemah di kehidupan barunya ini. Ia mendaki puncak, menundukkan sekte-sekte besar, membangun kekaisaran abadi, dan menguasai hukum bintang.

Kini, di puncak segalanya, ia menghadapi ujian surgawi. 

Langit kosmis bergemuruh, sembilan petir emas berputar di atasnya, menentukan apakah ia layak menembus ranah Overgod. Dengan fondasi sempurna, seharusnya ini mudah. Namun saat petir ketujuh menyambar, ingatan mengenai Eleanor membuat fokusnya buyar.

Petir kedelapan menghantam, pertahanan yang ia bangun selama seratus ribu tahun retak, tubuh emasnya terhuyung lalu berlutut.  Penyesalan menyelimuti Ryan, membuat air mata mengalir menuruni wajahnya.

“Eleanor… maafkan aku. Jika ada jalan kembali, aku bersumpah akan menebus semua kesalahanku…”

Lalu petir kesembilan, naga emas raksasa, jatuh dari langit. Cahaya kosmis meledak. Pertahanan terakhir Ryan runtuh, dan seketika tubuh spiritual yang dibangun Ryan selama seratus ribu tahun hancur berkeping-keping. 

Kaisar Langit yang tak terkalahkan roboh, bukan karena kekuatan lawan, melainkan karena cinta dan penyesalan yang tak pernah ia lepaskan.

Namun—

“AGHH!” Ryan terbangun. Pandangannya kabur, lalu perlahan jelas. Ia tidak lagi berada di antara bintang, melainkan di ruangan serba putih dengan bau obat menusuk hidungnya.

“Rumah sakit…?” gumamnya serak. “Tapi… di dunia kultivasi tidak ada rumah sakit…”

Ia menatap sekeliling, kebingungan. 

Di saat itu, pintu terbuka. Seorang wanita masuk, mata indahnya membulat penuh syukur.

“Ryan, kau sudah bangun?”

Ryan membeku, jantungnya berdegup keras melihat siapa yang kini berdiri di hadapannya.

“Eleanor…?”

Benar. Tengah berdiri di hadapannya adalah Eleanor Bennet Wayne, istri Ryan yang seharusnya sudah mati di kehidupan lamanya. 

Lalu, bagaimana bisa wanita yang seharusnya sudah mati itu kembali berdiri di hadapan Ryan sekarang!?

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Balas Dendam Tuan Muda Sampah: Menjadi Dokter Ilahi   Bab 258 - Syarat Tak Masuk Akal

    Wajah Felicia Winter yang tadinya masih berusaha tersenyum ramah langsung menegang seperti es. Senyumnya berubah menjadi sangat pahit dan dipaksakan ketika dia berkata dengan nada yang bergetar, "Nyonya Leicester, meskipun Bennet Heritage Pharma memang bukan perusahaan raksasa yang sangat besar, tapi ini adalah hasil kerja keras saya dan suami saya selama puluhan tahun!" "Kami sungguh tidak bisa melepaskannya dengan mudah seperti itu..."Suaranya semakin pelan karena tekanan yang luar biasa berat dari tatapan dingin Nyonya Leicester."Oh, kalau begitu lupakan saja rencana pernikahan ini!" Nyonya Leicester memeluk bahunya dengan gerakan yang sangat angkuh dan meremehkan. Dengan nada yang dipenuhi penghinaan yang sangat jelas, dia melanjutkan, "Toh memang sudah banyak sekali wanita cantik dari keluarga terkenal dan kaya raya yang sangat ingin menikahi Teddy kami!" "Dia adalah lulusan dari universitas bergengsi yang sangat prestisius dan bahkan sudah memulai bisnisnya sendiri sejak m

  • Balas Dendam Tuan Muda Sampah: Menjadi Dokter Ilahi   Bab 257 - Dijodohkan

    Ryan Wayne mendekatkan wajahnya ke telinga Eleanor sambil tersenyum dengan sangat lembut dan tulus. Dengan suara yang hanya bisa didengar istrinya, dia berbisik, "Jangan khawatir sama sekali, sayangku!" "Semuda atau secantik apa pun wanita lain, aku tidak akan pernah tergoda sedikitpun! Menurutku, mereka bahkan tidak sehebat sehelai rambutmu yang indah!" Tidak seorang pun mendengar percakapan romantis antara keduanya karena suara di meja utama cukup ramai. "Tidak ada yang tahu nama panjangnya, tapi dia biasa dipanggil Tuan Wayne," Uno Leicester berpikir sejenak dengan ekspresi yang sangat serius sebelum menjawab. "Mengingat dia sudah menjadi master bela diri yang sangat tinggi tingkatannya, usianya pasti sudah tujuh puluhan atau bahkan delapan puluhan tahun!" "Haha, kalian berdua sama-sama bermarga Wayne!" Teddy Leicester menatap Ryan Wayne yang duduk di meja belakang dengan tatapan yang sangat sinis dan penuh ejekan. Dengan tawa yang keras dan menghina, dia melanjutkan, "Ku

  • Balas Dendam Tuan Muda Sampah: Menjadi Dokter Ilahi   Bab 256 - Bergosip Di Depan Orangnya

    Ryan Wayne mengingat dengan jelas—dalam kehidupan sebelumnya, gadis bernama Winnie Chess ini sangat memandang rendah dirinya. Dia sering menyebutnya bodoh dan sia-sia, bahkan beberapa kali dengan sengaja memukulinya di depan orang banyak. Teddy Leicester yang mengenakan kemeja seputih salju dan sepatu kulit yang mengilap sempurna tampak sangat percaya diri. Dia mengangkat kepala dan membusung dada dengan bangga sambil membawa hadiah mahal yang dibungkus dengan sangat rapi, terlihat seperti pemuda menjanjikan yang sempurna. Dengan gerakan yang sangat sopan dan terlatih, dia membungkuk sambil berkata, "Halo, Paman Harvey! Halo, Bibi Felicia! Senang sekali bisa berkunjung ke rumah yang indah ini!" Adapun Ryan Wayne dan Eleanor Bennett yang berdiri agak jauh, Teddy sudah mengenal mereka dengan sangat baik dari cerita Evelyn. 'Mereka bahkan tidak sepenting pelayan rendahan di Keluarga Bennett,' pikirnya dengan sangat meremehkan. Karena itu, dia bahkan tidak repot-repot melirik atau

  • Balas Dendam Tuan Muda Sampah: Menjadi Dokter Ilahi   Bab 255 - Datangnya Keluarga Leicester

    "Eleanor sayang, tolong coba ukur suhu tubuhmu dengan termometer," Felicia Winter bertanya dengan nada yang dipenuhi kekhawatiran yang mendalam. "Apakah kamu sedang demam tinggi sehingga mengigau seperti ini?" "Kalian tidak percaya dengan semua yang aku katakan?" Eleanor Bennett merasa sangat malu dan frustrasi melihat reaksi mereka yang sangat skeptis. Dia tidak tahu harus tertawa atau menangis melihat ekspresi meragukan di wajah mereka. Dengan nada yang sedikit kesal, dia tertawa pahit sambil berkata, "Semua yang baru saja aku katakan itu benar-benar nyata dan bukan halusinasi!" Dia melanjutkan dengan nada yang semakin bersemangat, "Ryan Wayne bahkan berhasil menyembuhkan penyakit aneh dan sangat langka yang diderita Tetua Stone!" "Sekarang seluruh Keluarga Stone memperlakukan Ryan Wayne dengan sangat hormat seperti menghormati seorang dewa!" "Bukan hanya Keluarga Stone saja, tapi juga Goliath Ainz dari Orientalis yang terkenal sangat kejam dan Mark Sutherland—orang terkaya

  • Balas Dendam Tuan Muda Sampah: Menjadi Dokter Ilahi   Bab 254 - Tidak Percaya

    "Tuan Muda James sekarang benar-benar begitu kuat dan menakjubkan?" Seorang pemuda dari keluarga kaya yang duduk di sebelah mereka bertanya dengan nada yang sangat heran dan penuh rasa ingin tahu. "Bukankah dulu dia selalu suka menjemput gadis-gadis cantik dan berkelahi dengan kita hampir setiap hari untuk hal-hal kecil?" "Hati-hati sekali dengan setiap kata yang kamu ucapkan!" Thomas Leon yang mendengar pertanyaan yang agak tidak sopan itu langsung menggeram dengan tatapan yang sangat dingin dan tegas. Auranya yang mengintimidasi membuat suasana di sekitar meja mereka menjadi tegang. Pemuda kaya itu yang hartanya bernilai puluhan miliar DGP dan memiliki beberapa tempat kebugaran mewah di Millbrook langsung ketakutan setengah mati. Tubuhnya tiba-tiba bergidik hebat dan dia dengan cepat menundukkan kepala sambil berbisik permintaan maaf. "Unit militer yang sekarang dia ikuti disebut Pasukan Khusus Tiger Warlord yang sangat elit dan terkenal," Thomas Leon melanjutkan dengan eksp

  • Balas Dendam Tuan Muda Sampah: Menjadi Dokter Ilahi   Bab 253 - Dendam Thomas

    "Huh, kalian manusia biasa, bagaimana mungkin kalian tahu kekuatan para penguasa dari dunia tersembunyi ini?" Thomas Leon mendengus dengan jijik yang sangat jelas terlihat. Matanya memancarkan kilatan yang penuh kekaguman fanatik ketika dia melanjutkan dengan nada yang sangat hormat, "Tuan Wayne adalah seorang master bela diri sejati yang sudah melampaui batas kemampuan manusia biasa!" "Bukan hanya Keluarga Stone yang menghargainya dengan sangat tulus, bahkan petinggi seperti Goliath Ainz dari Orientalis dan Mark Sutherland dari Waterford pun bersedia menjadi pengikut setia di bawahnya!" "Apa? Tuan Ainz sang penguasa Eastern Azure Sea yang legendaris itu juga takut padanya?" Semua orang yang mendengar pernyataan mengejutkan itu langsung tercengang dengan mata yang melotot sangat lebar. Mereka merasa seolah-olah sedang berada dalam mimpi yang sangat tidak nyata. Suasana bar yang ramai tiba-tiba menjadi hening sejenak karena shock yang mendalam. "Benar sekali! Dan yang lebih me

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status