Bab 6 Balas Dendam
Tempat AsingKarina melepaskan paksa infus yang menancap di punggung tangannya. Lalu melompat dari atas ranjang, dan mencari tasnya."Astaga, dimana dia menyimpan tasku," gerutunya lirih.Menyingkap sofa, membuka laci. Lalu membuka bed dan bahkan dia mencari sampai ke dalam kamar mandi. Tapi, benda itu tam ia temukan. Karina menggelung rambut panjangnya. Lalu ia kembali mencari benda penting miliknya itu."Bagaimana aku bisa pergi tanpa tas itu. Paspor - ku, identitasku. Aah, sial! Kemana benda itu, astaga!"Tiba-tiba, terdengar suara derap langkah mendekat. Karina sontak kembali ke atas ranjang. Dan, berpura-pura tertidur. Ia menutup semua tubuhnya menggunakan selimut, kecuali bagian kepalanya."Apa dia mengamuk, kenapa tempat ini jadi berantakan sekali," ucap Alvis yang kaget melihat ruangan yang menjadi sangat berantakan. Saat ia memasuki kamar tersebut.Matanya mengedar ke seisi ruangan, lalu tiba-tiba ada yang masuk. Yaitu, seorang perawat wanita datang untuk memeriksa keadaan Karina. Sepuluh menit Karina diperiksa dalam kepura-puraan tidurnya. Ia ingin tahu, apa yang akan di katakan perawat itu tentangnya."Sepertinya istri anda sudah sangat baik kondisinya, Tuan. Jika hendak pulang, kami ijinkan," ucapnya.Sontak membuat Karina merasa kegirangan. Ia mengepalkan tangannya dengan semangat. Dan, menunggu Alvis lengah agar dia bisa segera kabur. Ia bersumpah akan menghilang dari kehidupan pria yang telah merusak hidupnya itu."Syukurlah, ini kabar yang sangat baik. Kalau begitu, aku akan segera mengurus administrasinya. Tolong urus istri saya dan pastikan dia dalam kondisi baik-baik saja," ujar Alvis. Kemudian ia pergi meninggalkan ruangan itu.Petugas medis itu segera mendekati infus yang masih tergantung. Keningnya berkerut, karena infus menjuntai ke lantai. Ia sontak menaruh curiga pada pasiennya itu. Dan, keduanya tersentak kaget saat Karina tiba-tiba menoleh dengan cepat."Astaga!" pekik keduanya bersamaan.Lalu, dengan cepat Karina melompat dari ranjangnya dan, berlari dari ruangan itu. Tak memperdulikan perawat medis yang berteriak memanggilnya."Nyonya! Anda mau kemana! Nyonya!" Perawat itu terus berteriak seraya memanggil Karina.Namun, sia-sia. Entah mendapatkan kekuatan dari mana. Karina berlari dengan sangat kencang keluar dari lokasi rumah sakit tersebut. Nafasnya naik turun, saat ia sengaja menghentikan langkahnya di gang yang ia rasa sudah aman."Ya Tuhan, aku tak mengenal tempat ini," keluhnya, mulai bingung dengan situasi yang menghimpitnya.Dadanya naik turun, matanya terus memindai keadaan. Karina berdecak kesal, ia menyandarkan tubuhnya ke dinding tembok tinggi di gang sempit itu. Wajahnya menengadah, menatap langit yang biru."Aku harus kemana sekarang," ucapnya lirih.Ia menyeret langkahnya perlahan. Keluar dari gang sempit itu. Tapi, ia kembali bingung. Kemana harus membawa diri. Ia berjalan gontai. Menyusuri jalanan hitam yang begitu panas. Sesekali ia mengedarkan pandangannya. Berharap ada hal atau sesuatu yang ia kenal atau ia ingat.Namun, sepertinya waktu telah membawanya jauh dari tempat ini. Hingga ia tak lagi mengingat apapun tempat yang baginya sangat asing. Karina berdecak kesal, karena tak menemukan jejak atau sesuatu yang bisa membawanya ke suatu tempat. Yang mungkin bisa ditinggali."Duh, kenapa kepalaku pusing sih. Ah sial, sepertinya terik yang begitu ekstrim membuat kepalaku sakit," keluhnya. Saat ia merasakan pandangannya mulai kabur."Rrrrr!" Karina menggelengkan kepalanya, mencoba menghilangkan rasa pening di kepalanya. Tapi, yang terjadi justru sebaliknya. Kepalanya seolah berputar, juga pandangannya yang semakin gelap. Sepuluh detik kemudian, tubuhnya luruh diatas tanah pinggiran aspal.Entah berapa lama dia pingsan, saat ia membuka matanya. Ia semakin bingung, karena berada di tempat yang begitu mewah. Keningnya mengernyit, matanya melirik ke seluruh sudut ruangan."Dimana lagi ini," gumamnya lirih.Karina menyingkap selimut tebal yang menutupi tubuhnya. Ia ingin mencari tahu dimana kini dia berada. Tapi, baru saja ia sampai di tepian ranjang. Pintu kamar itu tiba-tiba terbuka lebar. Karina terkesiap seketika, dengan mata yang membulat.🍁 BERSAMBUNG 🍁Bab 38 Balas Dendam Yang SalahSensitifAlvis menghela nafasnya panjang. Dia tak bisa membantah kata-kata dari sang nenek. Wanita yang telah membesarkannya seorang diri. Dia lantas berdiri dengan terus menggandeng erat tangan sang istri."Baiklah, perlahan akan aku buktikan sama Nenek. Kalau wanita ini bukanlah, Andini. Dan Nenek akan melihat, betapa wanita sangat luar biasa di banding Andini. Nenek akan jatuh cinta padanya jika Nenek sudah mengenalnya. Sepertiku yang kini sangat terikat olehnya. Dan enggan untuk jauh darinya. Walau sekejap waktu," jelas Alvis panjang.Stella mencebik kesal dengan wajah memerah menahan amarah. Dia benci sekali ucapan sang cucu yang sedang di mabuk cinta itu. Apalagi pikirnya Karina adalah wanita yang sama yang telah hampir membuatnya meninggal dunia."Halah, saat kamu sadar bahwa dia adalah wanita ular itu. Saat itu kamu akan menyesal sebab tak mendengar nasehat dariku." Nenek Stella dengan penuh keyakinan mengatakan itu. Membuat Alvis tersenyum menang
Bab 37 Balas Dendam Yang SalahKebencian Nenek StellaAlvis mendekati sang nenek dengan tangan yang masih menggenggam erat tangan Karina. "Usir dia sekarang juga! Aku muak melihatnya! Apa kamu lupa dengan yang dia lakukan padaku, Al!" amuk Nenek Stella dengan dada yang bergemuruh.Karina kian menunduk, tubuhnya menggigil dalam diam. Dia tidak berpikir sikap sang nenek akan semurka ini padanya. Iya, dia belum lupa saat Alvis memperlihatkan video saat Andini mendorong Nenek Stella hingga membuatnya koma. Tapi, dia pikir Alvis sudah menjelaskan tentangnya dan pernikahan mereka itu. Lalu, ingatannya kembali ke kata-kata Antini tadi sewaktu mereka sarapan pagi. Dia sedikit melirik suaminya, yang terlihat tenang dan santai."Nek, dia bukan Andini. Memang sangat mirip bahkan nyaris tak berbeda. Tapi, percayalah, dia bukan Andini." "Mana mungkin! Lihatlah, wajahnya, rambutnya, tinggi badannya. Tidak ada yang berbeda. Kamu jangan mau tertipu dengan wajah sok lugunya itu, Al. Dia itu ular! Pe
Bab 36 Balas Dendam Yang SalahNenek StellaKarina dan Alvis kini sudah berada di dalam hotel. Karina tiada henti memandangi wajah suaminya yang terlelap memeluknya. "Kenapa sekarang aku sangat mengagumimu, Milo. Aah, lucu sekali aku memanggilmu dengan nama itu. Padahal namamu itu panjang dan bagus. Tapi, kenapa aku menyapa dengan sebutan itu. Hmmm, aku ingin mengganti dengan sebutan sayang saja. I love you sayang," biaknya lirih.Alvis mengeratkan pelukannya, dan berbisik. "I love you too, sayang.""Hai, kau belum tidur?""Mana bisa aku tidur kalau kamu terus mengganggu, hmm," sahut Alvis. Yang gegas menggelitik pinggang sang istri. Karina tergelak, menerima serangan yang membuat tubuhnya gelinjangan sebab merasa geli. Sampai dia memohon ampun, dan Alvis menghentikan tangannya. Dia memeluk Karina yang nafasnya terengah-engah sebab lelah menahan geli."Kita akan pulang besok, atau kamu masih ingin disini, sayang?" tanya Alvis."Bolehkan tinggal beberapa hari lagi, disini. Aku ingin b
Bab 35 Balas Dendam Yang SalahDibalik Sikap Manis Welly Karina tergelak, dan mencubit pinggang Welly. Lantas meraih tangan suaminya dan ia genggam dengan sangat erat."She's all yours, Welly. Be happy, you deserve it." Karina mencium lembut pipi Welly, lantas beranjak pergi dari tempat itu. Sejenak, saat langkahnya sampai di ambang pintu. Dia menoleh dan menatap kedua pasangan pengantin baru itu. Lantas mengerling sekejap dan berlalu. Meninggalkan Richard yang seakan pilu melepaskan kepergiannya."Are you oke, honey?" tanya Welly, seraya menyentuh bahu Richard.Pria itu menggeleng dan lantas membawa istrinya keluar dari tempat itu. Apapun yang terjadi, kini Welly--lah istrinya. Jadi, dia membawa wanita itu ke hotel malam ini. Meninggalkan kamar pengantin mereka, yang sudah dihias sedemikian rupa.Sementara itu, Karina menyandarkan kepalanya ke bahu sang suami. Entah mengapa, dia merasa sangat lega. Meski kecewa mendera, tapi lebih pada rasa nyaman dan seolah beban yang selama beber
Bab 34 Balas Dendam Yang SalahRindu Yang MenggebuRichard, memeluk erat tubuh Karina. Wanita itu menengadahkan wajahnya. Tatapannya pilu. Membuat Richard merasa sangat bersalah. Ingin sekali dia menceritakan semua kejadian yang menimpanya. Tapi, apa yang akan terjadi dengan Alvis.Bisa-bisa suaminya itu akan mati terbunuh oleh orang-orang suruhan Richard. Dia tahu siapa kekasihnya itu. Sebab itu, semua ia tutupi sedemikian tapi."Maafkan aku Ric, aku sungguh ceroboh," sahutnya penuh sesal."Kau sangat cantik sekarang. Bisa kita berkencan malam ini?" bisiknya Richard, seraya mencium leher jenjang Karina.Karina menoleh dan merenggut bibir tebal itu. Memagutnya dengan buas. Dia sungguh merindukan lelaki ini. Lelaki yang telah menyelamatkan hidupnya dulu. Saat pertama kali dia kabur ke negara ini. Karina melepaskan ciumannya. Senyum merekah di wajahnya. "Kau masih milikku, sayang," bisik Karina. "Tapi, kau pria terhormat. Kau istimewa bagiku. Aku bangga telah mencintai dan mendapatkan
Bab 33 Balas Dendam Yang SalahMelepas RinduAlvis merengkuh tubuh Karina. Wanita itu gemetaran hebat dalam pelukan sang suami. Pria di ujung sana, yang baru saja menyematkan cincin perkawinan pada jari manis si wanita. Berdiri terpaku menatap Karina."Karina," lirihnya.Pria itu berlari, mendekati Karina. Tapi, Alvis memasang badan. Menghalanginya dengan tegap. "What are you doing here!" ucap Richard dengan dada naik turun. Dengan kuat dia menyingkirkan tubuh Alvis. Lantas menarik tubuh Karina, dan mendekapnya erat. Dan Karina pun memeluk tubuh pria itu erat. "Karina, why? Why have you come now. Where have you been for the past 3 months? Where to?" cecar pria tampan dengan setelan jas putih yang tampak tampan dan berwibawa.Karina tergugu, mencengkram kuat tubuh pria itu. Alvis mengatupkan bibir dan menutup rapat matanya. Membiarkan istrinya meluapkan emosinya. "I'm sorry, Richard. I'm sorry it took so long. I, I can't go back. Because my bag is lost. And I can't reach you at all.