Bab 7 Balas Dendam Yang Salah
Rencana KaburSeorang wanita setengah baya masuk, dengan membawa pakaian. Lalu tersenyum dan mendekati Karina."Nyonya sudah bangun rupanya. Ini Nyonya, pakaian ganti anda. Saya, Antini asisten di rumah ini" jelasnya.Karina terdiam dengan alis yang bertemu. Ia tak mengerti dengan yang sedang terjadi padanya. Ia hanya mengamati gerak-gerik wanita itu."Asisten? lalu siapa majikan anda?" tanya Karina kemudian.Wanita paruh baya itu kembali tersenyum tipis. Lalu beranjak begitu saja tanpa menjawab pertanyaan Karina."Hai, kenapa tak kau jawab pertanyaanku, wanita tua!" pekik Karina. Ia geram, karena merasa diabaikan begitu saja.Wanita itu menoleh dan mengangguk hormat. Seulas senyum tak lepas dari kedua sudut bibirnya. Meski tatapannya terlihat sangat dingin. Membuat Karina sedikit merinding bulu kuduknya."Nanti, Nyonya juga akan tahu. Siapa Tuan besar juga Nyonya besar di sini. Maaf, saya permisi. Makan malam, nanti akan kami antar kemari. Itu perintah Tuan Muda pada kami."Lalu pintu tertutup dan terdengar anak kunci yang mengait pintu kamar tersebut. Karina sontak membeliak, menyadari bahwa dirinya kini dikurung di sebuah kamar besar nan mewah."Kenapa nasibku sesial ini, sih. Astaga!" pekiknya seraya menjatuhkan tubuhnya kembali ke atas kasur.Karina masih terdiam, memikirkan bagaimana caranya agar bisa keluar atau minimal tahu, dimana sebetulnya dia kini berada. Tapi, tiba-tiba kandung kemihnya terasa sangat penuh. Sontak ia mencari kamar mandi dan, saat ia menemukannya. Ia sedikit tercengang, karena kamar mandi itu sangat bersih dan ruangannya begitu luas."Waw, sepertinya mandi bisa menyegarkan tubuhku," gumamnya.Ia segera melucuti pakaiannya. Dengan tubuh polos ia menengadahkan wajahnya ke atas. Menikmati rintik air hangat yang turun dari shower. Rasanya seperti mendapatkan pijatan lembut di kulit wajahnya.Kemudian dia menurunkan wajahnya, dan dengan mata yang terpejam. Membiarkan air turun membasahi puncak kepalanya. Ingatannya tiba-tiba mengarah saat di mana Alvis memaksanya kala itu."Astaga! Laki-laki sialan! Kenapa kau renggut hal paling berharga milikku, brengsek!" umpatnya.Tubuhnya luruh, ia duduk di atas lantai. Menekuk lutut dan memeluknya erat. Tangis kembali pecah dari dadanya. Ia meraih sabun mandi, lalu mengeluarkannya sebanyak mungkin. Dan menggosok ke seluruh kulit tubuhnya."Menjijikkan, kalau hendak menodaiku. Kenapa kau menyelamatkanku. Kenapa tak kau bunuh saja aku!" gerutunya lagi.Karina terus saja bermonolog. Mengeluarkan sesak yang memenuhi rongga dadanya. Menjambak surai di kepalanya. Lalu menggosok kulit tubuh bagian dadanya. Dengan raung yang terdengar ironi. Ia berharap, dengan membasahi tubuhnya. Akan menjadi lebih segar, tubuhnya. Tapi, justru ia semakin membenci dirinya sendiri."Andai aku tahu ini yang akan terjadi, aku lebih baik tetap tinggal bersama Richard dan, menikah di sana. Ibu…!" raungnya lagi.Lelah menangis, ia menyudahi mandinya. Lalu masuk ke kamar dengan mengenakan handuk kimono yang tersedia. Saat ia mengenakannya, tercium aroma handuk baru. Ia mengernyitkan dahinya, berpikir sedikit lama, seraya melangkah keluar."Apa, ini baru disiapkan? Ini wangi handuk baru," gumamnya. Lalu, Karina mengambil pakaian yang dibawa oleh Antini. Dan, memeriksanya sebelum mengenakannya. Betul saja, semua masih bermerek."Astaga, ini juga masih baru," ucapnya.Lalu, dia mengambil underwear juga bra, kembali ia menggeleng. Karena semuanya masih baru. Karina semakin tak mengerti dengan keadaannya. Tapi, karena tak ada pakaian lain. Ia terpaksa mengenakannya."Hmm, bisa pas begini, ya. Dan, ini sangat nyaman sekali," ujarnya. Setelah selesai mengenakan pakaian itu. Ia menuju meja rias, menatap alat make up yang super lengkap di sana."Waw, ini… pasti punya pemilik rumah. Apa ada wanita sepertiku. Kenapa peralatan make upnya begitu lengkap," gumamnya lagi dengan hati yang diliputi banyak pertanyaan.Ia tak ingin memusingkannya dan, langsung mengenakannya saja. Mengeringkan surai yang basah. Lalu memoles wajahnya dengan riasan tipis. Seulas senyum mengembang di wajah Karina.Saat ia menatap pantulan dirinya dalam cermin tinggi di lemari 6 pintu di dalam kamar tersebut. Iseng, ia membuka lemari pakaian itu. Hanya ada pakaian Alvis di sana. Ia berdecak kagum, karena semua yang ada branded ternama.Iya, karena Karina pernah bekerja di sebuah toko besar. Yang menjual hanya barang-barang original bermerk terkenal. Karena itu Karina bisa tahu, berapa harga perlembar pakaian yang tergantung di dalam lemari itu."Hmmm, melihat semua ini. Aku semakin merindukan Richard-ku. Aaa! Sial. Dimana dia menyembunyikan tas milikku. Aku harus segera menghubunginya, bukan. Dia pasti sangat mengkhawatirkanku saat ini."Karina menutup kasar pintu lemari itu, sesak kembali memenuhi rongga dadanya. Perasaannya begitu kacau dan hancur. Kesucian terenggut, kebebasan pula hilang. Dan dia menjadi tahanan kamar mewah."Bagaimana caraku keluar dari sini, Tuhan," gumamnya dalam keputusasaan.Tiba-tiba terdengar suara kunci di buka, dari arah pintu. Sontak Karina melompat, dan bersembunyi di belakang pintu. Rencananya, dia akan mengendap-endap, untuk keluar jika ada kesempatan.Ceklek, pintu terbuka. Dan, Antini snag asisten masuk membawa nampan berisi kudapan. Lalu, Karina berjalan berjinjit dengan sangat perlahan. Dan—"Nyonya!"🍁 BERSAMBUNG 🍁Bab 8 Balas DendamGagal KaburKarina menoleh sekejap, tapi kemudian melanjutkannya dengan cepat. Karena Antini menuju kamar mandi. Dengan dada yang berdetak tak karuan. Karina berhasil keluar dari kamar itu. Dan, ia segera memindai seluruh sudut rumah besar itu. Langkahnya terus berjalan, menyusuri ubin dingin yang warnanya mengkilap bahkan berkilauan diterpa lampu pencahayaan. Dan, langkahnya terhenti. Saat mendapati sebuah ruangan yang sangat tidak asing baginya. "Apa! Jadi, aku—" Sontak Karina mencengkram surai di kepalanya dengan kuat. Ia sungguh tak percaya dengan apa yang terjadi padanya. Ia seperti sedang berada di labirin aneh. Kenapa setiap kali dia melangkah. Masih juga berkutat dengan pria yang telah menodainya itu. "Aaaaaargh!" jeritnya sekuat tenaga. Tubuhnya luruh begitu saja di atas lantai. Semua bayangan saat ia di paksa pria itu, hingga kesuciannya hilang. Melintas begitu nyata dalam ceruk kepalanya. Ia merutuki dirinya sendiri. Kenapa nasibnya begitu sial. Kena
Bab 9 Balas DendamKenyataanKarina mengerjap perlahan membuka matanya. Tangannya memegangi kepalanya yang terasa begitu berat. Wajah pucatnya meringis, menahan sakit di kepala juga telapak kakinya. Setelah matanya bisa melihat dengan jelas. Ia tercengang dan kembali kesal. Sungguh, ia merasa sedang berada di labirin mengerikan. Kemanapun dia melangkah, ia akan kembali lagi ke tempat semula. "Bagaimana mungkin aku masih disini, ya Tuhan…," lirihnya dengan dada yang terasa sesak dan nyeri.Ia menoleh menatap jendela yang ia pecahkan. Mustahil, kenapa sudah rapi. Bahkan, kini semua jendela menjadi berteralis besi yang kokoh. Karina menatapnya pilu dengan bibir yang menganga tak percaya. "Oh my God! Keterlaluan. Apa sebetulnya yang ia inginkan dariku," gerutunya, seraya meremas dadanya yang semakin terasa sakit di dalam sana. Karina menggeser tubuhnya perlahan, ia ingin sekali turun dari ranjang besar itu. Dan, keluar dari kamar mewah yang bukan miliknya. Lalu segera kembali ke Singa
Bab 10 Balas DendamNyonya Milo Syailendra Karina menyingkirkan tangan Alvis dari tubuhnya dengan kasar. Tapi, ia tak bisa menjauh darinya. Karena sakit di telapak kakinya, membuatnya sungguh kesulitan bergerak bebas. "Jangan bermimpi kamu! Aku hanya berpura-pura kala itu, bukan bicara serius!" protes Karina dengan sinis. "Iya, aku tahu itu. Tapi, sekarang kamu adalah istri sahku. Kita telah menikah secara agama, kemarin lusa. Di sini, apa kau perlu buktinya?" jawab Alvis dengan santainya. Ia turun dari ranjang, dan mengutip pakaiannya. Lalu membawanya ke kamar mandi. Sementara Karina menarik selimut dan menutupi tubuhnya rapat. Ia masih tak percaya dengan kalimat yang diucapkan Alvis padanya. Tapi juga bingung untuk mencernanya"Mustahil, itu tidak mungkin terjadi," sangkalnya lirih. Tangannya meremas-remas selimut tebal yang menutupi tubuhnya. Bayangan sosok Richard menari di dalam ceruk kepalanya. Dengan kasar ia meraup wajahnya. Lalu menjambak rambut di kepalanya yang sangat
Bab 11 Balas DendamSahTangan Karina melayang ke dada telanjang Alvis. Ia terus menghantamkan kepalan kedua telapak tangannya ke sana. Sementara Alvis hanya tersenyum menanggapinya. Menerima pukulan di tubuhnya, yang ia anggap bentuk cinta dari sosok istri yang baru ia sahkan saat Karina tak sadarkan diri kala itu. "Berhenti!" serunya, saat ia melihat sosok Karina yang tubuhnya mulai limbung. Ia segera keluar dari kendaraanya, dan menghampiri Karina. Yang tubuhnya sudah tergeletak di tepi jalan. Ia menggeleng lemah, lalu segera membopong tubuh lemah Karina. "Dasar bawel. Kenapa kau sangat keras kepala, Karina." Alvis berjalan menuju mobil, dan sopir membukakan pintu untuknya. Alvis segera masuk, dan memangku tubuh Karina. Ia menarik nafasnya dalam satu helaan panjang. Saat menatap lekat wajah pucat Karina. Tangannya bergerak perlahan, menguap puncak kepala Karina. Dan, senyuman terulas di wajahnya. "Kita pulang, Pak. Aku harus segera menikahinya, sebelum ia menjadi milik orang
Bab 12 Balas DendamKoleksiAlvis tersenyum melihat wanita yang baru saja ia nikahi itu terus mengigau. "Kau ini pingsan atau tidur sih, gadis cantik. Hmm, sepertinya aku menyukainya. Astaga, secepat itu aku jatuh hati padanya." Saat membopong tubuh lemah Karina, Alvis tak berhenti menatap wajah cantiknya itu. Kedua sudut bibirnya tertarik ke atas secara perlahan. Kedua bola matanya bersinar. Hingga sampai di atas ranjang, perlahan Alvis meletakkan tubuh istrinya. Membelai surai panjang yang berwarna coklat dan bergelombang itu dengan sangat lembut. Lalu meninggalkan satu ciuman dari ujung bibirnya ke kening Karina. "Aku yakin kau wanita yang setia, Karina. Tetaplah tinggal, sampai aku usai membalaskan dendamku. Setelah itu, kita akan menemui kekasihmu, untuk menjelaskan semua yang terjadi. ❣❣❣❣❣"Kenapa kau lakukan itu padaku? Kenapa!" raung Karina, dalam dekapan Alvis. "Seharusnya kau bersyukur, bukan? Aku sudah bertanggung jawab atas perbuatanku?" "Aku tidak mau menikahi pri
Bab 13 Balas DendamTerbuai Dalam SandiwaraKarina sontak membuang muka. Saat ia melihat sosok Alvis yang masuk ke dalam kamar tersebut. Pria itu membuka lemari, kemudian melirik sekilas istrinya dan kemudian keluar lagi. "Hai! Kembalikan tasku!" teriak Karina seraya melemparkan bantal yang telah Antini kembalikan ke atas kasur lagi. Namun, pria itu tidak menggubrisnya sama sekali. Karina semakin kesal dibuatnya. Ia mengacak-acak kasur itu kembali. Dan tiba-tiba perutnya terasa lapar. Ia menoleh ke baki yang ada di atas meja. Dengan terpaksa, lapar yang sudah menguasainya itu mendorong langkahnya mendekat ke sofa. Lalu ia menjatuhkan bobotnya ke sana dan menarik baki berisi nasi beserta lauk pauknya. "Ya Tuhan, aku memang kelaparan. Menyedihkan sekali hidupku. Makanan ini sangat enak, tapi tak terasa apapun. Karena bagaikan di penjara rasanya," gerutunya lirih. Ia menyantap makanan itu dengan sangat lahap. Ia memang sangat kelaparan. Jika tak segera mengisi perutnya dengan makana
Bab 14 Balas Dendam Airmata Karina Karina tak menjawab apapun. Tapi, sorot matanya menggambarkan isi hatinya. "Be mine, and I will be yours," bisik Alvis sekali lagi. Karina masih terdiam dengan bibir yang sedikit terbuka dan nafas yang terengah. Tanpa sadar, ia menggoyangkan tubuhnya, saat Alvus menekan tubuh bagian tengah mereka yang sedang menyatu. Pria itu memejamkan matanya, seraya melumat lembut bibir Karina. Beberapa menit kemudian, mereka terdiam bersama, dalam satu pelukan. "Apa ini, Tuhan. Kenapa denganku? Aku merasakan nyaman yang begitu mendamaikan. Dia sangat baik melakukannya. Aku tak merasakan sakit sedikitpun," bisik hati Karina. Tubuhnya masih tertindih tubuh kekar Alvis. Pria itu masih terlihat gemetaran. Bahkan seakan tenaganya habis, setelah mereka berdua mencapai puncak bersamaan. "Tuan, bisakah kau menyingkir dari tubuhku? Kau sangat berat untukku," ucap Karina, yang semakin lama semakin ia rasakan beban berat menimpa tubuhnya. Alvis tersenyum, lalu perl
Bab 15 Balas DendamSosok AlvisAlvis menghela nafasnya cepat. Lalu beringsut dari atas ranjang. Ia membuka lemarinya dan mencari pakaian. Karina mengamati pria yang merupakan suaminya itu dengan seksama. Ia banyak berharap, pria itu akan mengabulkan keinginannya. Tapi, hingga Alvis usai mengenakan pakaiannya. Pria itu kembali mendekati Karina. Lalu menangkup wajahnya, dan menempelkan kedua bibir mereka. "Aku akan kabari kamu lagi nanti, ya. Nenek sudah menungguku di rumah sakit. Mungkin aku tidak akan pulang. Kamu, nyenyakkan tidurmu. Esok pagi, bangunlah dengan semangat dan bahagia. Aku akan menemuimu lagi esok pagi. Ingat, sambut aku dengan senyuman termanismu. Juga penampilan terbaikmu, mengerti," ujarnya, seraya menyugar surai coklat milik istrinya. Karina tercengang. Gurat senyum yang mengembang sontak berubah garis datar dengan mata yang mengembun. "Aku pergi dulu, jika butuh sesuatu. Ada Mbak Antini di rumah, panggil saja dia." Pria itu kemudian melangkah pergi. "Tidak! A