Home / Rumah Tangga / Balasan Istri Buta / Penglihatan yang Sudah Kembali

Share

Penglihatan yang Sudah Kembali

Author: Cucu Suliani
last update Huling Na-update: 2024-05-31 18:42:54

Mendengar suara adzan yang berkumandang membuat Hana terbangun dari tidurnya, dengan begitu perlahan dia duduk dan menyandarkan punggungnya pada sandaran tempat tidur.

Lalu, wanita itu nampak meraba-raba ke arah samping. Dia berusaha untuk mencari suaminya, tetapi dia merasa kalau kasur itu kosong.

"Mas Bara, kamu di mana?" tanya Hana.

Terdengar seperti ada orang yang sedang bergerak di atas sofa, tetapi tidak ada ucapan yang terdengar. Hana merasa heran, jika saja bisa melihat, Hana pasti tahu sebenarnya ada apa di sofa dan ada siapa.

"Mas! Apa kamu sedang tidur di atas sofa? Atau kamu sedang di kamar mandi?" tanya Hana.

Tidak ada sahutan sama sekali, Hana yang merasa penasaran berusaha untuk turun dari tempat tidur. Dia memakai sandal yang selalu dia simpan di dalam laci nakas, lalu dia melangkahkan kakinya menuju kamar mandi dengan begitu perlahan dan juga hati-hati.

Tanpa Hana tahu, Bara dan juga Hesti sedang berada di atas sofa. Keduanya baru saja selesai berolah raga yang menghasilkan peluh dan juga kenikmatan, keduanya sedang duduk sambil berpelukan.

Kedua orang itu memang terlihat begitu bejat, dengan teganya keduanya melakukan hal itu di dalam kamar utama. Di mana sudah ada Hana.di sana.

"Mas! Dia nyari kamu tuh," ujar Hesti dengan bisikan.

Bara malah mencebikkan bibirnya, pria itu benar-benar terlihat tidak peduli sama sekali kepada istrinya.

"Bodo amat," ujar Bara yang langsung mencubit ujung dada wanita itu.

Hesti nampak kegelian, Bara malah sengaja meremat dada wanita itu. Hesti yang tidak tahan langsung melompat turun dari sofa dan tanpa sengaja Hana terdorong oleh Hesti.

"Argh!" teriak Hana.

Hana yang tidak siap mendapatkan dorongan langsung terjatuh, kepala wanita itu nampak terbentur pada tembok kamar. Tangannya bahkan tanpa sengaja menghempaskan pas bunga sampai pecah.

"Mas Bara, sakit! Tolong Hana!" teriak Hana sambil memejamkan matanya dengan kuat.

Sudah buta, kini tiba-tiba saja dia mendapatkan dorongan. Rasanya penderitaan yang sudah sangat lengkap sekali, Hana sangat sedih. Terlebih lagi tidak ada Bara yang menolongnya.

"Mas! Tolong dia gih," bisik Hesti.

"Bodo amat, biarkan dia mati sekalian." Bara menimpali ucapan Hesti dengan bisikan juga.

Pria itu sudah benar-benar seperti orang yang tidak punya hati, pria itu sudah benar-benar buta. Dia tidak merasa kasihan sekali melihat istrinya menderita, dia malah berharap kalau istrinya itu mati dalam seketika.

Hana meringis menahan sakit, tidak lama kemudian Hana bahkan terdengar menangis. Karena ternyata kepalanya kini mengeluarkan darah, Hana paling sedih kalau sudah terluka dan juga berdarah.

"Ya Tuhan, ini sakit sekali," ujar Hana seraya berusaha untuk membuka matanya.

Wanita itu merasa kaget, karena saat dia membuka matanya, sekelilingnya yang awalnya terlihat begitu hitam, kini samar-samar terlihat nyata.

Suasana kamarnya dia lihat sudah berubah, kamar yang dulunya terlihat bercat putih kini berubah menjadi cat abu-abu. Semua barang yang ada di dalam kamar itu juga sudah berubah, walaupun masih dalam posisi yang sama.

Tidak lama kemudian, Hana terlihat lebih kaget lagi kala dia melihat Hesti dan juga Bara yang kini dalam keadaan polos. Bara dan Hesti terlihat menatap dirinya dengan tatapan mengejek dan menghina.

"Ya Tuhan, sepasang manusia ini benar-benar tidak tahu malu. Aku harus apa, Tuhan?"

Ingin sekali rasanya Hana menghajar kedua manusia biadab itu, tetapi dia sadar kalau saat ini posisinya sedang lemah. Dia harus bersabar, dia tidak boleh salah melangkah.

Hana memutarkan otaknya, dia berpikir dengan begitu keras. Hingga tidak lama kemudian, dia memutuskan untuk pura-pura buta. Dia harus membalas dendam kepada suaminya dan juga Hesti secara perlahan.

"Mas! Kamu ada di sini tidak? Kalau iya, tolong aku."

Hesti mencubit pelan lengan Bara, Bara nampak tidak suka, tetapi dengan cepat dia mendorong tubuh Hesti agar keluar dari dalam kamar utama. Lalu, Bara menghampiri Hana setelah dia menutup pintu kamar mereka.

"Ya ampun, Sayang. Kenapa kamu bisa berada di lantai seperti ini? Kamu jatuh?" tanya Bara yang berpura-pura perhatian kepada istrinya.

Hana merasa mual mendengar apa yang dikatakan oleh Bara, terlebih lagi kini dia melihat suaminya dalam keadaan polos setelah berpeluh dengan wanita lain.

"Iya, Mas. Aku jatuh," jawab Hana yang dengan sengaja menggeser pecahan pas bunga ke arah kaki Bara.

"Maaf, Sayang. Tadi Mas habis dari luar, jadi tidak memperhatikan kamu. Apa sangat sakit? Mau ke rumah sakit?"

"Tidak apa-apa, benturannya tidak terlalu keras kok. Nanti aku minta bi Heni buat obatin, sekarang tolong bantu aku untuk bangun."

"Iya, Sayang." Bara nampak membantu istrinya untuk berdiri. "Aduh!" keluh Bara ketika dia menginjak pecahan pas bunga itu.

"Kenapa, Mas?" tanya Hana.

"Kaki Mas terkena pecahan beling, sakit banget loh ini."

"Maaf ya, Mas. Karena aku kamu jadi terluka," ujar Hana.

"Tidak apa-apa, kamu duduk aja dulu. Mas mau mandi, mau ngobatin lukanya juga, mau minta tolong bi Heni juga buat bersihin pecahan belingnya,'' ujar Bara sambil menuntun istrinya untuk duduk di atas sofa.

Rasanya Hana ingin muntah ketika duduk di atas sofa tersebut, karena dia mencium bau yang begitu khas. Bau yang akan keluar ketika Bara selesai berpeluh dengan dirinya.

"Kamu duduk anteng-anteng, ya. Mas mau minta bi Heni buat bersihin pecahan belingnya,'' ujar Bara.

"Iya, Mas. Tapi, tadi pas Mas nuntun aku untuk duduk di sofa, kok aku merasa langsung bersentuhan dengan kulit Mas. Memangnya Mas gak pake baju?" tanya Hana.

Jijik sekali rasanya saat Hana menatap tubuh Bara, tubuh pria itu masih dipenuhi dengan keringat. Rambutnya juga terlihat berantakan, banyak tanda merah keunguan di leher dan dada pria itu.

"Eh? Anu, Yang. Mas kegerahan, jadi buka baju."

"Oh!" hanya itu yang mampu Hana katakan.

Bara terlihat salah tingkah, lalu pria itu memakai bathrobe dan keluar dari dalam kamarnya. Dia berteriak dengan begitu kencang memanggil nama bi Heni.

Setelah itu, pria itu kembali ke dalam kamar utama dan langsung masuk ke dalam kamar mandi. Hana tersenyum kecut melihat akan hal itu, dia merasa jika nasibnya kini benar-benar sangat sial.

"Ya Tuhan! Aku ada di dalam kamar ini saja kalian bisa melakukan hal itu, lihat saja, Mas. Aku pasti akan membuat kamu menyesal," ujar Hana.

Wanita itu terdiam sejenak, lalu dia berpikir dengan begitu keras. Dia harus meminta bantuan, dia harus segera mengambil semua aset yang sudah dialihkan oleh Bara.

"Aku harus bertindak dengan cepat, jika tidak pasti mas Bara akan membuang aku terlebih dahulu."

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Balasan Istri Buta    Aku pacarnya, cepat buka pintu.

    Selama satu minggu di Villa, Hana benar-benar menikmati harinya bersama dengan Bertrand dan juga Hani. Dia selalu bisa menyenangkan hati suaminya, dia juga selalu bisa menyenangkan hati Hani. Awalnya dia mengira jika Bertrand akan egois, suaminya akan meminta banyak waktu darinya hanya untuk berduaan saja dengan Bertrand. Karena pada kenyataannya mereka memang pasangan pengantin baru. Namun, justru Bertrand selalu ingin pergi ke manapun untuk menikmati hari bersama dengan Hani. Pria itu seolah mengerti keinginan dari Hana yang memang sudah sangat lama tidak bertemu dengan putri cantiknya. Bertrand selalu mendahulukan keinginan putri cantiknya, dia selalu memanjakan putri cantiknya karena pria itu berpikir jika dia memanjakan putrinya, maka Hana akan semakin mencintai dirinya. "Sudah satu minggu loh, mau nambah waktu atau mau pulang ke Jakarta aja?" Bertrand memeluk Hana yang kini sedang berada di depan jendela kamar yang terbuka, wanita itu sedang menikmati udara segar di sana.

  • Balasan Istri Buta    Penyatuan

    Saat mendapatkan pemeriksaan ternyata Hana dinyatakan baik-baik saja, hanya saja dia perlu beristirahat dan diberikan vitamin oleh dokter.Bertrand juga mendapatkan tindakan, wajah tampannya langsung diobati dan diolesi salep luka. Kini keduanya sudah terlihat baik-baik saja, keduanya sudah pulang ke Villa."Bagaimana keadaan kalian?" tanya Helma dengan cemas.Semalaman dia tidak bisa tidur pulas, karena terus saja memikirkan bagaimana nasib menantunya itu. Dia sangat tahu kalau Hana adalah wanita baik, dia begitu gelisah saat mengetahui Bara menculik menantunya itu."Kami baik, Mom. Mana Hani?" tanya Hana.Padahal dia yang sudah diculik, tetapi tetap saja dia mengkhawatirkan kondisi putri cantiknya. Helma menghela napas panjang lalu memeluk Hana."Hani baik, dia sama Bobby. Kita langsung pulang ke ibu kota saja, Mom khawatir akan terjadi hal yang tidak diinginkan lagi." Helma mengurai pelukannya, lalu dia mengusap puncak kepala Hana."Jangan khawatir, Mom. Bara sudah ditangkap polisi

  • Balasan Istri Buta    Pertolongan

    Hana menjerit-jerit karena ketakutan, dia takut akan dinodai oleh mantan suaminya. Karena wajah Bara terlihat diselimuti kabut hasrat, dia takut pria itu akan nekat dan melakukan hal yang di luar dugaannya.Pria itu pernah mencoba membunuh dirinya beberapa kali, sungguh Hana takut jika Bara akan memperkosa dirinya, setelah itu dia akan dibunuh dan dilempar ke jurang. Hani pasti tidak akan pernah lagi mendapatkan kasih sayang dari dirinya, walaupun pada kenyataannya Bertrand pasti memanjakan putri kecilnya itu. Namun, dia tidak mau mati konyol."Tolong jangan melakukan hal yang aneh, Mas!"Hana kembali berteriak ketika dia melihat Bara yang kini sudah berada di atas tubuhnya, pria itu menatap dirinya dengan tatapan lapar dengan tangannya yang terus saja mengurut miliknya. "Mana mungkin aku menyia-nyiakan kesempatan emas ini," ujar Bara yang nampak memosisikan miliknya agar sejajar dengan milik Hana.Jika saja dia memiliki kekuatan, Hana rasanya ingin menendang pria itu. Sayangnya, di

  • Balasan Istri Buta    Aku akan memberikan kenikmatan, Hana.

    Hana menggeliatkan tubuhnya, dia lalu berusaha untuk menggerakkan kedua tangannya tetapi tidak bisa. Dia juga berusaha untuk menggerakkan kedua kakinya tetapi tidak bisa. Hana merasakan kepalanya begitu berat, dia juga merasakan kalau matanya begitu sulit untuk terbuka. Namun, wanita itu berusaha untuk membuka matanya.Sinar matahari yang menerobos masuk lewat celah membuat dia silau. Namun, Hana berusaha untuk melawan silaunya cahaya dengan matanya yang memicing. "Ini di mana? Kenapa badan aku sakit semua? Kenapa juga kedua tangan dan kedua kakiku begitu sulit untuk digerakkan?"Hana merasakan tubuhnya begitu sakit, dia jadi berpikir apakah tadi malam dia sudah melakukannya atau belum bersama dengan Bertrand.Namun, jika dia sudah melakukannya dengan Bertrand, Kenapa dia tidak mengingatnya sama sekali. Wanita itu mencoba untuk mengedarkan pandangannya, tiba-tiba saja matanya melotot karena dia berada di tempat yang asing. "Di aman ini?" tanya Hana yang tiba-tiba saja merasa panik.

  • Balasan Istri Buta    Kamu harus merasakan apa yang aku rasakan di penjara, Hana.

    Beberapa hari yang lalu. Bara baru saja melakukan makan siangnya, pria itu berjalan sambil menunduk dan tak berani menatap orang-orang yang ada di sana. Setiap kali dia menatap mata orang yang ada di sana, dia pasti akan menjadi sasaran empuk untuk dipukuli. Wajah Bara yang tampan sudah berubah, banyak luka bekas pukulan. Bukan hanya di wajahnya, tapi juga di beberapa bagian tubuhnya. Ada juga luka sayatan di pipinya. Tubuhnya yang dulu begitu gagah, kini nampak kurus kering. Kalau Hana bertemu dengan pria itu, pasti Hana tidak akan mengenalinya. Bara benar-benar tersiksa berada di penjara, sayangnya dia tidak bisa berbuat apa-apa. Dia juga merasa tersiksa karena mengetahui Hesti yang sedang hamil, usia kandungan wanita itu sudah memasuki usia dua puluh empat minggu. Perut Hesti sudah menonjol, tetapi sayangnya wanita itu tak kunjung bisa keluar dari dalam penjara. Padahal, Hesti sudah melakukan berbagai cara. Dia sudah berpura-pura sakit, dia sudah melakukan hal agar bisa kelu

  • Balasan Istri Buta    Sekarang aja ya, Sayang?

    Bertrand terus aja berusaha untuk menggoda Hana, tentu saja rayuannya begitu manjur karena wajah Hana kini sudah memerah. Tubuh wanita itu bahkan sudah menegang, meremang dan merasakan panas dingin akibat sentuhan yang dilakukan oleh Bertrand terhadap dirinya.Berkali-kali Hana mencoba melepaskan diri dari pria itu, tetapi sayangnya jerat cinta pria itu benar-benar di luar dugaannya."Bear, tunggu sebentar. Jangan sekarang, aku mau mandi dulu. Aku bau banget loh, nanti kamu boleh melakukan apa pun setelah aku mandi."Hana merasa tidak pede jika harus melakukan malam pertamanya tanpa mandi terlebih dahulu. Karena takut kalau Bertrand tidak merasa nyaman."Sekarang aja, gak usah nanti." Bertrand malah mengecupi leher jenjang Hana."Bear! Please," ujar Hana memelas.Akhirnya Bertrand melepaskan kungkungannya, dia langsung bangun dan duduk di tepian tempat tidur."Untuk apa sih kamu mandi? Padahal kamu itu udah wangi banget," ujar Bertrand sambil menatap miliknya yang kini sudah berdiri d

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status