Home / Rumah Tangga / Balasan Istri Buta / Senjata Makan Tuan

Share

Senjata Makan Tuan

Author: Cucu Suliani
last update Last Updated: 2024-05-31 18:43:59

"Mas, kamu sedang apa?" tanya Hana pura-pura tidak tahu.

Bara yang sudah selesai bersiap langsung menghampiri istrinya yang sedang duduk di atas sofa, lalu dia ikut duduk di atas sofa dan memeluk istrinya tersebut.

Jijik sekali rasanya Hana mendapatkan pelukan dari Bara, tetapi dia pura-pura menikmati pelukan dari suaminya. Dia bahkan terlihat tersenyum dengan sangat manis di mata Bara.

"Aku baru selesai bersiap mau kerja, kamu butuh apa?"

Mual sekali Hana mendengar apa yang dipertanyakan oleh Bara, karena kata-kata yang keluar dari bibir pria itu terdengar begitu manis sekali.

"Aku ingin menghubungi temanku, Mas. Apakah kamu melihat ponselku?"

"Kamu lupa ya, Sayang. Kamu kan' dulu mengalami kecelakaan, jadi ponselnya juga hilang saat kamu kecelakaan waktu itu."

"Benarkah?" tanya Hana merasa tidak percaya.

"Iya, Sayang. Itu benar, memangnya kamu mau menghubungi siapa? Biar aku yang telepon, biar kamu bisa langsung ngobrol sama orang itu."

"Sama teman-teman aku, Mas. Masa pakai ponsel kamu sih, kamu memangnya tidak bisa membelikan aku ponsel baru?"

Bara terlihat kesal mendengar apa yang dikatakan oleh istrinya, kalau dia memberikan istrinya ponsel, sudah pasti nanti akan ada bi Heni yang membantu Hana untuk menggunakan ponselnya.

Itu tidak boleh dibiarkan, Hana dan juga bi Heni harus dijauhkan dari yang namanya ponsel. Bisa bahaya kalau nanti mereka memegang ponsel, pikir Bara.

"Kamu itu saat ini sedang tidak bisa melihat, lebih baik kamu tidak menggunakan ponsel. Toh tidak berguna juga," ujar Bara.

Hana langsung tertawa di dalam hati, jelas sekali jika Bara terlihat ketakutan saat dia menanyakan masalah ponsel. Bi Heni sudah bercerita kepada dirinya, tentu saja dia tahu kalau Bara begitu takut kalau di rumah tersebut ada ponsel ataupun telepon.

"Begitu ya, Mas. Oke deh, aku nggak papa nggak main ponsel. Tapi, bolehkah aku minta diantar ke rumah sakit?"

"Mau ngapain ke rumah sakit? Ini bukan jadwalnya kamu check up, kamu check up-nya minggu depan loh!"

"Bukan mau check up, Mas. Kepala aku sakit banget, tadi kan' yang keluar darahnya lumayan banyak. Kepala aku pusing, terus takutnya kenapa-kenapa kalau tidak diperiksa."

Bara menghembuskan napas berat, dia bahkan terlihat memutarkan bola matanya seraya memijat kepalanya yang terasa pusing.

''Ya udah, nanti kamu ke rumah sakit sama Hesti. Dia yang akan mengantar kamu berobat, oke!"

Hana sudah menduga jika dia pasti akan disuruh pergi dengan Hesti, karena Hesti adalah kekasih dari Bara yang juga pasti akan menjaga dirinya agar tidak berdekatan dengan dunia luar.

"Baiklah, nanti aku akan pergi dengan Hesti."

"Bagus! Sekarang Mas berangkat kerja dulu, kamu Mas antarkan ke ruang makan. Kamu segeralah sarapan, Mas tidak bisa sarapan di rumah. Harus segera ke kantor, ada meeting penting."

"Iya, Mas. Terima kasih ya, atas waktunya."

"Iya, Sayang," ujar Bara yang langsung menuntun istrinya agar segera melangkahkan kakinya menuju ruang makan.

Saat tiba di ruang makan, Hana bisa melihat kalau di sana sudah ada Hesti. Wanita itu terlihat sedang menyiapkan sarapan. Wanita itu juga terlihat sedang menyiapkan susu hangat untuk Bara.

Ya, Hana tahu persis kalau Bara begitu menyukai susu hangat. Tidak seperti dirinya, Hana lebih menyukai meminum jus buah saat pagi hari. Karena hal itu bisa memperlancar sistem pencernaannya.

"Duduklah, karena Hesti akan menemani kamu untuk sarapan."

"Iya, Mas," jawab Hana patuh.

"Mas langsung berangkat ya," ujar Bara. Lalu, dia menolehkan wajahnya ke arah Hesti. "Nanti setelah Nyonya sarapan, tolong antarkan dia ke rumah sakit. Tolong jaga istri saya baik-baik," ujar Bara.

Mulut Bara boleh saja berkata seperti itu, seperti orang yang begitu menyayangi istrinya. Akan tetapi, dia langsung menghampiri Hesti dan memeluk wanita itu. Tanpa ragu bahkan dia memberikan ciuman yang begitu mesra di bibir selingkuhannya tersebut.

Mata Hana terasa memanas, dia tidak menyangka jika Bara akan melakukan hal seperti itu di depan dirinya. Walaupun dia sadar, kalau saat ini pasti Bara menyangka dirinya masih buta.

Setelah mereka berciuman, Hesti nampak mendekatkan bibirnya ke cuping telinga Bara. Lalu, dia berbisik tepat di telinga pria itu.

"Minum dulu susu hangatnya sampai habis, atau mau susu yang ini?"

Hesti nampak menggoyang-goyangkan dadanya, Bara langsung tersenyum penuh arti seraya mengusap kedua dada wanita itu.

Hana langsung memalingkan wajahnya, dia tidak menyangka akan menyaksikan hal seperti itu. Pria yang begitu dia cintai ternyata mampu melakukan hal sekeji itu.

Setelah puas berbisik-bisik dengan Hesti dan meminum susunya, Bara kembali menghampiri Hana. Lalu, dia berpamitan kepada wanita itu dan mengecup kening wanita itu dengan begitu lembut.

"Mas berangkat dulu, kalau butuh apa-apa langsung bilang sama Hesti aja."

"Hem," jawab Hana.

Bara nampak pergi, setelah kepergian Bara Hana pura-pura mencari gelas yang ada di atas meja makan.

"Nyonya mau apa? Biar saya siapkan," ujar Hesti yang langsung duduk di samping Hana tanpa ragu-ragu.

"Saya mau minum jus buah, apakah kamu bisa membuatkan saya segelas jus buah?"

"Bisa," jawab Hesti yang langsung bangun dan melangkahkan kakinya menuju dapur.

Hana memperhatikan apa yang dilakukan oleh Hesti, karena memang jarak dari ruang makan ke dapur sangatlah dekat. Jadi, Hana bisa memantau apa yang dilakukan oleh wanita itu

Wanita itu ternyata memasukkan buah-buahan ke dalam blender tanpa dikupas. Lalu, wanita itu menuangkan air mendidih ke dalam blender tersebut. Lalu, Hesti juga terlihat memasukkan garam yang begitu banyak.

Setelah buah-buahannya hancur, Hesti memindahkan jus buah buatannya itu ke atas gelas dan langsung menghampiri Hana.

"Silakan diminum jus buahnya," ujar Hesti sambil menyimpan gelas tersebut di dekat Hana. Lalu, wanita itu kembali duduk di dekat Hana.

Hana benar-benar geram sekali terhadap Hesti, karena wanita itu terlihat sekali ingin menghancurkan dirinya. Hesti terlihat sekali ingin membuat dirinya celaka.

Hesti menuangkan jus buah itu di dalam gelas anti panas, otomatis dia jika meraba gelas itu tidak akan terasa panas. Namun, ketika jus buah itu masuk ke dalam mulutnya, pasti akan membuat lidah dan bibirnya melepuh.

"Terima kasih, Hesti," ujar Hana.

Hana pura-pura terlihat hendak mengambil segelas jus buah tersebut, tidak lama kemudian Hana malah mendorong jus buah itu sampai tumpah ke pangkuan Hesti.

"Argh! Panas! Ininya panas dan sakit!" teriak Hesti yang langsung bangun dan berlari ke dalam kamar mandi.

Wanita itu terlihat begitu kesakitan sekali, Hana merasa puas dengan apa yang dia lihat saat ini.

"Ini baru permulaan," ujar Hana disertai senyum penuh kepuasan.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Balasan Istri Buta    Aku pacarnya, cepat buka pintu.

    Selama satu minggu di Villa, Hana benar-benar menikmati harinya bersama dengan Bertrand dan juga Hani. Dia selalu bisa menyenangkan hati suaminya, dia juga selalu bisa menyenangkan hati Hani. Awalnya dia mengira jika Bertrand akan egois, suaminya akan meminta banyak waktu darinya hanya untuk berduaan saja dengan Bertrand. Karena pada kenyataannya mereka memang pasangan pengantin baru. Namun, justru Bertrand selalu ingin pergi ke manapun untuk menikmati hari bersama dengan Hani. Pria itu seolah mengerti keinginan dari Hana yang memang sudah sangat lama tidak bertemu dengan putri cantiknya. Bertrand selalu mendahulukan keinginan putri cantiknya, dia selalu memanjakan putri cantiknya karena pria itu berpikir jika dia memanjakan putrinya, maka Hana akan semakin mencintai dirinya. "Sudah satu minggu loh, mau nambah waktu atau mau pulang ke Jakarta aja?" Bertrand memeluk Hana yang kini sedang berada di depan jendela kamar yang terbuka, wanita itu sedang menikmati udara segar di sana.

  • Balasan Istri Buta    Penyatuan

    Saat mendapatkan pemeriksaan ternyata Hana dinyatakan baik-baik saja, hanya saja dia perlu beristirahat dan diberikan vitamin oleh dokter.Bertrand juga mendapatkan tindakan, wajah tampannya langsung diobati dan diolesi salep luka. Kini keduanya sudah terlihat baik-baik saja, keduanya sudah pulang ke Villa."Bagaimana keadaan kalian?" tanya Helma dengan cemas.Semalaman dia tidak bisa tidur pulas, karena terus saja memikirkan bagaimana nasib menantunya itu. Dia sangat tahu kalau Hana adalah wanita baik, dia begitu gelisah saat mengetahui Bara menculik menantunya itu."Kami baik, Mom. Mana Hani?" tanya Hana.Padahal dia yang sudah diculik, tetapi tetap saja dia mengkhawatirkan kondisi putri cantiknya. Helma menghela napas panjang lalu memeluk Hana."Hani baik, dia sama Bobby. Kita langsung pulang ke ibu kota saja, Mom khawatir akan terjadi hal yang tidak diinginkan lagi." Helma mengurai pelukannya, lalu dia mengusap puncak kepala Hana."Jangan khawatir, Mom. Bara sudah ditangkap polisi

  • Balasan Istri Buta    Pertolongan

    Hana menjerit-jerit karena ketakutan, dia takut akan dinodai oleh mantan suaminya. Karena wajah Bara terlihat diselimuti kabut hasrat, dia takut pria itu akan nekat dan melakukan hal yang di luar dugaannya.Pria itu pernah mencoba membunuh dirinya beberapa kali, sungguh Hana takut jika Bara akan memperkosa dirinya, setelah itu dia akan dibunuh dan dilempar ke jurang. Hani pasti tidak akan pernah lagi mendapatkan kasih sayang dari dirinya, walaupun pada kenyataannya Bertrand pasti memanjakan putri kecilnya itu. Namun, dia tidak mau mati konyol."Tolong jangan melakukan hal yang aneh, Mas!"Hana kembali berteriak ketika dia melihat Bara yang kini sudah berada di atas tubuhnya, pria itu menatap dirinya dengan tatapan lapar dengan tangannya yang terus saja mengurut miliknya. "Mana mungkin aku menyia-nyiakan kesempatan emas ini," ujar Bara yang nampak memosisikan miliknya agar sejajar dengan milik Hana.Jika saja dia memiliki kekuatan, Hana rasanya ingin menendang pria itu. Sayangnya, di

  • Balasan Istri Buta    Aku akan memberikan kenikmatan, Hana.

    Hana menggeliatkan tubuhnya, dia lalu berusaha untuk menggerakkan kedua tangannya tetapi tidak bisa. Dia juga berusaha untuk menggerakkan kedua kakinya tetapi tidak bisa. Hana merasakan kepalanya begitu berat, dia juga merasakan kalau matanya begitu sulit untuk terbuka. Namun, wanita itu berusaha untuk membuka matanya.Sinar matahari yang menerobos masuk lewat celah membuat dia silau. Namun, Hana berusaha untuk melawan silaunya cahaya dengan matanya yang memicing. "Ini di mana? Kenapa badan aku sakit semua? Kenapa juga kedua tangan dan kedua kakiku begitu sulit untuk digerakkan?"Hana merasakan tubuhnya begitu sakit, dia jadi berpikir apakah tadi malam dia sudah melakukannya atau belum bersama dengan Bertrand.Namun, jika dia sudah melakukannya dengan Bertrand, Kenapa dia tidak mengingatnya sama sekali. Wanita itu mencoba untuk mengedarkan pandangannya, tiba-tiba saja matanya melotot karena dia berada di tempat yang asing. "Di aman ini?" tanya Hana yang tiba-tiba saja merasa panik.

  • Balasan Istri Buta    Kamu harus merasakan apa yang aku rasakan di penjara, Hana.

    Beberapa hari yang lalu. Bara baru saja melakukan makan siangnya, pria itu berjalan sambil menunduk dan tak berani menatap orang-orang yang ada di sana. Setiap kali dia menatap mata orang yang ada di sana, dia pasti akan menjadi sasaran empuk untuk dipukuli. Wajah Bara yang tampan sudah berubah, banyak luka bekas pukulan. Bukan hanya di wajahnya, tapi juga di beberapa bagian tubuhnya. Ada juga luka sayatan di pipinya. Tubuhnya yang dulu begitu gagah, kini nampak kurus kering. Kalau Hana bertemu dengan pria itu, pasti Hana tidak akan mengenalinya. Bara benar-benar tersiksa berada di penjara, sayangnya dia tidak bisa berbuat apa-apa. Dia juga merasa tersiksa karena mengetahui Hesti yang sedang hamil, usia kandungan wanita itu sudah memasuki usia dua puluh empat minggu. Perut Hesti sudah menonjol, tetapi sayangnya wanita itu tak kunjung bisa keluar dari dalam penjara. Padahal, Hesti sudah melakukan berbagai cara. Dia sudah berpura-pura sakit, dia sudah melakukan hal agar bisa kelu

  • Balasan Istri Buta    Sekarang aja ya, Sayang?

    Bertrand terus aja berusaha untuk menggoda Hana, tentu saja rayuannya begitu manjur karena wajah Hana kini sudah memerah. Tubuh wanita itu bahkan sudah menegang, meremang dan merasakan panas dingin akibat sentuhan yang dilakukan oleh Bertrand terhadap dirinya.Berkali-kali Hana mencoba melepaskan diri dari pria itu, tetapi sayangnya jerat cinta pria itu benar-benar di luar dugaannya."Bear, tunggu sebentar. Jangan sekarang, aku mau mandi dulu. Aku bau banget loh, nanti kamu boleh melakukan apa pun setelah aku mandi."Hana merasa tidak pede jika harus melakukan malam pertamanya tanpa mandi terlebih dahulu. Karena takut kalau Bertrand tidak merasa nyaman."Sekarang aja, gak usah nanti." Bertrand malah mengecupi leher jenjang Hana."Bear! Please," ujar Hana memelas.Akhirnya Bertrand melepaskan kungkungannya, dia langsung bangun dan duduk di tepian tempat tidur."Untuk apa sih kamu mandi? Padahal kamu itu udah wangi banget," ujar Bertrand sambil menatap miliknya yang kini sudah berdiri d

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status